Chereads / Home of Ardor / Chapter 19 - CHAPTER XIX : DUNGEON

Chapter 19 - CHAPTER XIX : DUNGEON

Lembab, gelap serta bau anyir yang menguar menusuk hidung akan menjadi sambutan hangat yang diberikan ketika seseorang menginjakkan kaki disalah satu ruang yang paling mengerikan dikediaman Castiello. Mansion dan Manor Castiello memang selalu identik dengan nuansa glamour kuno khas seorang aristokrat[1] menghiasi setiap sudut yang ada disetiap sudut bahkan termasuk kamar mandi yang seluas kandang kuda.

Namun ini tidak berlaku untuk satu ruangan yang selalu ditakuti siapapun karena ruang yang terletak jauh didalam kediaman Castiello dibuat dibawah dan jauh dari sinar matahari. Perlu melewati anak tangga yang cukup membuat kaki siapapun terasa akan patah, dinding yang masih terbuat dari batu bata diterangi obor disisi kanan kirinya. Tak hanya itu patung-patung Gargoyle pun bertengger hampir disetiap sisi ruang. Tidak ada cara untuk keluar jika seseorang telah masuk ke dalamnya, teleport hanya akan mengantarkan tubuhmu menuju kematian karena dinding pelindung berlapis, serta sihir ruang dan waktu yang membatasi seseorang melewatinya sehingga siapapun yang berusaha keluar secara paksa, maka hanya ada dua pilihan yaitu tubuhnya akan keluar dalam keadaan mengering seperti pohon layu, atau mati dalam keadaan tercabik-cabik. Benar-benar sebuah tempat yang tepat bagi mereka yang 'tepat', penjara bawah tanah yang menjadi replika dari neraka.

Gema langkah terdengar disepanjang lorong panjang tak berujung, manik ruby yang menyala dalam gelap tampak seperti permata yang bersinar, Indah namun mengerikan. Lucas menyentuh salah satu pintu berlapis besi dan pemandangan pertama adalah ruangan tanpa ventilasi dan hanya ada api hitam yang menerangi tempat itu. Empat orang didalamnya tengah tertunduk lesu dengan nafas terengah dan tangan yang dipasung tombak atau lebih tepatnya tombak itu melubangi tangan mereka dan rantai hitam melilit tubuh-tubuh mereka. Keluarga Delmon baru saja tiba dineraka pimpinan mereka.

Lucas bersandar pada dinding berlumut dengan tangan terlipat didepan dada, sorot matanya menatap tajam ke empat sosok disana, pria tampan nan keji itu kini ditemani dua sosok yang turut mengisi ruang, si Bungsu Castiello dan pria berwajah mengerikan dengan raut jenaka yang membuat para tahanan semakin bergetar hebat.

" Tuan Grissham Delmon bagaimana caramu menjadi kepala keluarga hingga putrimu itu bisa mencoreng nama baik kaum Asmodia?" Erudian memulai melontarkan pertanyaan, pria itu tampak telah sehat padahal tubuhnya baru saja terpisah. Pria yang dipanggil Grissham itu menggeleng cepat pupil matanya bergetar ditatap kedua bangsawan dihadapannya.

" Mo-mohon ma-maaf atas keteledoran serta ketidakbe-becusan saya dalam mendidik ketiga anak saya dan menjadi kepala keluarga." Erudian berdecak malas seperti biasa pria itu memutar matanya jengah akan pernyataan yang sering didengarnya dari para tahanan.

" Siapa yang mengajari putri bungsumu mantra terlarang yang seharusnya hanya bisa digunakan oleh kepala keluarga?' lagi Tangan Kanan Sang Duke itu mengajukan pertanyaan dengan santai. Hening cukup lama sampai suara gerincing rantai terdengar membuat Grissham menjerit histeris. Erudian baru saja menarik rambut panjang istrinya dan menusuk setiap leher sang istri dengan belati berwarna hitam. Belati hitam itu adalah senjata khusus yang hanya dimiliki Castiello karena telah diberikan mantra sehingga bagi setiap kaumnya akan merasakan panas seperti halnya disodorkan bara api. Wanita berambut pirang panjang itu menangis tersedu meacau memohon ampun.

" Masih diam?" tanpa ragu sayatan lebar diukur disepanjang sudut wajah ayu nyonya Delmon yang kian menjerit kesakitan. Kedua putra mereka berteriak memanggil nama sang Ibu. " Berikutnya bisa saja aku akan keluarkan dan tata rapi dihadapanmu setiap organ dari istri tercinta mu."

Grissham menelan ludah, ia memang tahu Castiello tak mengenal ampun namun ia tak pernah melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri neraka yang kerap didengarnya dari kedua sosok dihadapannya.

Darah mengalir saat ujung belati hitam menyayat sisi kiri perut sang istri, jeritannya kembali terdengar memekakan telinga siapapun disana. " Sa-sa-saya yang mengajarkannya sa-saya." Erudian mengangguk mengelus ujung dagunya .

" Kenapa?" lagi pria bersurai legam panjang itu kembali bertanya singkat. Didiamkan kembali membuat pria itu menyayat kian dalam irisan pada perut nyonya Delmon yang menjerit serak.

" Sa-saya hanya ingin membuat ketiga anak saya menjadi le-le-lebih kuat dan-dan.."

Grissham berhenti bicara, bibir pucatnya digigit keras menangis tertahan tak kuasa melihat keluarga tersayangnya itu tersiksa seperti itu.

" Eru kau terlalu lama mungkin seharusnya kau harus lebih cepat melakukannya, potong saja ta-" belum sempat ucapan Sang Dewa Kematian itu menyelesaikan ucapannya putra pertama keluarga Delmon telah memotong.

" Tidak bisa kami ucapkan Tu-tu-tuanku. Bu-bukan karena tidak mau ta-tapi karena tidak bisa." Lelaki bersurai merah itu terengah-engah menahan sakit yang menjalar disepanjang tubuhnya. Sebelah alis Erudian terangkat, Hades menggeram kesal diabaikan dan merasa tidak dihormati oleh para iblis rendahan dihadapannya.

Lucas yang sedari tadi diam maju melangkah ke depan, tanpa diduga oleh keluarga Delmon pria itu mencongkel mata si putra sulung Delmon. Ketiga Delmon yang lain menjerit histeris, darah mengalir dari sebelah ruang kosong diwajah si Sulung. Hades tertawa puas melihat apa yang baru saja dilakukan putra sahabatnya itu.

" Katakan semuanya sebelum kalian aku cabik-cabik seperti Si Bungsu dan berakhir seperti itu."

Grissham terbelalak saat putri satu-satunya itu ada dihadapan mereka berempat dengan tubuh tak utuh, mengerikan dan menjijikan. Bahkan putra kedua mereka langsung memuntahkan isi perutnya. Kemudian Lucas menunjukan sesuatu yang berwarna merah muda dengan cairan merah masih mengalir disana mengotori lantai. Disana ada sebuah tanda pentagram berwarna hitam hampir menutupi sekujur benda yang semula dimiliki Si Bungsu Delmon.

" Tentu saja, lidah kalian sudah dikunci rapat." Lucas melirik benda berlendir ditangannya meremasnya hingga hancur berkeping-keping milik Rayn Delmon.

" Aku tidaklah bodoh, aku mengamati setiap gerakan kalian termasuk ketika kalian berkhianat dan berniat menggulingkan Caastiello." Manik merah saga itu menyala membuat keempat tulang mereka bergetar merasakan ketakutan tiada tara.

" Kau pikir aku tidak tahu kelicikan keluargamu dan beberapa petinggi? Jika kau pikir aku diam hanya karena tidak tahu kalian salah besar."

Tangan kekar pucat Lucas menjulur kearah putra kedua Delmon yang telah menangis tertahan, ketakutan. Dan sesaat kemudian sebelah tangan Raja Asmodia itu mencabut jari telunjuk putra kedua mereka. Lucas masih menatap dingin dan kini berjongkok tepat dihadapan Grissham menyunggingkan tersenyum miring

" Hanya saja siapa saja yang berkhianat dan untuk siapa kalian bekerja. Lancang sekali kalian hingga mengambil barang milik Hades yang notabennya adalah Dewa."

Pria bersurai merah dengan kerutan wajah yang tampak bertambah itu hanya membuka mulutnya tanpa suara seperti orang bisu. Erudian hanya memperhatikan hal yang 'biasa' baginya. Detik selanjutnya tanpa basa-basi Lucas merobek bagian atas kepala Grissham membuang kulit beserta rambut salah satu petinggi kaumnya dan mencengkeram benda berwarna merah darah didalamnya.

Dan berikutnya yang ia lihat adalah kilasan balik dari ingatan Grissham yang berjalan mengikuti tiga orang bertudung hitam, disampingnya ada pria bertudung hitam pula yang Luas ketahui identitasnya sebagai salah satu petinggi elf.

Lagi segalanya berlalu lebih cepat hingga kelima dari mereka menunduk dan menerima perintah dari sosok yang tidak diketahui wajahnya karena Grissham sepertinya menunduk dan menutup mata.

' Selamat datang para saudara ku, sebuah kehormatan bagiku untuk menerima kalian sebagai bagian dari kami. Aku akan menjaminkan kepada kalian masa depan dimana kaum kita berdiri dipuncak.'

Waktu kembali dipercepat dan menunjukkan sepertinya Grissham tengah dipanggil pria yang diagungkan itu disana, mereka bertemu kembali ditengah hutan diluar daerah Inggris sepertinya. Suara bedebam mengejutkan Grissham dan kedua kalinya terkejut ia disodorkan mayat anjing tak berkepala menyisakan ketiga lehernya beserta tubuhnya saja.

' Hadiah dariku, gunakan dengan baik untuk membalas Castiello. Para keturunan Lucifer harus musnah terlebih si sulung, ia adalah aib dan kutukan bagi kaum kita.'

Lucas menggeram ketika ingatan yang dikunci dengan mantra terlarang ia lihat selesai, sekali hentakan dan tubuh digenggamannya itu tercerai-berai. Kemudian tawa mengerikan terdengar, membuat kelima orang kecuali Hades yang masih tersenyum memamerkan giginya itu menegak saliva mereka.

" Bagus, hancurkan Lucifer dan keturunannya, apa dia gila?" Erudian tercengang akan apa yang baru saja didengarnya, ada orang lain yang ingin menghancurkan mereka. Dan lagi ditunjukkan dengan pasti untuk Castiello, pertanyaannya siapa yang bisa menandingi sang Kakak?

" Tidak apa-apa, lakukan saja dan aku akan mencabik-cabik mereka dan menggantung kepala mereka diatas perapian." Lucas tersenyum miring, ia merasa dirinya tengah merasakan sensasi euforia yang menyebabkan hatinya terasa panas sekaligus senang. Pria itu memperhatikan bola mata berwarna abu-abu ditangannya setelahnya menjilat kecil benda menjijikan yang dipegangnya, kemudian pria itu membuangnya asal dan menginjaknya.

" Kakek, kau ingin oleh-oleh? Aku akan berikan mereka berempat sebagai ucapan maaf ku untuk Cerberus."

" Wah, kau baik sekali. Bagaimana denganku aku sudah cukup membantu lho...." Hades memsang raut memelas dihadapan pria yang ia anggap seperti putranya sendiri, Erudian yang melihat itu bergidik dan memilih membereskan keempat orang dihadapann mereka.

" Akan aku beri hadiah nyawa dan tengkorak kepala orang yang berhasil menghabisi Cerberus."

Lucas berjalan keluar sembari menepuk kemeja putih yang dikenakannya, pria itu meninggalkan ruangan pengap dan amis itu. Menyisakan Hades yang sudah tertawa puas dengan nafas terengah-engah karena kegirangan, Sang Dewa menjentikkan jari dan muncul lah monster berkepala anjing yang baru saja memporak-porandakan kediaman Castiello. Hades mengelus sayang peliharaan kesayangannya itu serta mendaratkan kecupan-kecupan diujung moncong ketiga kepala anjing itu. Hingga akhirnya Erudian memilih hal yang sama dengan yang dilakukan kakaknya,setelah pintu besi itu tertutup Dungeon[2] hanya berisikan suara jerit, tangis, tawa gembira Sang Dewa serta suara tulang yang bergemeletuk dihancurkan. Itulah apa yang terjadi dibalik sisi mengerikan disalah satu sudut kediaman Castiello.

[1] Orang-orang bangsawan yang kaya

[2] Penjara bawah tananh yang gelap