Terdengar pintu diketuk kembali.
"Apa, sih?" Kubuka walau agak terpaksa.
"Gimana?"
"Baru juga dicelupin!" sahutku kesal.
"Mana?"
"Tuh!" tunjukku pada gelas plastik di atas kloset.
Tanpa ba-bi-bu, dia masuk ke dalam.
Apa ini? Dia masuk ke kamar mandi!
"Wuahh, kamu ngapain sih, Mas?" Kupeluk pinggangnya dengan kedua tangan. Berniat menariknya keluar.
Percuma, badannya tak bergeser sedikit pun. Kutarik lengannya.
"Apaan, sih?" Dia mengempaskan tanganku. Kembali merunduk, menatap benda itu.
Aku menutup wajah dengan kedua tangan. Astaga, apa-apaan dia!
"Mas, enggak usah gitu juga kali!" seruku. Menatapnya lagi dari samping.
Dia menoleh, lalu mengangkat dagu.
"Keluar!" perintahku.
Kepalanya kembali berpaling.
Ish, apa ada suami se-greget ini?
Sepertinya hanya ada satu di dunia. Suamiku.
Aku menggeram kesal, mengepalkan kedua tangan di depannya. Namun, dia bergeming. Tetap memperhatikan saksama benda yang sengaja dia beli sendiri di apotek.