Steve mengepalkan tangannya dan berdiri dari tempat duduknya. Dan langsung mencengkram kerah baju Zico dengan erat.
"Kamu lihat!! Lyra sudah memilih ku dan sekarang kamu masih mengharapkan nya?! Apakah kamu sudah tidak waras??" Marah Steve.
"Heh, jangan sembarangan!! Dengar aku tidak akan menyerah mendapat apa yang sudah aku inginkan. Aku pasti Lyra menjadi milikku?!" Balas Zico.
"Dengar baik - baik, cerita yang pernah tertulis. Tidak akan pernah terjadi kembali. Aku pastikan itu." Kata Steve sambil melepaskan cengkraman nya.
Cih, lihat saja. Aku pastikan aku akan mendapatkan orang yang aku cintai." Kata Zico mengepalkan tangannya.
"Dengar, aku ingin kita taruhan. Jika kamu menang kamu dapat memiliki Lyra. Jika aku kalah, aku bersedia menerima tantangan darimu. Dan jika aku menang, kamu berhak menurut permintaan ku. Bagaimana? Berminat?" Tawar Steve.
"Baiklah. Bagaimana jika kita suruh Lyra menentukan tantangan itu. Bagaimana?" Tanya Zico menatap Lyra.
"Hm, baiklah. Lyra tentu tantangan untuk kami berdua." Kata Steve melihat kearah Lyra.
"A - aku, tidak tahu harus bagaimana." Jawab Lyra menunduk.
"Tidak apa - apa Lyra." Kata Steve mengelus rambut Lyra.
"Baiklah, aku ingin kalian bermain catur. Permainan nya kalian berdua lakukan disini besok, jam 12.00 siang. Permainan nya hanya sekali permainan, siapa yang dapat mengalahkan lawannya. Dia berhak menang. Bagaimana?" Tanya Lyra.
"Cih, itu sangat gampang. Lihat saja besok, aku yang akan menang." Kata Zico keluar dari ruang tersebut. Steve menghela napasnya perlahan. Dan melihat kearah Lyra.
"Tenang saja Lyra. Aku bisa bermain catur. Kamu tenang saja." Kata Steve tersenyum.
"Tapi bagaimana jika kamu kalah, aku tidak ingin bersama Zico." Lirih Lyra khawatir dan ketakutan.
"Tenang saja. Aku bisa bermain. Aku berjanji akan memenangkan permainan catur itu." Kata Steve merangkul Lyra.
"Baiklah, jika kamu yakin. Aku akan mendukungmu." Kata Lyra tersenyum.
...
"Ada - ada saja hari ini. Sial!!" Geram Zico.
Zico mempercepat laju mobilnya, tanpa Zico sadar, ada nenek yang sedang menyeberang. Zico yang tidak melihat lampu lalu lintas, sontak mengerem mobilnya dengan cepat. Untung saja nenek bernasib baik, nenek itu pun selamat. Zico segera keluar dari mobil dan berjalan menghampiri nenek itu.
"Nek, maafkan saya." Kata Zico.
"Sifatmu masih sama saja. Selalu ceroboh dan gegabah." Jawab nenek itu.
"Sudahlah aku mau pergi." Kata Zico lalu pergi masuk kembali kedalam mobil nya. Nenek itu berjalan menuju tepi seberang. Mobil yang dikendarai Zico pun melintas. Nenek itu oun tersenyum menatap mobil Zico yang melaju.
"Masih sama dan tidak akan berubah. Kamu akan kehilangan hal yang sama." Kata nenek itu lalu pergi entah kemana.
Zico yang tiba - tiba teringat kata nenek tadi itu, merasa ada yang aneh dan bingung serta juga penasaran.
"Kenapa nenek yang di jalan itu bilang kalau aku akan kehilangan hak yang sama? Dan kenapa nenek itu mengatakan hal itu pada ku? Sungguh menganehkan, tapi penasaran." Guman Zico yang masih termenung di meja kerjanya.
...
"Steve ini laporan harian kita. Cukup baik kalau menurut ku, untuk bulan ini." Kata Lyra.
"Seperti benar, cukup bagus. Bagaimana dengan jadwal untuk beberapa hari kedepan? Apa ada pertemuan?" Tanya Steve.
"Sebentar aku cek, untuk beberapa hari kedepan. Sepertinya tidak ada." Jawab Lyra.
"Baiklah, rencananya jika tidak ada halangan. Aku ingin membuat berdiskusi dengan tukang bangunan. Untuk memperluas perusahaan ini, untuk tempat karyawan. Supaya nanti kerjanya semakin cepat dan efektif." Jelas Steve.
"Dan bagaimana dengan dananya?" Tanya Lyra.
"Sudah aku siapkan, tenang saja." Kata Steve yang sedang menutup laptopnya.
"Baiklah, ayo pulang ke rumah. Kan kita sudah bilang sama Ibu kamu mau makan siang dirumah." Kata Lyra yang sambil membereskan barang - barangnya.
"Iya, ayo." Kata Steve lalu bangkit dari tempat duduknya.
"Jangan lupa bawa ponsel mu juga. Nanti hilang." Kata Lyra yang melihat kearah ponsel Steve.
"Ah, iya." Steve kemudian berbalik dan mengambil ponselnya lalu memasukkannya disaku nya.
Steve dan Lyra berjalan keluar ruangan, menuju tempat parkir. Tidak lupa Steve meminta satpam untuk menjaga perusahaan selama ia pergi.
"Saya pulang ke rumah dulu, pak. Sudah janji sama Ibu saya untuk makan siang di rumah. Tolong jaga perusahaan ya, Pak." Kata Steve meminta tolong.
"Baiklah nak." Kata pak Saptam tersenyum.
Steve lalu tersenyum berjalan masuk kedalam mobil dan disusul Lyra yang masuk ke dalam. Steve kemudian menyetir mobilnya menuju rumah. Disepanjang perjalan, Lyra dan Steve bercanda riang.
"Kamu tahu, kamu seperti kayu." Kata Lyra.
"Kayu? Masa mirip? Kebanyakan tidur kamu." Jawab Steve tersenyum miring.
"Iya, mirip. Karena kamu kurus." Tawa Lyra.
"Sudahlah, nanti aku gigit telingamu."
"Ampun Pak Bos." Kata Lyra tertawa begitupula dengan Steve.
Akhirnya mereka sampai dirumah, Ibu Steve dengan segera menyambut Steve dan Lyra pulang.
"Ayo nak, masuk." Ajak Ibu Steve.
"Iya, Bu." Jawab mereka serentak. Mereka semua pun menikmati makan siang bersama.
"Dan ya, Lyra. Coba tanya ketua karyawan disana. Apakah pekerjaan mereka sudah selesai. Jika sudah suruh mereka untuk pulang cepat." Perintah Steve.
"Baiklah, sebentar. Sudah ku beritahu lewat chat. Tunggu sebentar lagi." Jawab Lyra.
"Steve, bagaimana pertemuan dengan Zico hari ini?" Tanya Ibu Steve.
"Dia ingin bekerja sama dan lalu..."
"Lalu?" Tanya Ibu Steve.
"Dia menginginkan Lyra. Namun kami berdua memutuskan menyuruh Lyra membuat tantangan. Dan Lyra memutuskan permainan catur. Jika aku kalah, aku bersedia menerima tantangan nya. Dan jika aku menang dia berhak mengambil Lyra." Lirih Steve. Ibu Steve hanya tersenyum lemah kearah Steve.
"Tenang nak, kamu pasti memenangkan permainan itu." Semangat Ibu Steve.
"Iya Bu. Steve pasti bisa." Jawab Lyra semangat. Steve hanya tersenyum melihat kearah Ibunya dan Lyra.
"Terima kasih. Tanpa kalian berdua mungkin aku tidak dapat mengalahkan Zico. Terima kasih banyak semangatnya." Kata Steve.
"Iya Steve, aku akan menyemangati mu selalu." Kata Lyra tersenyum lembut.
...
"Bagaimana jika aku temui saja nenek itu?" Pikir Zico.
"Tapi masalahnya aku tidak tahu dimana nenek itu." Sesal Zico.
Terdengar ketukan pintu dari luar ruangan kantor Zico.
"Masuk."
Tampak seorang wanita yang berumur 20 - an masuk ke dalam dan berjalan menghadap Zico.
"Aku dengar kamu akan bermain catur dengan Steve besok."
"Iya, memangnya kenapa?" Tanya Zico.
"Sepertinya kamu akan kalah." Kata Lexa meremehkan.
"Jangan berbicara begitu, lihat saja nanti." Kata Zico percaya diri.
"Terserah kamu. Ayo makan siang, aku mendapatkan potongan harga di tempat makan yang sering aku datangi. Bagaimana? Tertarik?" Ajak Lexa.
"Tumben juga, tiba - tiba mengajak. Ya sudah, ayo pergi." Kata Zico semangat. Lexa dan Zico pun pergi makan bersama.