"Astaga, kenapa kamu malah setuju, Nat. Seharusnya kamu menolak dan bukan malah menurut. Dasar gila," gerutu Natalia, merasa menyesal dengan keputusannya beberapa menit yang lalu. Pasalnya, dia benar-benar enggan tinggal di rumah Daniel. Selain karena dia seorang gadis yang harus menjaga diri dan kesuciannya, dia juga merasa tidak nyaman di sana.
Selain itu, aku juga tidak mau kalau nantinya aku benar-benar menyukai dia, batin Natalia tanpa semangat.
Perlahan, dia menarik napas dalam dan membuang lirih. Dia mulai menghentikan tangannya yang sejak tadi mengaduk minuman, memilih menidurkan kepala dan memejamkan mata.
"Sekarang aku harus bagaimana?" tanya Natalia dengan diri sendiri, merasa frustasi dengan kehidupannya. Hingga dering ponsel terdengar, membuat Natalia mengulurkan tangan, tanpa semangat sama sekali. Bahkan, dia tidak berniat untuk menegakan kepala. Hingga manik matanya menatap nama yang tertera di layar.