Chereads / Drama Picisan / Chapter 3 - Dialog

Chapter 3 - Dialog

Jam sudah menunjukkan pukul 20:40 namun lalu lintas masih saja padat cenderung macet, adalah hal yang lumrah untuk kota Megapolitan. Setiap hari Masyarakat dihadapkan dengan deru mesin kendaraan bermotor yang saling berhimpitan berebut jalan sesama pengendara, klakson – klakson  saling bersahutan semakin menambah semarak keriuhan pada malam itu.

Sudah 5 menit berlalu Amir duduk di atas jok sepeda motornya, dengan sabar Dia menunggu Istrinya yang belum keluar dari kantor tempatnya bekerja. Dari tadi Amir memainkan Ponselnya, sesekali pandangannya dialihkan ke arah pintu keluar kantor Anna.

Selang beberapa waktu kemudian Anna keluar dari kantornya, dari kejauhan Anna melambaikan tangan dengan maksud memberitahukan keberadaanya. Segera Amir menyalakan motor dan menghampiri Anna yang tengah berdiri di depan kantor.

"Mas lapar nih, beli nasi goreng yang biasanya ya?", tanpa menunggu jawaban dari Amir, Anna langsung duduk dibelakang dan memeluk Amir. Sementara Amir tidak menjawab permintaan Anna, Dia hanya mengangguk dan mulai menjalankan motornya meninggalkan area parkir.

Amir perlahan menyusuri deretan PKL yang berjajar di sepanjang jalan yang dilaluinya, daerah tersebut memang sentra PKL yang dibawah naungan Pemkot, dari ujung ke ujung berbaris rapi lapak lapak semi permanen mulai dari penjual pangan, sandang hingga keperluan rumah tangga. Kawasan tersebut tertata rapi, bersih dan teratur, bukan seperti kawasan PKL liar yang cenderung semrawut dan terkesan kumuh.

Dia memberhentikan motornya tepat di depan penjual nasi goreng langganannya, Anna langsung turun dari motor lalu memesan nasi goreng, " Bang nasi 2 ya, bungkus Bang".

"Iya Neng", Si penjual menyahuti Anna sambil terus mengaduk – aduk nasi yang ada di wajan besar di depannya.

Anna menghampiri Amir yang sudah duduk di kursi yang terbuat dari plastik, Anna tidak duduk di sampingnya tapi duduk tepat di depannya. Anna hanya melihat Amir yang dari tadi sibuk dengan Ponselnya, mungkin karena asyik dengan Ponselnya, Amir tidak tahu bila Istrinya sudah berada di depannya. Anna pun mulai mengikuti Amir, mengeluarkan Ponselnya dari dalam tas dan memainkan Ponselnya.

Ibu jari Amir beradu dengan layar Ponselnya, sepertinya Dia sedang mengetik sesuatu, entah apa yang diketiknya. Dia nampak serius, sejenak Dia berpikir tapi kepalanya masih tertunduk menuju ke layar ponsel, lalu Dia menengadah tapi masih terus berpikir. Dia melihat ke arah wajah Istrinya yang tepat berada di depannya, wajah cantik yang Dia kagumi, wajah ayu yang Dia sayangi. Dalam – dalam Dia memandangi wajah Istrinya, nampak sekali kelelahan yang terlihat dari wajahnya, elok parasnya tidak mampu menutupi guratan keletihan di wajahnya.

Anna yang dari tadi menatap layar ponsel tiba – tiba mengangkat wajahnya, sekarang Amir dan Anna saling beradu pandang, sejenak mereka terdiam, Amir lalu menundukkan kembali pandangannya ke layar ponsel, sementara Anna hanya tersenyum melihat aksi Suaminya.

"Neng ini nasinya...", Penjual nasi goreng itu menyerahkan bungkusan kepada Anna.

"Iya Bang, terima kasih", Anna mengambil bungkusan itu lalu menyerahkan uang sebagai mahar akan nasi gorengnya.

Mereka berdua lalu meninggalkan kawasan tersebut, sepanjang perjalanan pulang Amir masih tidak berbicara. Gaya berkendara Amir pun ikut berubah, biasanya Dia memacu motornya dengan kencang, kali ini Dia mengendarainya perlahan.

Setelah tiba di rumah, Anna segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Anna lalu menuju dapur mempersiapkan nasi goreng yang dibelinya tadi untuk makan malam, makan malam yang terlambat karena jam sudah menunjukkan pukul 22:30.

"Ayo Mas makan", Anna mengajak Suaminya menuju meja makan untuk segera bersantap.

"Iya...", kali ini Amir membalas ajakan Anna.

Anna langsung membuka kemudian menyantap nasi goreng itu, lahap sekali Dia, sepertinya Dia memang kelaparan. Amir mengunyah pelan nasinya, entah Amir menikmati nasi gorengnya, atau ada hal lain yang membuatnya makan secara perlahan.

"Kamu kenapa Mas, dari tadi kok diam aja, ada apa?", Anna membuka pembicaraan.

"Itu Yang... Aku dapat kerjaan baru...", Amir dengan berat menjawab pertanyaan Anna.

"Kerjaan baru? Ya bagus donk Kamu dapat kerjaan baru, tapi kenapa kok malah masam gitu mukanya?.

"Aku jadi Additional Playernya Resonansi, Kamu tahu kan Band itu?. "Tahu – tahu, Mas kan dulu pernah di Band itu juga kan? La trus kenapa Mas kelihatannya ga happy gitu?, apa karena genrenya ga sama dengan genre kesukaanmu Mas? Kalau ga suka, kenapa Mas ke Band itu lagi?", Anna mencecar Amir dengan beberapa  pertanyaan sekaligus.

Amir lalu meletakkan sendoknya, Dia berhenti makan memandangi wajah Istrinya, lalu Dia berkata, "Kamu tahu Jaya kan? Sanjaya temanku sekolah dulu dan sekarang jadi Bassistnya Resonansi, Aku menggantikan Dia Yang".

"Trus kenapa kalau Mas menggantikan Jaya?, Apa Jaya dikeluarkan dari Band?, apa Mas merasa ga enak sama Jaya?", Anna kembali mencecar Amir.

"Bukan begitu, Jaya menghilang, makanya Aku menggantikan Dia".

"Menghilang gimana Mas!?", kali ini Anna berhenti mengunyah, dan meletakkan sendoknya di atas meja.

"Gini lho Yang...", Amir menceritakan semua tentang Jaya, pun rencana terhadap Jaya dikemukakan dengan lengkap kepada Anna.

"Apa Kamu yakin Mas dengan rencanamu itu?, apa dengan begitu semua jadi lebih baik?", Anna bertanya kepada Amir tentang kemungkinan keberhasilan rencana "menyelamatkan" Jaya.

"Ya apa salahnya mencoba, yang penting ada usaha, mengenai hasilnya biar Yang diatas yang menentukan", Amir menjawab keraguan Anna dengan jawaban yang diplomatis.

"Kamu memang orang baik Mas, masih peduli sama temanmu", Anna memegang pipi Amir, Ibu jarinya mengusap – usap pipi Amir yang cekung. Amir hanya tersenyum mendengar pujian Anna.

"Tapi kenapa Jaya bisa menjadi Junkie Mas?", Anna melontarkan pertanyaan kembali pada Amir dengan menunjukkan ekspresi keheranan.

"Yah itulah kehidupan anak Band, Alkohol, drugs dan groupies semacam satu paket kesenangan buat Mereka, makanya harus pintar – pintar mengendalikan diri, kalau nggak ya bisa terjerumus seperti Jaya".

"Kamu jangan gitu lo Mas, awas kalau Kamu seperti itu, tak potong punyamu", kata Anna sambil memperagakan memotong sesuatu pada Suaminya.

"Hiii...jangan donk, ini kan punyamu juga Yang, ntar Kamu ga punya lagi donk?", Amir balas menggoda Anna.

"Huu... dasar omes", Anna hanya membalas seperti itu, lalu merapikan piring dan sendok, sementara Amir tertawa kecil melihat ekspresi Anna.

***********************

Amir merebahkan tubuhnya di ranjang, Dia mencoba memejamkan matanya. Anna yang berada di sampingnya asyik bermain Ponsel, berselancar di dunia maya mencari hiburan setelah seharian bekerja.

Amir berkali – kali mengubah posisi tidurnya, mencari posisi yang tepart agar bisa tidur dengan nyenyak. Rasa kantuk sudah menyerangnya, tapi entah kenapa dari tadi Dia tidak dapat tidur, walaupun sudah memejamkan mata namun pikirannya masih terjaga.

"Kenapa Mas, ga bisa tidur?", Tanya Anna sambil terus memperhatikan ponselnya.

"Iya nih, susah banget dari tadi mencoba tidur, Kamu ngapain, ga tidur?".

"Ntar lagi Mas, lagi lihat video – video Kita".

"Video apa?", Amir bangkit dari tidurnya lalu mendekati Anna untuk melihat apa yang sedang di lihat Anna.

"Oh ini... lumayan ya viewersnya, lebih dari 100 ribu".

"Bikin lagi yuk Mas kayak video ini", ajak Anna sambil memandang wajah Amir.

"Ogah ah, ga menarik", jawab Amir datar.

"Lho, kenapa Mas?, seru kan Mas, siapa tahu ntar banyak viewersnya, kan lumayan bisa dapat duit".

"Dapat duit tapi dari karya orang lain, ga banget deh", Amir kembali menjawab Anna, kali ini dengan cara bicara merendahkan.

"Tuh kamu lihat...", Anna membuka – buka video yang berisikan para Musisi spesialis mengcover lagu orang lain."Nih Mas lihat, ini semua orang tukang ngecover lagu – lagu yang sudah terkenal, Mereka ga masalah kan?", Anna berbicara ke Amir dengan ketus.

Amir lalu memeluk Istrinya, " Iya memang ga ada masalah, tapi coba sejenak pikirkan. Kamu jadi punya popularitas dan finansial yang banyak tapi hasil dari karya orang lain, ya walaupun Kamu sudah mencantumkan sumber  darimana lagu itu berasal, tapi itu kan milik orang lain, apalagi lagu yang dicover itu lagu yang hits pada masanya, kesannya Kamu menumpang tenar melalui lagu itu".

"Tapi Mas, kan Kita tidak sepenuhnya menirukan lagu itu persis dengan penyanyi aslinya, Kita bisa mengimprovisasi dan mengaransemen lagu itu dengan kreatifitas Kita, itu sama juga dengan berkarya kan?. Lagian Mas, kan ada  lagu yang dinyanyikan penyanyi aslinya tapi ga begitu tenar tu lagu, tapi setelah dicover, itu lagu bisa booming", Anna mencoba menyanggah Amir.

"Ya memang, pasti Kita juga akan merubah sedikit aransemen lagu yang akan Kita cover, tapi lebih sulit mana, mengkreasikan lagu yang sudah ada atau menciptakan lagu yang belum ada?, bagaimanapun juga membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada itu susah dan butuh pemikiran yang keras, beda dengan kalau Kita sekedar menirukan hal yang sudah ada, tinggal copy paste aja. Belum lagi masalah royalti, apa Kamu ga keberatan kalau karyamu dipakai orang lain tapi Kamu ga dapat apa – apa, atau Kamu Cuma dapat sedikit tapi orang yang mengcover lagu Kamu jadi kaya karena karyamu".

"Ya juga sih Mas, tapi kan juga ada Mas penyanyi yang sudah terkenal tapi mengcover lagu orang lain juga, trus bagaimana dengan Band kafe?, Kamu juga kan kalau main di kafe bawain lagu orang, itu kan sama juga mendompleng ketenaran dari lagu orang lain".

"Ya jelas beda Anna sayang... dengarin ya, biasanya kalau penyanyi yang sudah terkenal mengcover lagu orang lain, itu karena Mereka suka atau ngefan sama yang punya lagu itu, atau Mereka terinfluence dari penyanyi tersebut sehingga mempengaruhi cara bermusiknya. Tapi Mereka sudah minta ijin si empunya lagu dan mendapat lisensi sehingga bisa mengcover lagunya, pembagian royaltinya pun juga jelas dan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Contohnya  ya, album dari Guns N Roses yang The Spagheti Incident, itu semua lagu di album tersebut milik orang lain, Mereka memainkan dan merekam ulang lagu – lagu band lain yang menjadi favorit Mereka. Ada juga albumnya Metallicca yang Garage Inc, Mereka mendaur ulang lagu dari Band – band yang mempengaruhi Mereka dalam bermusik, bisa dikatakan itu Tribute buat Band yang Mereka hormati".

Anna sejenak terdiam, lalu bertanya lagi pada Amir, "Tapi kadang penyanyi cover itu membantu mempopoulerkan suatu lagu, yang awalnya orang ga tahu tu lagu, tapi ketika dicover, orang – orang jadi tahu lagu tersebut".

"Ga juga Anna Sayang, lagu itu ada masanya. Sekarang Aku tanya, The man who sold the world itu lagunya siapa?", tanya Amir pada Anna.

"Nirvana lah Mas", jawab Anna dengan cepat.

"Bukan lah..".

"Lo kan Nirvana yang nyanyi tu lagu Mas", Anna masih kukuh dengan jawabannya.

"Pasti Kamu belum tahu, itu penyanyi aslinya David Bowie, tapi Nirvana menyanyikan ulang lagu itu, itu lagu dah ada sejak tahun 70an".

"Masak sih Mas?".

"Iya Sayang, kan sudah Ku bilang tadi, lagu itu ada masanya, tapi bukan berarti lagu itu akan usang, cuma beda generasi aja. Itu lagu sudah terkenal tahun 70an, tapi tahun 90an kan sudah beda generasi, ada yang tidak tahu lagu itu, orang awam menyangka itu lagu jadi terkenal karena dinyanyikan oleh Nirvana, padahal itu lagu dah ngetop pada jamannya. Ini salah satu contoh aja, makanya banyak orang beranggapan kalau musisi cover itu cuma numpang tenar dari lagu yang dinyanyikannya, beda dengan Band atau penyanyi yang sudah  terkenal mendaur ulang lagu orang lain, Mereka respect pada penyanyinya dan suka dengan lagu itu".

"Ni coba lihat video yang Ku buat, viewersnya mencapai 200 ribu lebih", Amir memperlihatkan sebuah video yang Dia buat bersama Bandnya, dalam video itu Amir mengcover lagu dari Iron Maiden yang bertajuk Hallowed by the name.

"Trus coba lihat viewersnya lagu ciptaanku ini, viewersnya Cuma 15ribuan, timpang banget jumlah viewersnya?".

"Iya Mas, kok bisa gitu, jauh banget jumlah yang nonton, padahal kan ini lagu ciptaannya Mas sendiri", tanya Anna keheranan.

"Ya itu lah, lagu yang Ku cover itu kan dah terkenal, makanya orang lebih banyak yang nonton, melihat gimana hasil coveranku, bagus apa jelek daripada penyanyi aslinya, beda dengan lagu ciptaanku, masih belum banyak yang tahu,jadi yang nonton sedikit. Jadi lagu itu menarik minat viewers untuk melihat videoku, itu sama aja Aku mendompleng popularitas lagu itu.

"Jadi trus gimana Mas?", Anna bertanya lagi pada Amir.

"Apanya yang gimana?", Amir malah bertanya balik ke Anna.

"Ya pendapatmu tentang musisi cover?".

"oh...itu, ya mending bikin lagu sendiri aja, siapa tahu bisa diterima khalayak umum. Aku sih ga antipati dengan Musisi cover, tapi alangkah baiknya kalau mau mengcover lebih baik ijin dulu, trus juga royaltinya harus jelas, karena itu termasuk kekayaan intelektual lho, soalnya bikin lagu itu ga gampang, Kita harus menghargai si pencipta lagu itu, ga asal comot aja demi keuntungan pribadi. Beda kasus kalau kita menyanyikan lagu orang di kafe seperti yang Kamu tanyakan tadi, itu kan tidak didokumentasikan serta dipublikasikan, hanya buat hiburan dalam ruangan itu semata, lingkupnya kecil jadi tidak termasuk mencari keuntungan. Kecuali memang niat dikomersilkan, itu harus ada ijin dari yang bersangkutan agar tidak menjadi masalah.

"Kalau Kita mengcover Cuma buat senang – senang aja ga mikirin keuntungan tapi dapat duit dari adsense, itu gimana Mas?", tanya Anna lagi.

"Ya kasihkan sama yang punya lagu, beres kan".

"Tapi kan sayang Mas, lumayan duitnya".

"Ya itu namanya bukan buat senang – senang, tapi cari uang, dasaar....", Amir mencubit kecil lengan Istrinya karena gemas dengan alasan Anna.

"Ha...ha...ha...", Anna  tertawa lepas melihat Amir seperti itu.

"Ayo – ayo tidur, dah larut...", ajak Amir.

"Bentar Mas, besok Aku libur Mas".

"Kok libur, tumben?".

"Capek Mas, pingin malas – malasan seharian besok".

"Ya udah Aku tidur dulu, ngantuk".

"Ya Mass...".

*************************