"Kamu sudah menunggu lama?" tanya Arav ketika melihat Shasa yang sudah berdiri di depannya.
Shasa yang mendengar membuang napas kasar. Namun, dia hanya diam dan menatap pria di depannya lekat. Tangannya masih bersedekap dan menunjukkan ekspresi datar, membuat Arav yang melihat mempercepat langkah dan berhenti ketika sudah berada di depan Shasa.
"Maaf, tadi Natalia sedang konsultasi denganku," ucap Arav dengan senyum tipis.
Shasa yang mendengar kembali membuang napas kasar, tetapi tidak melepaskan pandangannya sama sekali. Dia tetap menatap ke arah Arav yang tengah memasang raut wajah memelas dan menyatukan kedua telapak tangan.
"Maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi," ucap Arav, berusaha meluluhkan kekesalan Shasa.
Shasa yang melihat langsung tersenyum lebar dan menganggukkan kepala. Dia mulai membuka kedua tangan lebar, membuat Arav yang melihat langsung mendekat dan mendekap Shasa.
"Maaf, kamu pasti sudah kesal karena menungguku," ucap Arav.
"Aku bahkan sudah hampir pulang karena kesal," sahut Shasa sembari memanyunkan bibir.
Arav yang mendekap langsung melonggarkan dekapan dan menatap ke arah Shasa lekat. Bibirnya semakin tersenyum lebar ketika melihat bibir Shasa yang sudah dimanyunkan, membuatnya langsung mencubit gemas hidung bangir gadis di depannya. Hingga dia kembali mendekap dan membuang napas lirih.
"Aku benar-benar tidak bisa kehilangan kamu, Sayang," ucap Arav dengan tenang.
"Aku tidak akan meninggalkan kamu meski kamu terlambat, Arav," sahut Shasa cepat.
Arav yang mendengar tersenyum lebar. Kali ini, dia memilih menikmati dekapan gadis tersebut dan mengelus rambut Shasa lembut. Bahkan, Shasa yang sejak tadi meletakan kepala di dada bidang Arav mulai memejamkan mata, merasa nyaman dengan apa yang sudah dilakukan pria tersebut.
Sedangkan di tempat lain, Natalia hanya diam dengan pandangan kaku. Kali ini, kakinya bahkan hanya diam, tidak bisa untuk digerakan. Membuat Natalia hanya berdiri dengan mulut setengah terbuka.
"Sebenarnya mereka ada hubungan apa?" gumam Natalia, masih tidak percaya dengan kedekatan Shasa dan juga atasannya. Pasalnya, selama ini dia hanya tahu jika Shasa begitu mengagumi pria tersebut. Namun, dia tidak menyangka jika hubungan keduanya lebih dari sebuah kekaguman.
Aku harus menanyakan hal ini dengan mereka berdua, batin Natalia dengan penuh percaya diri. Dia mulai melangkah dan siap mendekat ke arah Arav dan Shasa. Namun, niatnya terhenti ketika sebuah tangan kekar membekap mulutnya dan menyerat paksa.
Natalia yang merasakan bekapan tersebut berusaha berontak. Berulang kali dia berusaha melepaskan bekapan di mulutnya, tetapi selalu gagal. Hingga langkahnya terhenti, bersamaan dengan bekapan yang terlepas. Saat itu juga, Natalia langsung membalik tubuh, penasaran dengan sang pelaku. Dia berniat memaki orang yang sudah membuatnya menjadi begitu takut. Namun, niatnya terhenti ketika melihat Daniel berdiri di depannya.
"Daniel," panggil Natalia, tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Namun, sesaat kemudian, dia memukul lengan pria tersebut keras dan menatap dengan rahang mengeras.
"Kamu gila, ya? Kenapa kamu menarikku paksa? Kamu kira aku tidak kaget, Daniel? Kalau aku tadi terkena serangan jantung bagaimana? Kamu mau bertanggung jawab, hah?" oceh Natalia dengan tatapan kesal.
Daniel yang mendengar langsung berdecak kecil dan memutar bola mata pelan. Hingga dia kembali menatap Natalia dan memasang raut wajah serius.
"Aku memang harus menarik paksa kamu, Natalia. Kalau tidak, kamu pasti akan mendekat ke arah Arav dan Shasa, kan?" ucap Daniel.
"Tentu saja. Mereka harus menjelaskan hubungan mereka denganku, Daniel," sahut Natalia dengan penuh percaya diri.
Daniel yang mendengar tertawa kecil dengan sebelah bibir terangkat. "Kamu pikir mereka akan mengaku di depan kamu, hah?" tanya Daniel dengan tatapan lekat.
Seketika, Natalia yang mendengar terdiam dan memasang raut wajah berpikir. Kali ini, dia mencoba menerka apa yang terjadi saat dia datang menemui Shasa dan Arav yang tengah bermesraan. Hingga dia menatap ke arah Daniel dan tersenyum lebar.
"Aku yakin Shasa pasti akan menjawab pertanyaanku dengan jujur, Daniel. Dia sahabatku dan aku percaya dengannya," ucap Natalia dengan penuh percaya diri.
Daniel tertawa kecil dan menggelengkan kepala pelan, menatap ke arah Natalia lekat. "Kamu benar-behar polos, Natalia. Kamu bilang Shasa akan menjawabnya dengan jujur? Lalu, hubungan dia dengan Arav pun kamu tidak tahu. Dia tidak memberitahumu, kan? Jadi, kamu masih yakin kalau nantinya Shasa akan mengatakan yang sebenarnya?" tanya Daniel, membuat Natalia kembali diam.
Hening. Natalia yang mendengar penuturan Daniel langsung terdiam dan menutup mulut rapat. Kali ini, dia merasa ucapan Daniel memang masuk akal. Jika sebuah hubungan saja disembunyukan dari sahabatnya dengan cukup rapat, bagaimana mungkin dia akan membongkar dengan begitu mudah, pikir Natalia dengan kepala yang sudah mengangguk beberapa kali.
Daniel yang melihat tingkah Natalia langsung membuang napas kasar. Dia mulai mengulurkan tangan dan menggenggam jemari Natalia erat, membuat gadis tersebut tersentak kaget dan menatap ke arah Daniel lekat.
"Ayo pergi," ajak Daniel dengan tenang.
"Memangnya kita mau pergi ke mana?" tanya Natalia sembari mengukuti langkah Daniel yang ada di depannya.
"Kemanapun. Asal bukan mengurusi urusan orang lain, Natalia," sahut Daniel dengan santai.
Natalia yang mendengar langsung memanyunkan bibir dan menatap punggung Daniel lekat.
"Dasar pria kurang ajar," gerutu Natalia lirih. Namun, Daniel masih cukup mampu untuk mendengar gerutuan tersebut, membuatnya hanya diam dan mengulum senyum. Kali ini, Daniel hanya diam dan fokus dengan langkahnya, tidak mempedulikan Natalia sama sekali.
*****
"Hanya ini saja. Terima kasih," ucap Daniel sembari menyerahkan buku menu ke arah pelayan di dekatnya.
"Baik. Silahkan di tunggu, Tuan," sahut sang pelayan sopan.
Daniel hanya bergumam pelan. Dia kembali menatap ke arah Natalia yang masih diam di dekatnya, membuatnya mengerutkan kening dalam.
"Natalia, kamu kenapa diam?" tanya Daniel, merasa ada hal tidak biasa dengan gadis di sebelahnya.
Namun, Natalia yang ditanya hanya diam, tidak menyahut sama sekali. Dia masih sibuk dengan lamunannya, tidak mempedulikan Daniel yang masih terus menatapnya. Hingga Daniel menyentuh punggung tangannya, membuat Natalia langsung tersentak kaget dan menatap ke arah sang pelaku.
"Kamu kenapa? Tidak enak badan?" tanya Daniel penuh perhatian.
Natalia yang melihat hal tersebut langsung berdehem pelan dan menarik tangannya, membuat Daniel tersadar dengan apa yang baru saja dia lakukan. Bibirnya mengulas senyum dan menatap ke arah Natalia lekat.
"Kamu kenapa diam?" tanya Daniel, berusaha mencairkan suasana.
"Aku masih kepikiran Shasa dan Arav, Daniel," jawab Natalia dengan senyum canggung, membuat Daniel yang ada di dekatnya membuang napas kasar.
"Aku masih tidak menyangka dengan yang aku lihat tadi. Apa benar mereka berpacaran? Atau mereka memiliki hubungan lain?" tanya Natalia dan menatap Daniel lekat.
Daniel mulai mendekat ke arah Natalia dan menatap gadis tersebut dengan pandangan serius. "Kamu mau aku beritahu kebenarannya?" tanya Daniel. "Kebenaran yang akan membuat kamu tidak percaya sama sekali," tambah Daniel, membuat Natalia langsung diam dengan raut wajah tegang.
*****