" Ah, sudah ku bilang jangan meremehkan ku."
Tawa yang melengking keluar dari mulut Sang Wanita Ular, wajahnya tersenyum puas menatap tubuh lawannya telah terpisah hingga cairan merah kental telah mengali deras, kakinya melangkah menjauh. Bibirnya bergumam lagu kemenangan untuk menuju tempat Tuannya itu berada.
Evelyna hanya termenung, ia baru saja menyadari sosok yang ia panggil mengerikan. Tak memiliki belas kasihan, tapi bukankah seperti itulah cara kerja dunia yang kejam ini. Dimakan atau memakan, disakiti atau menyakiti. Ya, meskipun ia masih terbilang daun hijau ia cukup mengerti dengan hidup didalamnya.
" Lihat nona , dia tidak lebih dari cabai kering bagi legenda seperti saya." Medusa melipat tangannya didepan dadanya masih tersenyum miring. Sang nona peraknya hanya tersenyum simpul, ia menyadari kini ia memang terikat dengan kegelapan.
" Nah, apa yang anda lakukan?" Tanya sang Wanita Ular lagi, Eve berdeham sejenak melirik pria yang tengah merangkul pundaknya menompang tubuhnya. Ah, sepertinya tunangan Madelyn kakaknya seorang yang malu-malu.
" Pulang, aku rindu mansion Catsiello." Jawab Evelyn yang dijawab anggukan oleh Erudian. Ketiga nya telah berdiri dan berjalan menjauh dari tempat arena Duel dan menaiki anak tangga yang masih utuh setelah Erudian menyalakan api untuk membakar tubuh si bungsu Delmon.
Eve tersenyum saat melihat Helga telah menantinya dengan wajah memerah hendak menangis, pelayan pribadinya itu mungkin pendiam dan terampil namun hatinya sangat tulus dalam melayaninya. Eve tmelambaikan tangan pada gadis berpakaian maid itu, Medusa hanya berjalan mengikuti sambil sesekali ular-ularnya mendesis tidak suka akan tatapan orang-orang disana.
" My Lady, anda terluka astaga." Helga mengeluh mengambil alih sang nona dari si bungsu Castiello. Erudian berjalan menjauh setelah dirasa Eve telah berada ditangan sang pelayan.
" Tidak apa-apa, ah bagaimana dengamu?"
" Tentu saja, saya baik-baik saja nona."
" Ayo pulang, tapi kenapa aku tidak melihat Duke?" Eve melihat sekeliling nya mencari-cari sosok pria yang telah mencuri hatinya itu, Helga tersenyum tipis memperhatikan wajah gadis yang tengah kasmaran dihadapannya.
"A-ah aku ha-hanya khawatir." Sergah gadis prerak itu tergagap membuat Helga mengangguk saja dan menuntun nya untuk berjalan. Namun langkah nya berhenti kala ia melihat sang nona tiba-tiba tak bergerak. Gadis pelayan itu terkejut saat melihat wanita bersurai dihadapannya telah dalam keadaan dada yang berlubang dan darah yang keluar dari mulutnya.
" Uh-huk Akh..."
Eve terhuyung dan segera limbung jatuh dalam dekapan pelayannya, gadis itu terperanjat kala melihat tubuh seseorang yang seharusnya sudah menjadi abu diHall tempat Medusa memenggal kepala si Bungsu Delmon. Namun kini gadis itu baru saja menusuk abdinya itu tepat pada dadanya. Dan ia dapat merasakan tenaganya diserap habis untuk memulihkan kekuatan Medusa.
Menebas tanpa arah itulah yang dilakukan tubuh tanpa kepala gadis Delmon itu, beberapa tubuh para bangsawan yang tak sempat melarikan diri tercerai berai meninggalkan usus beserta kawan-kawanannya berserakan dilantai. Hal selanjutnya bilah sabit panjang itu melesat mendekat hendak menebas kepala Eve tepat sebelum melesat dan justru tubuh seorang pria yang dikenalnya menerima sayatan besar itu membuat kedua bagian tubuh sang pria terpisah.
" ERUDIAN!"
Evelyna menjerit melihat pria bersurai panjang itu terbatuk darah diujung ruangan, tubuhnya mengeluarkan darah begitu banyak. Meskipun ia seorang Castiello seseorang yang terlahir sebagai iblis murni namun luka yang diterimanya kelewat dalam dan membutuhkan banyak waktu untuk beregenerasi. Tangisnya pecah bayangan sang Ayah berwajah pucat dan lubang diperutnya membuat gadis bersurai perak itu bergetar hebat, ia tak ingin kehilangan siapapun dan disalahkan atas kematian siapapun.
Ia tak pernah menginginkannya, darah yang bertumpah dihadapannya. Ia berharap ini sebuah mimpi dan akan terbangun dealam dekapan hangat Lucas seperti biasa, atau menemukan pria bermuka tulang dihadapannya itu menatapnya jenaka. Jeritan seorang wanita membuat Eve tersadar dan tanpa pikir panjang mengambil bilah pedang miliknya dipinggangnya berlari secepat yang ia bisa dan menusuk mayat hidup disana.
" Akh-"
Gadis perak itu meringis saat tubuhnya terlempar karena menahan tebasan sabit dan jatuh pada tubuh Medusa yang entah sejak kapan berusaha menangkapnya. Tebasan itu kembali datang hendak menerjang nya bersama Medusa yang kini mendecih berulang kali menahan dengan sisa kekuatan yang ada. Ia masih baru saja dipanggil dan tak mengetahui cara mengendalikan kekuatannya sebagai Oracle.
Ah, apakah hanya sampai disini?
Padahal ia ingin sekali berjalan diatas altar dan meraih tangan sosok kegelapan kesayangannya, penyelamatnya. Namun takdir tidak mungkin seramah itu padanya hingga mengijinkannya berbahagia untuk pulang menuju 'rumah'nya itu. Ia padahal sangat ingin melihat manik ruby kesukaannya dan mengecap kembali rasa manis dimalam itu.
PRANG
Bunyi penghalang Medusa yang terakhir berhasil dijebol oleh bilah perak berbentuk sabit milik mayat Delmon, abdinya itu telah terlempar entah kemana begitu penghalangnya berhasil ditembus. Eve menutup matanya pasrah menunggu bilah tajam itu akan menebas lehernya, namun matanya kembali terbuka saat mendengar suara bariton yang sangat ia nanti.
" Maaf terlambat lagi."
Eve mengangguk bersamaan air mata yang mengalir membasahi pipinya, punggung kokoh dan surai legam itu telah tiba. Ia disana menahan dengan sebelah tangan dan tangan lainnya tengah membelai wajah penuh luka gadis bersurai perak miliknya.
" Kau sudah bekerja keras membuktikan dirimu, aku bangga padamu." Lucas mengecup pelan dahi Evelynadalam tersenyum sebelum menepis sabit yang hendak menebas mereka, menyebabkan pemilik beserta senjatanya terlempar hingga kembali menuju Hall arena. Dan kini pria sang pemimpin kaum Asmodia itu menatap dingin dihadapan tubuh yang seharusnya sudah tak lagi dapat beregenerasi. Setiap orang yang ada disana tak dapat mendongakkan wajahnya kecuali gadisnya dan sosok lain yang tak bukan penguasa dunia bawah.
Hal selanjutnya adalah Sang Duke melemparkan bara api berwrna hitam yang segera melahap habis tubuh tanpa kepala ditengah Hall. Barulah pria itu mengetuk hak sepatu nya
" Levare.[1]" Dan pendaran sinar muncul menampakkan seorang gadis yang seharusnya telah tiada umtuk kedua kalinya.
" Tu-tutu-tuanku" Ucap Rayn Delmon terbata.
Berjalan tenang dengan langkah tegas, gadis bersurai merah menyala itu bersimpuh menangis keras, meracau memohon ampun ketakutan pada sosok Raja Asmodia. Lucas menginjak kan kakinya tepat pada kepala si Bungsu Delmon yang segera menjerit tatkala kepalanya hancur hanya karena satu hentakan. Dan berikutnya dengan mantra yang sama Sang Duke kembali membangkitkannya lalu membakarnya hidup-hidup dengan lidah api hitam.
Semua orang mendengarnya, jerit serta tangis keras sembari memohon belas kasih Sang Castiello yang bahkan tak mengerti apa itu 'kasih'. Mereka menutup mata erat-erat ketakutan jika saja mereka akan bernasib sama, tidak ada yang lebih menyakitkan dihancur leburkan kembali dihidupkan. Sebuah siksaaan yang dapat diberikan oleh Pemimpin kaum mereka. Evelyna menunduk berpegangan pada ujung lengan Medusa yang kini tengah menopang tubuhnya, ia tidak lah tuli namun inilah kebijaksanaan dan keadilan yang Lucas berikan atas imbalan menyakiti.
" Berani sekali kau menghancurkan kediaman ku, kemudian menebas adik lelaki ku." Lucas berkali-kali menusuk, menghancurkan, bahkan mencabut pelan satu persatu tangan dan kaki gadis yang masih tetap memohon ampun. Suaranya semakin melengking saat jantungnya diambil paksa meninggalkan lubang mengaga.
" Dan belum lagi kau tau apa akibat dari membangkitkan Cerberus?" tangan kekar Lucas menggenggam arat hingga pemiliknya menjerit kesakitan, jeritan pilu akan rasa sakit untuk segera melepaskan nyawa diraga. Lucas merenggangkan tangannya membuat Rayn bernafas sedikit lega, namun nafasnya kembali tertahan saat Duke bermanik ruby itu mendekat ke telinganya.
" Dan kau berani-beraninya menyentuh milikku" manik merah itu menatap nyalang, hingga detik berikutnya yang terjadi adalah pipi putih pucat Lucas terkena cipratan cairan kental merah karena benda yang digenggamnya telah hancur
telah hancur tak tersisa. Menghela nafas sesaat Sang Castiello berpindah menemui si bungsu yang kini dalam keadaan kacau, bisa dibilang adiknya itu telah berusaha membereskan segala kekacauan sekaligus menahan agar semakin tak meluas. Saat ini Erudian tengah bersandar pada salah satu pilar yang telah runtuh sembari memegangi luka pada perutnya untuk mencegah nya jauhlebih parah.
" Sepertinya kau kesusahan menemukan pemilik anjing sialan itu." Erudian berusaha menyunggingkan senyum miring khasnya, manik rubynya tampak sayu. Lucas tersenyum tipis mengangguk kecil. Tanpa mengatakan apapun sang Castiello berlutut menyentuh bagian atas tubuh Erudian, jika bukan karena mereka keturunan iblis murni mungkin saja adik bungsunya itu sudah kehilangan nyawanya.
Manik rubynya memperhatikan sekeliling dan menemukan bagian bawah Erudian yang telah terlempar sejauh sekitar 5 meter dari tempatnya. " Jangan menatapku seakan aku akan mati Kak, ayolah aku masih putra orang itu." Erudian mendengus pelan. Ia tak terima bagaimana sang kakak yang memperlakukannya seperti ia tengah terluka parah.
" Tatemnias[2.]" Lucas berujar pelan perlahan tubuh Erudian kembali sperti semula menyisakan tubuhnya yang terasa lemas akibat kelelahan.
" Terima kasih banyak atas kerja kerasmu." Erudian berdeham menjawab tanpa menoleh menatap sepasang ruby serupa dengan miliknya, baru setelah sosok dihadapannya pergi pria itu tersenyum kian lebar.
[1] Mantra kebangkitan hyang berarti bangkit, hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki kuasa pada dunia bawah
[2] Mantra khusus bagi iblis murni untuk memulihkan diri dari segala luka termasuk luka yang membuat bagian tubuh terpotong