"Bibi," gumam Natalia dengan wajah memucat. Tangannya mengepal dengan deru napas tidak karuan. Manik matanya masih menatap seorang wanita paruh baya dan gadis seusianya lekat. Rasanya cukup lama dia tidak melihat dua wanita yang sudah memberikan begitu banyak luka baginya, membuat Natalia menelan saliva pelan. Keningnya bahkan mulai berkeringat dengan kedua kaki yang begitu sulit digerakan.
Astaga, jangan takut, Nat. Jangan takut, mereka tidak mengenal kamu, batin Natalia, berusaha menenangkan diri, berusaha untuk tetap tenang di depan sang bibir.
Perlahan, dia menarik napas dalam dan membuang lirih, berusaha mengendalikan diri dan menghilangkan perasaan takut yang sejak tadi mendekapnya erat. Dia bahkan melupakan panggilan Daniel yang masih tersambung dengannya. Kali ini, dia hanya fokus dengan diri sendiri, tetapi hasilnya tetap sama. Dia masih merasa takut dengan wanita yang mulai mendekat ke arahnya.
