Lexa yang memperhatikan dari luar, merasa senang karena Zico mau melupakan Lyra. Dan juga Lexa merasa ini salah satunya jalan agar Zico tidak terpuruk lagi ke dalam sakit hati.
"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" Tanya Steve tidak percaya akan perubahan pola pikir Zico yang berbeda drastis.
"Itu karena..."
Belum sempat Zico berbicara, Lexa segera masuk ke dalam ruangan itu.
"Karena aku.Aku yang menyarankan agar Zico berhenti berharap kepada Lyra." Jelas Lexa.
"Tapi kenapa?" Tanya Steve.
"Karena aku juga berpikir, diriku sama halnya dengan Zico yang mengejar seseorang yang pasti tidak akan mendapat hatinya. Bukankah itu hal yang bodoh? Jelas itu sangat membuang waktu, daripada aku terpuruk dalam patah hati. Mungkin ini salah satunya cara agar tidak merasakan hal itu. Mengejar seseorang yang tidak mungkin di dapati sama halnya dengan menunggu pesawat di pelabuhan. Oleh karena itu, aku berhenti mengejar dirimu, Steve." Jelas Lexa panjang lebar.
Steve dan Lyra yang mendengar penjelasan itu pun sadar, akan perasaan mereka yang sering kali di tolak. Rasanya sangat sakit bahkan pedih jika melihat seseorang yang dicintai tersebut tidak dapat dimiliki hatinya.
"Dan juga Steve, tolong jaga Lyra. Karena dia juga adalah wanita yang hebat menurutku. Dan juga Lexa terima kasih sudah menyadarkan ku juga. Mungkin tanpa dirimu, aku sudah dibutakan dengan ambisiku mengejar Lyra." Kata Zico tersenyum.
"Terima kasih kembali, karena sudah mau mendengar saran serta penjelasan ku. Lyra jaga Steve baik - baik, karena dirinya mampu membuatku tergila - gila sampai sejauh ini." Kata Lexa tersenyum.
"Baiklah, aku menjaganya." Jawab Steve semangat.
"Begitu pula dengan diriku." Jawab Lyra sambil tersenyum.
Mereka berempat pun tersenyum satu sama lain dengan senyum yang tulus dan bahagia. Bagi Zico dan Lexa pasti sangat menyakitkan, tapi mereka berdua yakin pasti bisa melupakan dan merelakan orang yang mereka cintai bersama orang lain.
"Sebaiknya aku pergi dulu, karena masih ada yang harus aku kerja." Kata Zico berbalik pergi.
"Tunggu..." Teriak Steve.
"Mungkin aku bisa memberi persetujuan kerja sama yang kamu ajukan." Kata Steve.
Zico yang melihat kearah Steve, merasa senang mendengar perkataan Steve.
"Jadi? Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Zico yang berjalan berbalik mendekat kearah Steve.
"Sepertinya aku akan menyetujui kerja sama perusahaan kita. Aku rasa, aku mau memberi mu kesempatan." Kemudian Steve mengambil dokumen yang dibawa Zico, lalu membuka map tersebut dan menandatangani nya.
"Apa ini serius?!" Tanya Zico tidak percaya.
"Iya. Dan Lyra fotokopi beberapa surat ini untuk di jadikan bukti kesepakatan kerja sama." Steve kemudian memberikan surat itu kepada Lyra.
"Baik Steve." Lyra kemudian mengambil surat itu lalu berbalik keluar menuju mesin fotokopi.
"Tunggu Lyra, biar ku bantu." Kata Lexa bersemangat.
"Baiklah." Lyra dan Lexa pun pergi bersama. Sedangkan mereka berdua, masih tersenyum menatap satu sama lain.
"Terima kasih Steve. Kali ini aku tidak akan menggangu mu lagi." Kata Zico tersenyum miring.
"Baiklah, aku pegang ucapan mu. Ingat, kamu sekarang adalah temanku." Steve kemudian menepuk - nepuk pundak Zico.
"Tentu kawan." Kata Zico sambil menoleh kearah Steve.
....
"Lyra aku harap kamu bisa menjadi yang terbaik untuk Steve."
"Terima kasih Lexa, aku harap kamu dapat menemukan orang yang mencintai mu seperti Steve mencintai ku." Kata Lyra sambil merangkul Lexa.
"Maafkan aku jika aku terlalu jahat padamu." Lirih Lexa.
"Tidak apa Lexa, kamu juga adalah teman ku." Lyra dan Lexa tersenyum lebar bersama. Seakan - akan tidak pernah terjadi apa - apa.
Lexa membantu Lyra memfotokopi dokumen yabg diberikan Steve. Beberapa karyawan yang berlalu lalang disana merasa bingung dengan apa yang mereka lihat. Yang biasanya Lexa selalu menjelekkan Lyra, tapi saat ini mereka sangat dekat.
"Aneh sekali." Kata karyawan yang sibuk bergosip memperhatikan Lyra dan Lexa. Lyra dan Lexa merasa diperhatikan, hanya tersenyum dan berpura - pura tidak tahu.
....
"Sepertinya kita harus memulai lembaran baru. Maaf jika perbuatan ku, membuatmu tidak senang." Kata Zico menunduk.
"Perbuatan mu dulu sudah ku maafkan, sudah waktunya kita berpikir dewasa." Kata Steve menepuk bahu Zico.
"Terima kasih banyak." Zico kemudian mengangkat kepalanya perlahan.
"Sama - sama, jadi perubahan apa yang harus kita lakukan dalam persetujuan dari kerja sama ini?" Tanya Steve tersenyum.
"Itu akan ku pikirkan, aku ingin membuat sistem vidcall cepat tanpa menguras data. Karena menurut ku, vidcall di beberapa aplikasi sangat memakan banyak data. Jadi aku ingin membuat sistem itu untuk para pengguna android." Jelas Zico.
"Mungkin ada benarnya juga. Dirimu mempunyai perusahaan aplikasi android, sedangkan diriku punya perusahaan bagian jaringan dan sistem internet. Mungkin ini adalah kerja sama bagus. Sangat bagus." Puji Steve.
"Iya, aku rasa begitu. Kalau begitu aku harus pamit, ada hal yang harus aku kerjakan di perusahaan ku." Zico kemudian beranjak dari kursinya.
"Terima kasih atas ide darimu. Akan aku pikirkan nanti." Steve kemudian mempersilahkan Zico pergi.
"Sama - sama."
Saat Zico ingin keluar dari ruangan tersebut. Zico bertemu dengan Lexa dan Lyra. Zico langsung berjalan menghampiri Lexa.
"Lexa, nanti malam jika punya waktu bagaimana jika kita dinner. Aku yang akan jemput." Kata Zico sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hm, baiklah. Aku tidak punya acara hari ini." Kata Lexa dengan malu.
"Ekhem, seperti aku mengganggu." Kata Lyra tersenyum lalu pergi menghampiri Steve. Namun, Zico dan Lexa hanya tersenyum satu sama lain.
"Sepertinya mereka akan menjadi sepasang kekasih." Bisik Lyra kepada Steve. Steve hanya tersenyum mendengar bisikan Lyra.
....
Malam pun tiba, Zico menjemput Lexa untuk pergi makan malam bersama. Lexa pun keluar dari rumah nya dan menghampiri mobil Zico yang terparkir di depan rumahnya. Lexa kemudian membuka pintu mobil tersebut dan masuk ke dalam.
"Ayo, terima kasih sudah mau menjemput ku." Kata Lexa sambil memasang sabuk pengaman.
"Sama - sama, ayo pergi." Zico kemudian menghidupkan mobilnya dan melaju menuju tempat dinner mereka.
Keheningan mendominasi di dalam mobil, Lexa hanya berpikir kenapa tiba - tiba Zico mengajaknya makan. Zico kemudian memakirkan mobilnya di depan sebuah restoran. Mereka berdua langsung keluar dari dalam mobil, Zico mengajak Lexa untuk masuk ke dalam.
"Sepertinya ini restoran mahal." Guman Lexa yang meneguk ludah. Zico mempersilahkan Lexa duduk.
"Mau pesan apa?" Tanya Zico.
"Terserah kamu." Jawab Lexa.
"Baiklah." Jawab Zico, setelah memesan makanan. Keheningan lagi - lagi menghiasi suasana. Keduanya canggung untuk membuka topik pembicaraan. Akhirnya, Lexa memutuskan untuk membuka topik pembicaraan.
"Hm, kenapa kamu tiba - tiba mengajak ku makan malam kesini?" Tanya Lexa penasaran.
"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih, karena telah menyadarkan ku untuk berpikir dewasa." Jawab Zico tersenyum.
"Jadi begitu." Lexa kemudian menganggukan kepalanya.
"Dan ya, sebagai tanda aku menyukaimu." Sambung Zico lagi. Lexa langsung membelalakkan matanya tidak percaya.
"Kamu serius?" Tanya Lexa kaget.
"Untuk apa aku berbohong?" Tanya Zico balik.
"Apa alasan dirimu bisa menyukai diriku?" Tanya Lexa dengan menatap mata Zico.
"Karena mungkin kamu adalah wanita yang bisa berpikir dewasa. Dan sekarang aku membutuhkan wanita yang benar - benar bisa menjadi pemberi saran yang baik." Jelas Zico tersenyum.
Lexa hanya tersenyum kepada Zico. Menurut dirinya ini hanya sebuah mimpi belaka. Bagaimana mungkin seorang pria di hadapannya ini bisa jatuh cinta karena dirinya memberi saran kepada orang di depannya. Mungkin ada masuk akal nya juga jika seorang pria jatuh cinta karena hal itu.
"Apa aku sedang bermimpi?" Tanya Lexa membalas senyuman dari Zico.