Ha Wook's pov
Ho Jae mengayunkan kedua tangan kami yang saling bergandengan. Kami berjalan kaki menuju rumah Ha Seonsaeng setelah tadi naik bus dari rumah. Ho Jae menjemputku setelah mengambil barang-barangnya. "Kau yakin Ha Seonsaeng akan menyukai ide ini?" tanyaku pada Ho Jae yang mengangguk.
"Tentu saja, wali kelas kesayangan kita pasti membutuhkan kita untuk acara nanti malam." Aku mengangguk saja mendengarnya. Ho Jae mengusulkan padaku untuk membantu Ha Seonsaeng.
Ho Jae membuka gerbang rumah Ha Seonsaeng dan kami berjalan masuk.
"Baiklah, bukan Ha Seonsaeng yang akan marah dengan kita. Tapi Jun Goo." Ho Jae menatapku dengan wajah terkejutnya.
"Kau benar. Dia akan merajuk seperti bayi nanti." Aku terkekeh dan mengangguk. "Lalu dia akan luluh dengan satu porsi-" langkahku terhenti saat melihat sebuah pemandangan yang menghancurkan hatiku.
Ho Jae berhenti bicara dan mengikuti arah pandangku. Ia tersenyum dan menggandengku mendekati dua orang yang sedang memadu kasih. Saking asyiknya mereka tidak menyadari kehadiran kami. Kali ini aku menyesal mengikuti usul Ho Jae.
"Ha Wook-ah, sepertinya kita datang di waktu yang tidak tepat." Suara Ho Jae membuat kedua orang itu berjingkat dan saling menjauh. Ra Im Eonni terlihat salah tingkah dan malu-malu, sedangkan Ha Seonsaeng menatapku dengan wajah sedihnya.
Aku segera mengalihkan pandanganku agar air mataku tidak jatuh. Ayolah Ha Wook-a, kenapa kau sedih? Memangnya apa yang kau harapkan? Ha Seonsaeng menyukaimu hanya karena ciuman?
Berhenti berkhayal!
Ha Seonsaeng tidak menyukai Ra Im Eonni bukan berarti dia menyukaimu. Ha Seonsaeng menciummu juga bukan berarti dia menyukaimu, kau lihat dengan mata kepalamu sendiri Ha Wook-a, dia berciuman dengan tunangannya.
"Hmm, kita kembali nanti saja. Maaf mengganggu waktu Seonsaengnim dan Samunim." Ho Jae berbalik, begitupun aku.
"Ah tidak. Aku sudah mau pergi. Kalian silahkan masuk, selamat menikmati pestanya." Ra Im Eonni menyambar tas dan mantelnya. Sebelum melangkah menuju mobilnya, ia mengecup pipi Ha Seonsaeng.
Wanita ini benar-benar!
#
"Lampu-lampu ini akan tampak indah di malam hari nanti." Aku menatap Ho Jae yang menatap pohon-pohon. Suara berisik terdengar dimana-mana, siapa lagi jika bukan Golden Stars Boys yang datang. Ternyata Ho Jae meminta mereka semua datang untuk ikut membantu.
Aku memandang beberapa orang yang sibuk mendirikan tenda. Malam ini kami akan tidur di tenda. Bukankah sangat menyenangkan?
Aku bangkit dari dudukku dan melangkah menuju Kwang Sun dan Kang Dae yang duduk di bawah pohon. Bisa ku lihat keringat membanjiri mereka, dua laki-laki ini memang pekerja keras.
"Aku hanya istirahat sebentar. Setelah ini aku akan-" Kwang Sun menatapku dengan wajah takutnya, sedangkan Aku duduk diantara keduanya dan menunduk.
"Aku datang tidak untuk memarahi kalian, tenang saja."
"Kau kenapa? Terlihat tidak bersemangat." tanya Kwang Sun, Kang Dae hanya diam dan mendengarkan seperti biasanya.
"Tidak. Aku hanya-"
"Kwang Sun-ah, Kang Dae-ah, tolong susun pindahkan meja ke sana." Aku mendengus kesal saat mendengar suara Ha Seonsaeng, ia dengan senyuman manisnya berjalan kemari sekarang.
"Ne, Seonsaengnim." Kwang Sun dan Kang Dae bangkit dan berjalan menuju rumah Ha Seonsaeng.
"Hey, kalian mau kemana? Berani sekali meninggalkanku sendirian!" Aku berdiri dan berjalan menjauh dari Ha Seonsaeng yang ternyata berjalan ke arahku.
"Ha Wook-a." tangan Ha Seonsaeng memegang lenganku, aku menatapnya wajah datarku. "Ada sesuatu yang-"
"Maaf, Seonsaengnim. Saya harus membantu Jun Goo mendirian tenda." Aku melepas genggaman tangan Ha Seonsaeng dan berjalan tergesa ke arah Jun Goo. Aku benar-benar tidak bisa menahan kekesalanku, walau sebenarnya aku tidak berhak merasa kesal padanya. Hla memang aku siapanya?
Aku memeluk Jun Goo yang sibuk mengangkat ujung tenda. "Kau kenapa?" Aku menggeleng dan memeluknya dengan erat.
"Kau bertengkar dengan Ha Seonsaeng?" aku mendongak dan menatap Seung Jo.
"Tidak."
"Kalian berdua seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar saja." Seung Jo dan Ma Tae tertawa.
"Berhenti bercanda, dirikan tenda di sebelah sana! Cepat! Cepat!" Mereka berdua hormat ke arahku dan melaksanakan perintahku tanpa bantahan.
Aku duduk di sebelah Jun Goo dan mencabuti rumput-rumput. Kedua mataku menatap Jun Goo yang tumben-tumbenan serius. Mengenai perasaanku ini, haruskah aku mengatakannya pada Jun Goo?
"Dongsaeng-i." Jun Goo menoleh ke arahku dengan wajah terkejutnya.
"Menurutmu, jika seorang laki-laki mencium perempuan tandanya apa?" Jun Goo mengerjap-ngerjap, ia duduk di sebelahku.
"Kau baru dicium siapa?" kedua mataku terbelalak, pertanyaannya mengena sekali di hati.
"Tidak. Tidak ada." Aku menggeleng cepat.
Jun Goo menyipitkan matanya, beberapa detik kemudian kedua matanya membulat sempurna. Ia menoleh ke sekeliling, seperti memastikan situasi aman. "Ha Seonsaeng yang menciummu?" Aku menggigit bibir bawahku, bagaimana ini?
"Benar." Jun Goo menghela napas panjang, ia menatap Ha Seonsaeng dan Ho Jae bergantian. "Jika Ho Jae tahu, hubungannya dan Ha Seonsaeng tidak akan sebaik itu."
Ya, karena Ho Jae menyukaiku.
"Lalu aku harus bagaimana? Aku sudah bicara terus terang pada Ho Jae jika aku hanya menganggapnya Oppaku saja."
"Apa kau menyukai Ha Seonsaeng?" Aku mengangguk membuat Jun Goo memejamkan matanya. "Meskipun dia sudah memiliki tunangan?"
"Dia bilang tidak mencintai tunangannya, lalu kemarin dia menciumku. Dan hari ini aku melihatnya berciuman dengan tunangannya. Jadi kenapa dia menciumku kemarin?" Jun Goo menatapku dengan kedua mata terbuka lebar dan mulut menganga.
"Hanya ada satu cara merubah spekulasi itu menjadi sebuah fakta."
"Bagaimana caranya?" Jun Goo menggandeng tanganku dan menarikku ke arah Ho Jae dan Ha Seonsaeng yang asyik bercanda. Apa maksudnya ini?
"Tidak bisakah kau mengatakan padaku apa idemu?"
"Bersikaplah manja pada Ho Jae. Aku akan mengamati Ha Seonsaeng."
"Tapi-" dengan kurang ajarnya Jun Goo mendorongku ke arah Ho Jae. Hal ini tentu saja membuat kedua orang di hadapan kami terkejut. Ho Jae menangkap tubuhku dan mendudukkanku di pinggir taman. Sedangkan Jun Goo tertawa keras.
"Kau baik-baik saja? Katakan mana yang sakit?" Ho Jae menatapku khawatir, ia bahkan memeriksa lututku. Dengan ini, bahkan tanpa Ho Jae menyatakan perasaannya pun aku tahu dia menyukaiku. Bahkan Jun Goo tahu fakta ini.
"Tidak bisakah kau berhati-hati saat berjalan?" Ho Jae memarahi Jun Goo yang mengambil kameranya dan mengarahkannya ke kami bertiga.
"Aku tidak sengaja, dia yang menghalangi jalanku."
"Kau menyalahkanku? Kau seharusnya tidak berjalan di depanku saat aku berjalan!"
"Sudah, sudah. Jangan bertengkar." Aku menatap Ha Seonsaeng yang memandangku dengan senyuman manis. Aku memandang Jun Goo yang menggelengkan kepalanya. Aku memandang Ho Jae dan memeluknya. Bisa ku lihat rahang Ha Seonsaeng mengeras.
***