"Selamat ulang tahun," ucap Aldi dengan senyum lebar dari bibirnya. Dia memberi satu kotak besar kadi dan satu tangannya memegang kue ulang tahun dengan api menyala di atas lilin.
Sekarang jam 00:03. Salsha membukakan pintu rumahnya dengan sangat mengantuk. "Sorry ganggu lo tidur," Salsha menganggukan kepalanya setelah menguap lebar. "Make a wish," minta Aldi dengan mendekatkan satu tangannya yang memegang kue ulang tahun untuk pacarnya.
"Lo ingat?" Aldi menganggukan kepalanya cepat. "Selalu," Salsha tersenyum manis mendengarnya. "Gue suka sama kejutannya," Aldi tersenyum lega. Dia memberikan satu box lumayan besar sebagai kado ulang tahunnya hari ini. "Simpan, lo bisa buka nanti. Gue pulang dulu ya, lo pasti ngantuk malam ini. Gue tahu lo butuh tidur, kita lanjutkan besok," Salsha menganggukan kepalanya ragu. Dia menurut saja, dia membawa masuk box kado ulang tahunnya dari Aldi dan ada kue ulang tahun dari pacarnya di atas box itu.
"Lo hati-hati di jalan," Aldi menganggukan kepalanya, dia mengusap puncak kepala Salsha pelan sekali. "Mimpi indah," lirih Aldi membuat Salsha sedikit tersenyum. Salsha melihat cukup jelas Aldi berjalan masuk ke mobilnya. Setelah sudah melihat Aldi menjalankan mobilnya menuju rumahnya Salsha masuk tanpa memikirkan apapun yang aneh.
"Salsha suka kadonya?" tanya Tania yang sedang duduk di kursi samping kemudinya, Aldi mengangkat bahunya sedikit tidak menjawab. "Entah, gue suruh dia tidur dan buka kadonya besok. Apa gue harus tahu dia suka apa enggak?" Tania memutar bola matanya malas.
"Mungkin aja lo romantis dalam bicara, tapi semua tindakan lo zonk. Apa lo pikir, cewek hanya perlu perhatian aja? Dia juga butuh tindakan dan bukti, tanda kalau cowoknya berani," Aldi mengucek matanya sedikit mengantuk.
"Gue butuh tidur untuk besok," Tania memutar bola matanya malas. "Janji lo tiga hari yang lalu, dan pada akhirnya juga kita pergi tepat dihari Salsha ulang tahun," Aldi tersenyum watados. "Kenapa? Gue masib yang pertama mengucapkan ulang tahun ke Salsha," jawab Aldi sombong sekali.
"Entahlah yang terjadi, gue yakin ini hoax," Aldi memutar bola matanya malas. "Gue enggak sempat waktu itu, dan maaf buat lo nunggu. Yang pasti gue udah beliin dia kado dan kue ulang tahunnya. Gue juga mengucapkan yang pertama, makasih ya lo udah mau nunggu dan bantu gue," Tania menarik sedikit senyumnya menganggukan kepalanya.
"Gue enggak menuntut perasaan sama lo," Aldi menganggukan kepalanya jika dia juga paham. "Gue juga butuh jawaban lo setelah gue memperjuangkan lo dalam waktu tiga bulan. Masih ada dua bulan lagi dari sekarang," ucap Tania langsung saja, Aldi benar-benar dibuat tidak bisa berkata-kata.
"Lo masih nunggu?" tanya Aldi sedikit tidak percaya, Tania menganggukan kepalanya jika itu yang dia lakukan sekarang.
"Iya, sangat. Lo paham kan kenapa selama ini gue mau membantu dan menutup-nutupi hubungan ini. Ah, bukan hubungan. Perjanjian ini. Terimakasih kesempatannya, tapi gue juga lagi proses berusaha keras dan menunggu hasilnya," Aldi membuang wajahnya, dia memilih fokus mengendarai mobilnya mengantarkan Tania pulang.
"Gue antar lo pulang sekarang," Tania menganggukan kepalanya santai dekali. "Lo tahu Al? Gue melakukan sesuatu bukan enggak ikhlas dan yang lainnya. Gue cuma sedikit meminta imbala balik dari apa yang gue lakukan. Pikirkan baik-baik dan putuskan dengan tegas,"
"Jangan sampai, saat lo pilih Salsha lo masih care ke gue. Apa lagi saat pilihan akhir lo gue, lo masih berharap lebih sama Salsha. Lo harus tahu gimana gue, gue paling benci diduakan dalam hubungan. Mungkin sekarang gue baik-baik aja karena sekarang gue lagi berada di fase 'berjuang' bukan 'memiliki dan mempertahankan' paham kan?" tanya Tania menjelaskan yang sebenarnya dia inginkan.
"Gue tahu, gue paham kok dan gue juga tahu, mana dan apa aja yang semua cewek butuhkan," jawab Aldi menyantaikan nada bicaranya. "Syukurlah," jawab Tanua menimpalinya.
"Gue turun," pamit Tania pada Aldi, dia hanya menjawab anggukan kepalanya santai. "Langsung tidur," Tania berdeham menjawabnya. "Lo juga," Aldi menganggukan kepalanya manis sekali.
"Sebelum tidur lo harus kirim pesan ke gue," Tania memutar bola matanya malas saat Aldi mengatakannya dengan sangat santai. Ini yang terburuk, bagaimana Tania tidak berjuang dan bagaimana Tania tidak terus mengharapkan Aldi jika sikap dia saja sangat bertolak belakang dengan yang sebenarnya terjadi.
Kenyataan yang sebenarnya berhasil mematahkan hubungan gelap di belakang mereka bertiga. Kenyataannya bukan pacar yang dimanjakan, faktanya pihak ketigalah yang diperlakukan istimewa. Mereka hidup tidak di dunia mawar merah penuh cinta.
•••
Salsha menghela nafasnya berat menuju kamarnya. Hari ini mungkin seharusnya menjadi hari yang sangat bahagia. Dia punya kakak dan kedua orang tuanya.
Sayangnya mereka sangat sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri. Salsha berjalan ke kamarnya dengan malas. Membuka pintu kamarnya dan menaruh asal kue yang Aldi belikan padanya.
Yang terpenting bukan Kuenya, masih ada Kado yang mampu membuat Salsha sangat penasaran. Mungkin tidak romantis, tapi yang sampai sekarang Salsha ingat adalah ini pertama kalinya Aldi membelikan kado ulang tahun padanya.
Pertama kali! Tolong digaris bawahi dan ditulis dengan huruf kapital.
Salsha membuka kado di tangannya dengan mudah, matanya tiba-tiba saja mengkerut cukup terkejut. Dia mengeryit bingung.
"Apa-apaan ini? Pink?" Salsha mengumpat sedikit, dia benci dengan warna sefeminim ini. Sangat membencinya.
"Benar dugaan gue, sampai sekarangpun Aldi enggak paham sama gue. Dia cuma mau dekat, punya perasaan lebih dan menolak mengerti lebih jauh lagi dengan apa yang gue mau dan apa aja yang gue suka," Salsha melempar kado masih dengan boxnya ke dekat samping tempat sampah.
"Apa sampai detik ini juga Aldi enggak paham kalau warna yang gue suka adalah Putih sama hitam? Klasiknya lagi biru? Aish," umpat Salsha tidak senang sama sekali. Mood nya benar-benar buruh akhir-akhir ini.
Aldi semakin sibuk dengan dunianya, Iqbal juga sibuk dengan Kania. Rio berpacaran sangat damai dengan Cassa, dan Salsha sendirian. Dia kesepian semenjak berpacaran dengan Aldi.
Buruknya lagi, Iqbal benar-benar menjaga jarak dengannya di sekolah dan dimanapun. Salsha punya pacar terasa tidak memilikinya. Dia terus diam, dan dia juga hanya sedikit merasa kesepian. Bukan dalam konteks 'cemburu pada hubungan dekat Kania dengan Iqbal'.
Salsha hanya merasa, dia butuh seseorang menemaninya. Itu saja. Dia beranjak dari tempatnya menuju tempat tidur untuk mengecek ponselnya. "Coba gue lihat, ada siapa aja yang kirim pesan ke gue yang membahas ulang tahun gue,"
Salsha terus menyipitkan matanya saat melihat pesan cukup banyak terkirim padanya. Salsha menarik kursor dari bawah ke atas untuk melihat siapa yangyang mengiriminya paling awal.
Iqbal.
Mata Salsha cukup terkejut melihatnya. "Iqbal?" tanya Salsha pada dirinya sendiri. Salsha menyentuh pesan dari Iqbal satu kali sentuh.
'Sorry mungkin akhir-akhir ini gue jarang dekat lagi sama lo, lo tahu kan Sal? Usaha gue move dari lo itu susah banget. Bahkan buat membalikkan gunung terbesar aja menurut gue lebih gampang dari move on dari lo.'
Salsha tertawa membacanya, ini baru kalimat pertama saja sudah lucu, dan ada sepuluh kiriman yang Iqbal kirim padanya. Salsha total tersenyum sekarang.
'Enggak mungkin juga gue bisa angkat gunung terbesar, canda gunung terbesar. Gue cuma merasa kalau sebenarnya yang terjadi akhir-akhir ini adalah gue memaksakan diri buat menolak keadaan. Sayangnya tuhan lebih tahu kemana gue harus pergi, gue enggak bisa tidur malam ini. Pas gue lihat kalender di samping ranjang ternyata lo ulang tahun, maaf ya gue lupa sama tanggal ulang tahun lo.' Salsha mengerucutkan bibirnya lumayan kesal, tapi dia masih penasaran pesan yang Iqbal kirimkan padanya sampai akhir.
'Happy Birtday, Saengil Chughae Hamnida, Selamat Ulang Tahun, Selamat Ulang Tanggal, Selamat Ulang Bulan, Selamat Bertambah Umur, Selamat menjadi yang lebih dewasa dari hari dan tahun sebelumnya,' Doa Iqbal pada Salsha. Yang membaca sukses tersenyum penuh arti.
'Gue mau puitis hari ini. Mungkin gue akhirnya akan lucu, gue minta maaf sebelum terjadi kesalahan server. Gue suka sama lo, dari kelas tiga SMP, gue tahu kok lo udah dekat sama Aldi dari SMP kelas satu, dan Bastian juga. Asal lo tahu aja, gue mungkin diam aja di awal. Jadi gue menjadi pengecut lebih dulu agar tahu apa aja yang lo suka dan enggak suka. Lain hari gue akan melamar jadi pacar setelah lo putus dari Aldi, call ya?' Salsha terkejut bukan main, Iqbal ini bukan menjadi puitis. Akan tetapi, eror 404 funny.
Salsha hanya bisa menggelengkan kepala membacanya. Iqbal itu lucu dan Salsha butuh dia. Egoisnya hati Salsha masih berpihak pada Aldi. Ini karena eror system, bukan hatinya yang terlalu nyaman dengan orang lama dan menolak menerima orang bafu.
'Lusa ayo kita keluar berdua, gue akan ajak lo beli kado ulang tahun lo. Pilih apapun, warna hitam kan?' Salsha terdiam membaca dua pesan terakhir yang dikirimkan dari Iqbal.
'Perasaan gue masih ada, full dan utuh. Anehnya hati gue egois cuma suka sama lo. Kania mantan pacar gue Sal, bahkan dia gagal membelokan perasaan gue ke lo.' Mata Salsha fokus pada jam terakhir Iqbal mengirimkannya.
'Tenang aja, walaupun gue enggak putus baik-baik. Kania udah punya pacar sekarang, dia terus menggerutu dengan hal ini. Sorry ya karena membuat lo kesepian. Gue menyibukkan diri agar move on dari lo, semakin menjauh gue semakin enggak bisa. Ternyata benar kata ayah 'Berjauhan dengan orang yang disayang itu seperti kematian' sayangnya gue masih bisa lihat lo sampai sekarang, ini enggak masuk dalam konteks kematian karena gue masih bisa bernafas sampai sekarang.'
'Pokoknya Selamat Bertambahnya Umur, mimpi indah malam ini. Gue harap lo baca ucapan Ulang Tahun yang pertama dari gue ya. Akhirnya gue ngatuk setelah berhadapan sama handphone dan ngetik ucapan Selamat Ulang Tahun ke lo.'
'Gue tidur, bye.'
00:02.
Jadi yang sebenarnya terjadi adalah. Iqbal menyelesaikan menulis pesan untuk Salsha jam 00:02 dan pergi tidur 00:03.