Chereads / Drama Picisan / Chapter 2 - Additional Player

Chapter 2 - Additional Player

"Hoey broo...dah siap semua nih?", Amir menyapa teman - temannya, tidak lupa Dia melakukan tos seperti kebiasaanya, satu persatu Dia menghampiri teman - temannya untuk melakukan "tradisi "itu.

"Eh broo..., sehat bro?", Anton menyahuti Amir dan membalas tos Amir.

"Alhamdulillah bro, sehat banget Gue", Amir menjawab Anton lalu tanpa diperintah mengambil minuman bersoda yang tersaji di meja.

"Eh busyet...maen comot aja Lu Mir, abis dari gurun apa, kelihatannya haus banget", Jaka yang sedang duduk di pojok nyeletuk ke Amir.

"Ahh...seger banget bro, Lu ga tahu apa, Gue tadi kesini lari, makanya haus", Amir sejenak berhenti membalas ocehan Jaka, lalu kembali meneguk botol yang berisi minuman bersoda itu sampai tak tersisa.

Teman - teman Amir hanya tersenyum dan tertawa kecil melihat kelakuan Amir, hal yang lumrah bagi Mereka, Mereka sudah berteman sejak lama, tentu sudah tahu kebiasaan masing - masing jika berkumpul seperti ini.

"Thanks bro dah mau dateng, apalagi dadakan banget Gue bilang ke Elo", Anton mendekat ke kursi tempat Amir duduk, lalu menepuk pundak Amir.

"Gue malah seneng bro Lu kasih Gue job, yang makasih harusnya tu Gue, eh tapi kemana Jaya? Lu dah bilang sama Dia kan kalo Gue gantiin Dia hari ini?", pandangan Amir menyapu ke semua teman - temannya yang terdiam.

"Eh pada mlongo semua, emang ada apa sih?", Amir semakin penasaran karena yang Dia dapatkan dari teman - temannya hanya ekspresi raut wajah yang datar.

Lalu Anton pun bicara, "gini bro...

gimana ya ngomongnya", Anton kebingungan sambil menoleh ke arah teman -temannya.

"Dok...dok...dok...!!!!", suara pintu yang diketuk dari luar menyela Anton yang sedang bicara ke Amir.

"ckreekk...", pintu terbuka dan seorang Gadis masuk ke dalam ruangan yang sedang dalam suasana serius.

"Mas - mas... 10 menit lagi tampil ya, tolong dipersiapkan, kalau ada apa - apa hubungi Saya aja, Saya ada di meja sebelah ruangan ini", tanpa menunggu jawaban dari Amir dan teman - temannya, Gadis itu kemudian meninggalkan mereka yang hanya terdiam.

"Ok ntar aja Kita bahasnya, ayo kita main, dah gatel nih tangan Gue", Amir menarik pundak Anton agar segera keluar dari waiting room.

"Eh kok jadi Lu sih yang semangat?, ini kan Band Gue!!", Anton menghentikan langkah dan memprotes Amir.

"Ha...ha..., Ya kan Lu ajakin Gue bro, lumayan lagi bayaranya.

"Hooo...dasar Lu", Jaka melempar Amir dengan tissue.

"Lu dah tau lagunya kan Mir?", Minto yang dari tadi diam sekarang mengajukan pertanyaan ke Amir.

"Udah, masih sama kan yang semalam Lu WA ke Gue?", Amir balik menanyai Minto.

"Ya masihlah, ayo - ayo cepet keluar", Minto mengajak rekan - rekannya menuju belakang panggung.

***************

Amir semangat sekali membetot Bassnya, sesekali kepalanya mengangguk - angguk mengikuti irama lagu yang dimainkannya. kadang juga Dia melompat dan mulutnya berkomat - kamit melafalkan lirik lagu.

Siang itu mereka memainkan 6 lagu, 5 lagu milik orang lain dan 1 lagu ciptaan mereka sendiri, total sekitar 45 menit mereka menghibur para penonton yang masih berseragam putih abu - abu itu.

Resonansi, nama Band mereka. Anton, Jaka, Minto dan Jaya membentuk Band ini 2 tahun yang lalu. Sebenarnya Amir pernah juga masuk di Band ini, tapi itu hanya beberapa bulan saja. Karena Amir serius ingin membesarkan Bandnya yang sekarang ini.

Mereka biasa memainkan genre Funk, Alternatif, Rap Metal, bahkan Punk. Tidak heran, karena personil Band ini memiliki selera musik yang berbeda - beda, mereka mencoba menyatukan perbedaan ini, maka lahirlah Resonansi.

Sesuai dengan namanya, Resonansi. Yang mempunyai makna suatu benda yang bergetar karena benda lain yang bergetar di sekitarnya, Mereka ingin menjadi benda penggetar itu, benda yang dapat mempengaruhi benda yang lain agar mengikutinya. Tentu saja pengaruh ini adalah pengaruh yang positif, pengaruh yang menginspirasi, serta pengaruh yang dapat melecut semangat untuk berbuat sesuatu yang menghasilkan hal yang bermanfaat untuk sekitarnya.

Filosofi nama Band ini bukan sekadar gaya - gayaan saja, Mereka sangat serius dengan apa arti nama Band mereka. Mereka sudah menelurkan sebuah mini album yang berisikan 6 lagu, 5 dari 6 lagu tersebut bertemakan kritik sosial, dan 1 lagu bertema cinta yang universal.

Saat ini bisa dikatakan mereka adalah raja pensi, hampir setiap acara pensi mereka selalu ada. Walaupun mereka band indie, tapi kepopuleran mereka bisa disejajarkan dengan Band -band dengan label besar.

Sebelum setenar sekarang ini, Mereka pernah mengirim demo ke berbagai label besar. Ada beberapa yang menghubungi Mereka untuk membicarakan kontrak. Namun Mereka secara halus menolaknya karena tidak sesuai dengan visi Band yang mereka bentuk.

Mereka tidak ingin mereduksi kualitas serta membuat lagu yang lebih disukai pasar, bagi mereka tidak ada kompromi mengenai idealisme dalam bermusik walaupun tawaran nominal  yang diberikan sangat menggiurkan. Itulah yang membuat mereka mantap menjejakkan diri di jalur independent. Meski harus bekerja sangat keras, tapi jika melakukan hal yang sesuai dengan passion, kerja keras itu akan terasa ringan dan nyaman di hati.

Berada di label besar memang memudahkan dalam berbagai urusan teknis, seperti merekam, mempublikasikan serta promosi album, tapi terkadang ada kesepakatan dalam kontrak yang mengekang kebebasan serta kreatifitas band tersebut. Oleh karena itu mereka lebih memilih memproduksi sendiri album Mereka. Walaupun itu merepotkan serta menyita banyak waktu dan biaya, tapi  hasil karya yang didapatkan sesuai dengan keinginan yang diinginkan.

Apalagi di era sekarang ini, label rekaman bukanlah satu - satunya cara untuk mempublikasikan karya. Musisi - musisi sekarang mempunyai banyak pilihan untuk dapat mempublikasikan lagu - lagunya. Perkembangan jaman dan teknologi semakin memudahkan Musisi mempublikasikan karyanya.

Aplikasi video streaming serta platform pemutar musik online sekarang sudah menjadi pilihan utama para Musisi yang baru merintis karir ataupun pemain lama di industri musik. Mereka tinggal mengunggah karya mereka tanpa harus repot - repot mengirimkan demo rekaman ke label.

Promosi pun sekarang dapat dilakukan dengan mudah, tingginya aktifitas masyarakat yang berinteraksi melalui media sosial dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan karya yang sudah dibuat, tinggal kelihaian memoles audio dan visual hal  yang akan dipromosikan tersebut agar menarik untuk disimak dan menggugah keinginan netizen agar mau melihat dan mendengar karya yang sudah diunggah.

Penjualan album Mereka bisa dikatakan bagus,bahkan melebihi ekspetasi. Total penjualan CD mereka mencapai 10.000 copy. Walaupun di era sekarang menjual album secara fisik sudah bukan hal umum lagi, tapi hasil penjualan album Mereka untuk ukuran Band indie sangat memuaskan. Mereka juga merilis album dalam format digital yang bisa di unduh melalui layanan musik online, Mereka sangat total sekali menggarap album pertamanya, seiring dengan larisnya album pertama Mereka, jadwal tampil juga semakin padat.

Namun sayang, untuk hari ini Mereka hanya memainkan 1 lagu dari  album Mereka, karena Jaya sang Bassis tidak datang dan digantikan oleh Amir, pemberitahuan yang mendadak membuat Amir hanya bisa memainkan 1 lagu karena kurangnya waktu latihan, sedangkan lagu yang lain adalah lagu milik orang lain yang familiar bagi Mereka, karena  biasanya Mereka mainkan lagu - lagu itu saat ngejam mengisi waktu luang.

**************

"wuww..., keren banget bro permainan Lo, udah kayak Flea aja!", Anton memuji permainan Amir yang memang bermain dengan bagus sekali.

"Bisa aja Lu bro", dah lama juga nih ga main kayak gini, agak kaku tadi jari Gue", Amir membalas perkataan Anton sambil menggerak - gerakkan jarinya.

"Alaah... kaku apaan, enak banget Lu tadi maennya, sampai ajojing segala lagi", tiba - tiba Jaka menimpali obrolan Amir dan Anton.

"Biarin lah bro sekali - sekali ajojing, kalau Dia  headbang terus apa ga keseleo tu leher, wkwkwkw....", Minto yang hanya menyimak dari tadi akhirnya ikut berkomentar.

"Biarin lah bro keseleo,kan dah ada Istrinya", kata Anton.

"Yoi bro, kan ada yang mijitin kalau leher keseleo, emangnya Elu To cuma pakai koyo, kagak punya pasangan buat nyuruh mijitin", Jaka mulai meledek Minto.

"Gue tu ga sembarangan Jak pilih pasangan, selektif banget Gue orangnya", Minto membalas perkataan Jaka sambil membusungkan dadanya.

"Alah pandai berkelit Lu kayak tikus - tikus kantor", kata Anton sambil mengarahkan sebatang rokok ke mulutnya lalu menyalakannya.

Amir nyengir - nyengir dari tadi melihat Minto yang dikeroyok kawan - kawannya, Dia mulai juga ngecengin Minto, "Eh tapi beneran lo To, enak banget kalau dipijitin Cewek, Lu belum pernah kan?".

"Ah jangan ikut - ikutan Lu Mir, ngladenin Mereka Lu bisa ikut gila", Minto menyilangkan telunjuk ke dahinya.

"Eh tapi gapapa juga kali kalau leher Lu sakit terus Lu tempelin koyo, kan pasti membekas tu tempelan koyonya, anggap aja abis dicupang cewek", Amir belum berhenti meledek Minto.

"Emang siapa yang mau nyupangin Minto Mir? Kambing!!!!!, Anton setengah berteriak menanggapi perkataan Amir.

"Hahahaha....", mereka semua tertawa lepas sementara Minto hanya tersenyum kecut sesekali ketawa kecil.

Kelakar - kelakar seperti inilah yang menghangatkan suasana Band mereka, saling olok dan obrolan ngaco membuat Mereka sejenak melepaskan penat karena padatnya jadwal. Hal ini juga semakin mempererat chemistry diantara M)ereka.

"Eh bro Gue mau ngomong nih", tiba - tiba saja Anton memotong tawa rekan - rekannya, seketika suasana menjadi hening, raut muka Anton juga terlihat serius.

"Ada apa bro, ngomong aja", Amir menjawab dengan datar perkataan Anton.

"Itu broo...eee...anu...eee...", Anton serasa berat ingin mengatakan apa yang akan Dia katakan.

"Ah lambat Lu Ton, bilang aja langsung", Jaka yang tak sabar dengan Anton langsung memotong Anton yang tak kunjung ngomong.

"Lu aja dah Jak...", Anton mendorong Jaka kedepan, sekarang posisi Jaka yang berhadapan langsung dengan Amir.

"Yeee... dasar Lu, Gini Mir, Lu mau ga jadi Additional Bass kita, cuma Additional kok Mir, lagian juga ga mungkin juga minta Lo buat gabung sama Kita lagi", dengan lugas Jaka mengutarakan maksudnya ke Amir.

"Additional!!?", Amir sejenak terbengong dengan omongan Jaka, kedua alisnya saling bertemu, seakan tidak percaya apa yang diucapkan oleh Jaka, "tunggu...tunggu...maksud Lo gimana?", Amir malah balik tanya ke Jaka.

"Duduk Mir", Anton mengambilkan kursi untuk Amir dan mempersilahkannya untuk duduk, sementara yang lainnya juga mengambil kursi lalu  menata secara berdekat -dekatan, Mereka berkumpul membentuk sebuah lingkaran seperti mengelilingi api unggun.

Anton yang tadi ragu bicara ke Amir kini mulai berani membuka pembicaraan kembali, "gini Mir... Jaya sekarang tambah parah, ga tau kita harus ngapain lagi, dah 2 minggu ini Dia ngilang, nomornya juga sulit di hubungi, susah Mir...".

"Jangankan Kita Mir, Keluarganya aja dah pasrah sama Jaya, ga tau kemana rimbanya tu Anak, apalagi Nyokapnya tu, kasihan Kita lihat Nyokapnya yang nyariin terus tapi ga ada hasilnya", tiba - tiba Jaka memotong pembicaraan Anton.

Dua minggu ini Kita keteteran Mir, Lu bayangin aja, Kita mau tampil tapi Dia ga bisa dihubungi, kemarin - kemarin Kita harus pakai Bassis cabutan. Untung aja Lu mau Mir semalam Kita hubungi mendadak, kalau Lu ga bisa main hari ini bisa kacau nih semua", Jaka berapi - api menjelaskan perihal Jaya ke Amir.

Sejenak Amir terdiam, teman - temannya juga ikut terdiam, Mereka menunggu reaksi dari Amir. Hati mereka berdebar - debar seperti menunggu lotre, berharap Amir mau menerima pinangan Mereka menjadi Additional Player.

Amir yang terdiam mulai membuka suara, "Sebenarnya Gue mau - mau aja bro, tapi apa Kalian ga kepikiran sama Jaya?, pasti ada yang ga beres sama Dia, apalagi sampai menghilang kayak gitu". Perasaan Gue ga enak bro, apalagi terakhir ketemu 4 bulan yang lalu waktu launching album Kalian".

"Lu tau sendiri kan Mir selama ini Jaya gimana, madat mulu kerjaanya, semua jadi terbengkalai Mir. Asal Lu tau aja, sebenarnya album Kita lama selesainya gara - gara Dia, semuanya molor. Waktu launching aja Dia datangnya telat, mainnya juga sekarang amburadul, dah ga waras kali Dia", Minto menanggapi ucapan Amir dengan nada tinggi.

Amir kembali terdiam, entah apa yang dipikirkannya, Dia coba mengorek - orek kenangan masa lalu bersama Jaya. Masa dimana ketika awal - awal ngeband bersama ketika masih berseragam putih biru. Mereka dulu adalah teman satu sekolah, mereka jadi akrab karena sama - sama suka ngeband. Hingga akhirnya Mereka membentuk Band bersama dengan Anton, Band Mereka cukup terkenal di kalangan para pelajar waktu itu, untuk anak seusia SMP, skill Mereka melebihi anak sebayanya. Bisa dikatakan Band mereka ketika berseragam putih biru adalah embrio Resonansi sekarang ini, Anton dan Jaya terus mempertahankan Bandnya walaupun kerap berganti personil, sementara Amir yang lebih condong ke genre metal memutuskan untuk keluar demi menekuni aliran kesenangannya, ya walaupun Amir pernah masuk kembali ke Band ini, itu hanya beberapa bulan saja, sekedar membantu karena kekosongan posisi Bass yang ditinggalkan Bassist sebelumnya. Karena sering gonta ganti Bassist tersebut maka Jaya memutuskaan berpindah dari Gitaris menjadi Bassist, Hingga akhirnya terciptalah formasi final sekarang ini, dimana Anton sebagai vokal, Jaya Bassist, Jaka gitaris dan Minto drummer. Band indie yang memainkan musik seperti Punk, Funk, Rap metal dan Alternative.

Anton menepuk pundak Amir yang dari tadi ngelamun mengingat masa lalunya, "Hoe... Mir gimana?, malah ngelamun lagi".

Amir seketika terhenyak, "Eh...gini... Ton...", Amir terbata - bata mencoba mengendalikan dirinya yang masih terkejut. " Gue setuju gabung lagi, tapi  Gue ngomong dulu sama anak - anak SERAK, gimanapun juga kan Gue masih sama Band Gue, SERAK .Gue ga mau jadwalnya berantakan dan terbengkalai...".

"Oke broo kalau gitu...", Jaka menyela pembicaraaan Amir.

"Tunggu dulu, main potong aja Lu, Gue belum selesai", Amir memprotes Jaka. Dengan gesture tangannya, Jaka mempersilahkan kembali Amir meneruskan perkataannya.

"Gue mau gabung tapi Kita harus bantu Jaya lepas dari jeratan Narkoba, Kita bawa Jaya buat direhabilitasi, Lu kan sepupunya Jaya To, Lu bilang sama Bokap Nyokapnya kalau kita mau bantu".

"Mir, asal Lu tau aja, Kita nih, keluarga besar Kita, dah capek ngadepin si Jaya, sebelum Lu bilang mau ngerehab Jaya, dah berkali - kali Jaya dimasukin Panti rehabilitasi, berkali - kali pula Dia kabur. Pernah juga dibawa ke Paranormal, tapi tetep aja kagak ada perubahan, yang ada malah parah, sekarang aja Dia ngilang ga tau kemana tu anak", kata Minto.

Amir kembali terdiam, memikirkan lagi apa yang akan dilakukan untuk kesembuhan temannnya, lalu Amir pun kembali bersuara, "Gimana kalau kita lapor Polisi aja?".

"Gila Lu Mir, Lu mau ngebunuh Jaya!?", Anton setengah berteriak menanggapi saran dari Amir, Jaya dan Minto hanya melongo mendengar saran Amir.

"Tenang dulu, dengerin dulu, Gue ga bermaksud mencelakai Jaya, malahan Gue mau nyelametin Dia".

"Nyelametin gimana maksud Lu?", tanya Anton.

"Gini, Kita laporin aja Jaya ke Polisi, kalau Dia di penjara kan aman, ga lagi dia pakai Narkoba, apalagi Bokap Nyokapnya tajir, pasti Mereka minta Jaya direhabilitasi, kalaupun ga bisa direhabilitasi, biar Dia jalani hukumannya, biar Dia kapok ga akan makai barang itu lagi. Dia juga cuma pemakai, hukumannya ga seberat pengedar kan?".

"Emang ada jaminan Dia ga nglakuin itu lagi kalau sudah bebas?", orang yang sudah parah kecanduannya, bakalan sulit banget bro lepas dari jeratan barang haram itu", Jaka menyanggah usulan Amir.

Sejenak Amir mengambil napas panjang, lalu bibirnya mulai bicara kembali, "Lu mau Jak temen Lu kayak gini terus, Kalian mau Jaya jadi budak narkoba terus?. kalau orang dah parah banget kecanduannya kayak Jaya, pilihannya cuma 2 bro, mampus atau gila. Makanya Kita harus selametin Dia, jalan satu - satunya ya lapor Polisi".

Amir memandangi rekan - rekannya satu persatu, masih tersirat raut wajah yang skeptis akan usul dari Amir. Mereka masih bingung dan mamang dengan syarat yang diajukan Amir agar mau menjadi Bassist Resonansi.

"Gini aja deh", Amir nampak mulai gusar. "Anggap aja ini misi kemanusiaan buat Kita, anggap aja ini bentuk solidaritas Kita buat Jaya, Kita ini dah berteman sejak Sekolah, nongkrong bareng, ngejam bareng, apa Lu mau melihat Dia seperti ini?, orang seperti Jaya itu harus Kita rangkul, Kita hadapi dengan kesabaran, Gue juga yakin Dia juga pengen sembuh, ga kayak gini terus".

Anton dan Jaka saling berpandangan, sementara Minto hanya terdiam dan tertunduk lesu.

"Oke Mir Gue ikutin saran Lu, tapi Gue ga janji hasilnya seperti yang Lu inginkan", tiba - tiba Minto berbicara, memecahkan keheningan dalam ruangan.

"Lu gimana Ton, Jak?", tanya Amir.

"Oke lah, Gua ikut".

"Tapi gimana caranya Kita cari Jaya Mir, dari kemarin- kemarin  aja Kita belum lihat batang hidungnya", Jaka bertanya pada Amir.

"Kita tanya semua teman - teman Kita, yang lebih  utama teman - teman Jaya, kita coba samperin tempat yang biasa Dia nongkrong, trus Kita lapor ke Polisi tentang Jaya, Kita beberkan semua siapa aja yang biasanya makai sama Dia, Kita kasih tau tempatnya juga. Yang penting Kita usaha dulu, kita lihat aja nanti hasilnya gimana. Kasihan Jaya bro, gara - gara salah pergaulan Dia jadi seperti ini".

"Okelah kalau gitu, Gue juga ga ingin saudara Gue kayak gini terus, kasihan juga sama nyokapnya", Minto menimpali perkataan Amir.

"Nah gitu donk, itu baru namanya sohib, susah senang tetap ada buat kawan".

"Iya - iya, tapi Lu jadi kan gabung Kita?", tanya Anton.

"Ya jadi lah bro, kan tadi dah bilang kalau Gue mau", Lu kirim aja lagu - lagunya, ntar Gue kulik sendiri Basslinenya", jawab Amir.

"Oke bro, makasih dah mau gabung, welcome bro... Anton menyalami Amir dan menepuk pundak Amir.

"Welcome broo...", Jaka dan Minto mengikuti apa yang dilakukan Anton.

"Ayo Kita cabut, dah jam segini, kelamaan nih Kita disini", Anton mengajak kawannya segera meninggalkan ruangan itu, tanpa bicara semua kawannya membuntuti di belakang Anton.

Hari itu secara resmi Amir menjadi Additional Player Resonansi, Band yang pernah ditempatinya lalu ditinggalkannya, dan kini Dia kembali lagi untuk sementara menggantikan Jaya.

****************