Cahaya putih kembali menyinari tempat yang mereka pijak. Mereka berdua tersenyum menatap satu sama lain. Mereka berdua tahu kalau cahaya itu, menandakan mereka akan bangun dari mimpi mereka.
Mereka menutup mata masing - masing. Cahaya putih yang terang menyelimuti dan mereka pun terbangun dari tidur mereka yang aneh namun memang itu benarnya.
"Waktu yang akan membawa jawabannya." Kata Steve dan Lyra.
Lyra segera beranjak dari tempat tidur, dan mulai mempersiapkan dirinya untuk kerja. Dan membereskan barang - barangnya. Lyra dengan segera keluar kamar dengan membawa tas dan laptopnya untuk mengecek jadwal. Steve lalu keluar dari kamarnya untuk sarapan. Dengan memakai dasi sambil berjalan terlihatlah sedang tergesa - gesa karena mungkin memiliki pekerjaan yang harus di kerjakan.
"Hati - hati Steve, ayo sarapan dulu." Ajak Ibu Steve.
"Tidak Bu. Steve dapat telepon dari Perusahaan Zico yang meminta kerja sama dengan perusahaan milik Steve." Jelas Steve yang tampak sedang memasang dasi. Lyra membelalakkan matanya tidak percaya dengan Steve.
"Ah begitu." Kata Ibu Steve. Ibu Steve tampak memikirkan sesuatu.
"Ayo Lyra, kita pergi." Ajak Steve sambil memakai jasnya dan membawa tas Lyra.
"Eh tunggu, kita belum sarapan Steve." Kata Lyra yang langsung menutup laptopnya.
"Iya Steve, Lyra benar." Kata Ibu Steve.
"Tapi ini sudah mepet Bu, nanti siang Steve pulang makan siang ya. Steve pergi dulu ya." Kata Steve pamit dengan Ibunya.
"Iya Steve, jika kamu bilang begitu. Jangan lupa ya. Kalian berdua hati - hati di jalan." Kata Ibu Steve yang terlihat sabar.
"Baik Bu." Jawab Steve.
"Ibu, Lyra pergi dulu ya." Kata Lyra pamit dengan Ibu Steve.
"Iya nak."
...
Mereka berdua bergegas menuju mobilnya. Steve menancapkan gas, dan pergi menuju perusahaan nya.
"Gawat ini. Pasti ada apa - apanya ini." Kesal Steve.
"Sabar Steve. Kita lihat dulu dia mau apa." Kata Lyra yang berusaha memberi saran.
"Baiklah, kamu tolong merekam pembicaraan aku dan Zico. Takutnya ada kecurangan dalam kerja sama ini." Kata Steve yang sedikit tenang.
Sesampainya di perusahaan, semua pegawai yang sudah datang ke tempat kerja. Menyapa dan memberi salam pada Steve dan Lyra.
"Pagi pak."
"Pagi." Jawab Steve.
Seperti biasa, Steve dan Lyra masuk ke ruang kerjanya. Dan mengisi daya laptopnya dan mulai mencari dokumen penting lalu mwnyuruh Lyra mengeprint nya.
"Lyra, tolong print ini. Dan temui tukang bersih - bersih untuk membersihkan tempat ruang rapat." Pinta Steve.
"Baik komandan, segera di laksanakan." Kata Lyra dengan semangat. Lyra kemudian keluar dari ruangnya dan berjalan menuju tempat yang sediakan khusus para pegawai untuk mengeprint dokumen.
Steve senyum - senyum sendiri melihat yang semangat terpancar dari Lyra,
"Kamu lucu Lyra." Guman Steve.
Selesai mengeprint, Lyra menyusun dokumen itu. Pada saat Lyra berjalan menuju tempat khusus tukang bersih - bersih. Lexa menyandung kakinya. Lyra pun terjatuh dan kertas dokumen yang Lyra print berhamburan kemana - mana.
"Rasakan tuh." Ejek Lexa, lalu pergi meninggalkan Lyra. Lyra yang tidak peduli dengan Lexa, langsung memungut kertas - kertas dan menyusunnya kembali.
"Sabar Lyra, itu ujian." Guman Lyra memberi semangat pada dirinya.
Sesampainya diruang pegawai bersih - bersih. Lyra segera memberitahukan mereka untuk mempersiapkan ruang rapat.
"Baik Nona, akan kami laksanakan." Jawab salah satu pegawainya.
"Baik Pak, terima kasih banyak atas bantuannya." Jawab Lyra lalu pergi menuju ruang kerjanya.
Lyra masuk kedalam ruang kerjanya dan memberi dokumen itu pada Steve.
"Sudah kamu beritahu para tukang bersih - bersih untuk membersihkan ruang rapat." Tanya Steve sambil mengecek dokumen - dokumen yang Lyra print.
"Sudah, mereka sudah aku beritahu." Jawab Lyra.
"Baiklah, kerja yang bagus. Aku sudah memesan sarapan, sebentar lagi juga datang." Jawab Steve tersenyum.
"Terima kasih Steve. Dan ya, kapan Zico akan datang." Tanya Lyra.
"Sama - sama. Paling - paling 1 jam lagi." Kata Steve mengingat - ngingat. Lyra hanya mengangguk mengiyakan perkataan Steve.
Terdengar suara ketukan dari pintu ruang kerja mereka berdua.
"Masuk." Jawab Steve. Pintu pun terbuka dan masuk seorang pegawai yang menjaga pos keamanan di depan perusahaan.
"Ini Pak, makanan yang bapak antar." Kata satpam itu memberikan makanan itu pada Steve.
"Terima kasih." Kata Steve sambil mengambil makanan itu dari satpam tersebut.
"Sama - sama." Jawab satpam itu lalu pergi.
Steve langsung membuka plastik makanan dan memberikan kotak makanan dan satu gelas teh manis untuk Lyra.
"Itu buat kamu, cepat di makan. Jangan sampai masuk angin." Kata Steve sambil mengelus - elus rambut Lyra dengan lembut.
"Iya." Jawab Lyra yang membuka sarapannya.
Mereka berdua memakan sarapan mereka masing - masing. Steve memesan nasi uduk dan dua gelas minuman teh manis. Akhirnya mereka selesai menyantap sarapan. Dan terdengar lagi - lagi ketukan pintu.
"Masuk." Jawab Steve. Karyawan itu membuka pintu.
"Maaf pak, Tuan Zico sudah sampai." Kata karyawan itu.
"Baiklah antarkan dia ke ruang rapat, suruh dia menunggu di ruang rapat." Kata Steve dingin.
"Baiklah pak."
Steve bergegas menutup laptopnya dan membawa dokumen penting tadi. Dan tidak lupa Lyra membawa laptopnya dan menyetel aplikasi perekam suara di ponselnya. Mereka berdua bergegas menuju ruang rapat.
"Akhirnya kamu datang juga." Sambut Zico lalu berdiri, berjalan menuju Lyra.
"Jangan dekati dia." Gertak Steve.
"Hm, baiklah." Jawab Zico sambil menatap Lyra menggoda. Mereka bertiga pun duduk, di dalam ruang rapat. Lyra pun langsung menyetel perekam dari ponselnya.
"Katakan apa mau kamu untuk kerja sama?" Tanya Steve langsung.
"Aku ingin perusahaan ku juga ikut berkembang, dan juga agar bisa mengunjungi perusahaan ini." Kata Zico memandang kearah Lyra.
"Jadi begitu, aku tidak menyetujui kerja sama ini." Kata Steve tersenyum licik.
"Jadi, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Zico.
"Jauhi Lyra dan jangan menggangu." Kata Steve dingin.
"Hanya itu asal kamu tahu, aku juga menyukai Lyra bukan dirimu saja." Jawab Zico tertawa.
"Diam! Jika aku tidak menerima kerja sama ini. Untuk apa kamu memaksaku." Jawab Steve kesal.
"Oh, begitu ya. Kamu cemburu. Lucu sekali kan Lyra." Ejek Zico.
"Sudah ku bilang aku tidak menerima. Kamu bisa pergi sekarang." Usir Steve.
"Aku akan pergi jika Lyra ikut dengan ku." Kata Zico tersenyum kearah Lyra. Lyra pun terkejut dan bingung.
"Tidak mau tidak mau." Jawab Lyra.
"Dengar, Lyra tidak mau pergi denganmu." Kata Steve mengejek.
"Dengar Steve, Lyra akan menjadi milikku. Ingat itu di kepalamu lekat - lekat." Ancam Zico.
"Sampai kapan pun Lyra tidak akan menjadi milikmu." Geram Steve.
"Dasar bajin*an." Kata Zico marah.
"Pergi atau hidupmu akan berantakan." Ancam Steve.
"Hidupku? Hidupmu yang mungkin akan hancur Steve." Kata Zico kesal.