Chereads / Seonsaengnim, Saranghaeyo / Chapter 6 - 6. Oppa

Chapter 6 - 6. Oppa

Jeong Il's pov

Sejujurnya aku terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan salah satu muridku. Jika dipikir-pikir bisa saja mereka berspekulasi setelah melihat Ra Im keluar dari dapur dengan baju rumahan dan celemek menempel di tubuhnya. "Kami tidak tinggal bersama." kataku dengan senyuman. Mereka menangguk dengan senyuman di wajah mereka, kecuali Ha Wook yang masih menunduk.

Melihatnya membuatku ragu, apakah keputusan ini benar atau tidak?

Aku mengundang mereka bukan tanpa alasan. Pada akhirnya aku harus bersikap dewasa dengan mempertemukan Yoon dengan keluarganya. Seperti yang dikatakan Ra Im kemarin, aku tidak boleh egois dan aku bukan tokoh antagonis. Yoon harus bertemu dengan keluarganya.

"Siapa yang mau belajar pertama?" Soo Ji berdiri dan pindah duduk di sebelahku. Aku memindahkan gitar ke tangannya dan mengarahkannya bagaimana memetik senar dan mengajarkan kunci-kuncinya.

"Setelah jari-jari kiri membentuk kunci, petik senarnya dari atas ke bawah." Soo Ji mengangguk dan mempraktekkan arahanku. Dia tersenyum lebar saat mendengar senar gitar dipetik nyaring.

"Kau mau lagu apa?"

"Hmm, Love Me Right milik EXO."

Aku mengajarkan padanya kunci-kunci untuk lagu Love Me Right setelah browsing di internet. Kami bernyanyi bersama dengan berbagai macam suara, kecuali Ha Wook yang sejak tadi diam dan tampak tak berminat. Dia kenapa ya?

Tadi saat baru tiba dia tersenyum ke arahku dan sekarang moodnya sedang buruk. Apa aku melakukan kesalahan?

Ting

Sreek

"Aku pulang." suara seseorang menghentikan kami. Aku segera mengalihkan pandangan ke arah Ha Wook, ia terkejut melihat seseorang memasuki ruang tamu.

"Ah, ada tamu rupa-" Yoon terhenti dengan kedua mata membulat sempurna saat melihat seseorang.

"Jagiya." Ha Wook berlari dan melompat memeluk Yoon.

"Oppa, bogosippo (Aku merindukanmu)."

Ketiga sahabat Ha Wook saling pandang, "Aku harus menelepon Jun Goo." Soo Ji mengambil ponselnya dan pindah ke pojokan.

Aku menatap Ra Im yang tersenyum manis, dia merangkulku dan menyandarkan kepalanya di bahuku. "Aku melakukan hal yang benar, kan?" Ra Im merangkum wajahku dan mengecup bibirku.

#

Ha Wook's pov

Aku dan Oppa berada di balkon lantai 2, di lantai pertama teman-temanku dan Ha Seonsaeng. "Kenapa kau meninggalkanku sendirian? Kau bilang padaku akan menemukan Appa dan membuat Eomma sembuh. Tapi apa? Kau malah meninggalkanku selama 5 tahun lamanya! Kau jahat!" aku memukul dada Oppa membabi buta.

"Jagiya tenanglah, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud meninggalkanmu, nae sarangi dongsaeng (Adik kesayanganku)." Oppa memelukku semakin erat dan mengecup ujung kepalaku berulang kali.

"Setelah dua tahun tinggal disini, aku memutuskan pulang ke Siheung. Kau tahu apa yang terjadi? Tetangga kita mengatakan padaku jika Harabodji membawa kalian pindah rumah. Aku tidak tahu jika ternyata kalian pindah ke Seoul."

Aku memandang Oppa yang menatapku lekat-lekat. Setahun setelah Oppa pergi meninggalkan rumah, karena depresi yang diderita Eomma semakin parah Harabodji memutuskan untuk pindah ke Seoul. Harabodji berharap depresi Eomma karena ditinggal suami juga anaknya akan berangsur-angsur sembuh. Namun, hingga Harabodji meninggal Eomma tidak juga sembuh.

"Oppa, berjanjilah padaku kau tidak akan pernah meninggalkanku lagi. Ayo kita pulang ke rumah." Aku menggenggam kedua tangannya, dari tatapan matanya ia terlihat keberatan.

"Tapi aku sudah berjanji pada Hyung untuk tidak meninggalkannya." Genggaman tanganku terlepas.

"Oppa, Eomma membutuhkanmu. Kami semua membutuhkanmu."

"Hyung juga membutuhkanku."

Aku menunduk dan menangis, kenapa takdir sangat kejam padaku? Disaat aku sudah bertemu dengan Oppa dia menolak kembali karena Ha Seonsaeng. Sebenarnya ada hubungan apa antara Oppa dan Ha Seonsaeng?

Bukankah mereka tidak saling mengenal satu sama lain?

"Kau bisa pulang dengan dongsaengmu, Yoon-ah." Kami berdua menatap Ha Seonsaeng yang berdiri di ujung tangga. Ia berjalan ke arah kami, aku merangkul tangan Oppa. Aku benar-benar tidak ingin kehilangan Oppaku lagi.

"Kau selalu bilang padaku jika kau merindukan mereka, terutama adik kesayanganmu. Sekarang kau bisa bersama mereka. Kembalilah."

"Tapi Hyung-"

"Hyungmu tidak sendiri, Yoon-ah. Ada aku." Tiba-tiba tunangan Ha Seonsaeng datang dan memeluk seseorang yang ku sukai. Aku memeluk Oppa dan mengalihkan pandanganku agar hatiku tidak terluka.

"Kau tetap menjadi adikku meskipun kita tidak tinggal bersama." Aku menatap Ha Seonsaeng, kesedihan terpancar di matanya dan kesepian membayanginya. Dari sorot mata itu aku tahu Ha Seonsaeng tak ingin berpisah dengan Oppaku. Eh tunggu, aku melihat sesuatu yang mengejutkan.

Oppa lebih berharga dari Ra Im Eonni di mata Ha Seonsaeng. Bagaimana orang asing bisa dianggap lebih berarti daripada tunangannya sendiri?

"Hyung." Oppa mendekati Ha Seonsaeng dan memeluknya.

#

Jeong Il's pov

01:00 KST

"Apa kau sangat kehilangan?" aku kembali menenggak soju dalam gelas kecil dalam sekali teguk. Aku menatap Ra Im yang menatapku dengan tatapan khawatirnya.

Pertanyaan macam apa itu?

Bukankah semuanya sudah jelas?

"Tentu saja. Selama 5 tahun hidup bersamanya. Sekarang dia hendak pergi meninggalkanku sendirian disini." Aku memijat pangkal hidungku begitu rasa pusing menyerangku.

"Aku bisa pindah kemari menemanimu." Aku menatapnya tajam, tak setuju sama sekali dengan idenya. "Jeong Il, kita sudah bertunangan 2 tahun lamanya. Tidak masalah kan jika kita tinggal satu atap?" Aku tidak menanggapinya, lebih memilih menuangkan soju ke dalam gelas dan menenggaknya.

"Kau tidak setuju?"

Aku menatapnya sekilas dan menghela napas panjang. Tentu saja aku tidak setuju! Bagaimana mungkin aku tinggal bersama seseorang yang tidak ku cintai?

Ya.

Aku tidak mencintai Ra Im, sekalipun aku berkecan dengannya selama 7 tahun lamanya rasa cinta yang ku coba rasakan itu tidak pernah ada. Dan satu hal yang harus kalian tahu, bukan aku yang menembak Ra Im dan mengajaknya berkencan.

Ra Im yang melakukannya.

Tepat di hari kelulusannya, Ra Im menyatakan perasaannya padaku yang ternyata sudah ia pendam sejak SMA. Sebagai rasa terimakasih atas usahanya membantuku bangkit, aku mencoba membalasnya dengan belajar mencintainya. Namun sekeras apapun usahaku selalu saja sia-sia.

"Jawab aku, Jeong Il." Ra Im menggoyangkan tanganku, tatapannya berubah menajam karena aku tak juga mengatakan sesuatu. Ra Im menghela napas panjang, "Baiklah, aku minta maaf karena selama ini aku tidak memiliki banyak waktu untukmu. Tapi, bukankah jika kita tinggal bersama aku lebih banyak menghabiskan waktu denganmu?"

"Berdirilah, ku antar kau pulang. Ini sudah larut."

"Kau ini kenapa? Selalu saja mengalihkan pembicaraan saat aku membahas mengenai pernikahan dan tinggal bersama? Padahal pembahasan seperti itu hal yang wajar untuk-"

"Aku sedang tidak ingin membahas itu."

"Tujuh tahun Jeong Il-ah, bahkan kita belum pernah tidur bersama!"

"Keluar dari rumahku sekarang juga! Sudah ku bilang aku tidak suka kau-"

Klontang