Chereads / Wedding Doll / Chapter 47 - 47

Chapter 47 - 47

Happy Reading and Enjoy~

''Anda pikir kantor polisi percaya dengan semua omong kosong ini? Ini adalah kasus yang terjadi bertahun-tahun silam. Kasus yang sudah ditutup dengan pengakuan palsu atas kebakaran yang menimpa keluarga tuan Allard. Saat itu tuan Allard masih terlalu kecil, tidak bisa membela diri karena dianggap hal itu hanya khayalannya semata. Anda tidak pernah berada di posisi tuan Allard, nona. Bagaimana rasanya kedua orangtua Anda dibunuh secara keji di hadapan Anda."

Luna mengepalkan kedua tangannya. " Jika memang seperti itu seharusnya Allard tidak membunuh orangtuaku di depan mataku! Dia tahu rasa sakitnya, tapi dia lakukan hal itu kepada orang lain. Sikapnya itu sama saja dia seperti orang yang telah membunuh kedua orangtuanya."

"Itu tidak sebanding dengan apa yang dia alami!"

Grey berteriak, merasa frustrasi menjelaskan di depan Luna. Orang yang telah membenci tidak akan mudah percaya pada setiap masalah dan kesakitan orang yang dibencinya. Sekalipun orang yang dibencinya berbuat kebaikan, itu tetap tidak terlihat di matanya.

"Orangtua angkat Anda mati hanya dengan sekali tembak, tapi apa Anda tahu bahwa orangtua tuan Allard mati dengan cara dimutilasi di hadapannya. Sebelum dimutilasi mereka menyiksanya terlebih dahulu dengan cara yang tidak manusiawi, dan orang yang telah membunuh orangtua kandung tuan Allard adalah ayah angkat Anda, nona. Sementara orang yang telah menyuruh orangtua angkat Anda untuk membunuh itu adalah ayah kandung Anda sendiri, yang berada di belakang Anda saat ini. Apa Anda sudah paham, nona?"

Luna membeku, ia menggeleng tak percaya. Dia membalikkan tubuhnya ke arah Jovan yang tampak tenang, tidak terusik sedikitpun dengan penjelasan Grey.

"Apa semua yang dikatakannya benar, paman? Bahwa pamanlah yang menyuruh orangtuaku untuk membunuh orangtua Allard?"

"Kau percaya begitu saja pada orang yang baru kau temui, Luna? Ingat sudah berapa lama kau mengenal paman, dan ingat sudah berapa lama kau mengenal Allard. Dan parahnya yang saat ini menjelaskan bukanlah Allard sendiri, melainkan tangan kanannya yang mungkin saja bekerja untuk orang yang telah menjebak paman."

Seketika Luna bingung, ia percaya pada paman Jovan, tapi kalimat Grey tampak meyakinkan. Dan tentu saja hal yang paling penting, pamannya tidak mungkin berbuat sejahat itu, 'kan?

Terdengar decakan kesal dari Grey, pria itu berjalan mendekat ke arah Jovan, menarik Luna dengan kuat ke belakang tubuhnya lalu melayangkan pukulan keras ke tulang pipi Jovan. Tidak sekali, berulang-ulang, membuat Luna menjerit sebelum berlari untuk menghentikan.

Ia tidak peduli jika pukulan Grey bisa saja mengenainya, yang dipikirkannya saat ini adalah nyawa Jovan. Pamannya itu sudah sekarat, dan bisa mati jika harus menerima beberapa pukulan lagi.

"Hentikan Grey, kau bisa membunuhnya!"

"Itulah yang saat ini ingin kulakukan! Jangan jadi orang bodoh, Luna. Aku akan memberitahumu semua bukti yang menunjukkan bahwa orang inilah yang bersalah."

Grey terdiam sesaat lalu tertawa kecil. "Apa tadi yang coba kau jelaskan? Bukti palsu? Bagaimana mungkin itu bukti palsu jika didapat dari sumber tepercaya?"

Tanpa sadar Grey melupakan kesopanannya, meninggalkan kalimat panggilan 'Anda' pada Luna, lelaki itu juga berbicara dengan 'aku' tidak lagi 'saya' seperti yang biasa dilakukan.

"Tuan Allard punya rekaman saat dia mengakui semua kejahatannya. Saya membawa Anda kesini semata-mata ingin memperlihatkan bahwa semua perlakuan tuan Allard selama ini pada Anda adalah sebagai bentuk penebusan dosa yang dilakukan pada orangtua kandung Anda dan orangtua angkat Anda, nona. Saya merasa senang ketika mendapat perintah untuk membawa Anda menemuinya, tapi saya tidak dapat percaya bahwa ternyata Anda sangat bodoh."

Cara bicaranya kembali seperti biasa, tapi tetap tidak menutupi nada dingin di kalimatnya.

"Dan satu hal lagi yang perlu Anda ketahui. Kami menyekapnya baru beberapa minggu belakangan ini, itu juga karena tuan Arthur yang melampirkan semua bukti. Anda pikir tuan Allard bisa menerimanya? Anda pikir dia tidak tertekan? Saya juga baru tahu ketika tuan Arthur memberitahu, bahwa tuan Allard tertusuk pisau itu karena ulahnya sendiri yang dipengaruhi alkohol. Itu semua karena masalah ini. Jadi saya mohon anggap saja perlakuan tuan Allard selama ini sebagai penebus dosa bagi orangtua Anda."

Grey menunduk, matanya menatap Luna dengan bersungguh-sungguh.

"Ayah Anda menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh orangtua tuan Allard, dan orangtua angkat Anda adalah salah satu dari pembunuh bayaran yang disewa ayah Anda—yang sekarang ini berbaring di belakang Anda. Sudah cukup lama saya bekerja dengan tuan Allard, saya tahu bahwa setiap malam dia selalu gelisah dalam tidurnya. Anda pasti tidak pernah tahu, karena Anda memandangnya sebagai pemeran antagonis dalam hidup Anda. Tuan Allard masih harus mengunjungi dokter dua minggu sekali untuk mencoba menghilangkan traumanya."

Tubuhnya melemas, Luna jatuh terduduk di lantai yang dingin dan lembab. Ia terlalu shock, tidak ada air mata yang bisa menetes. Bagaimana bisa orang yang selama ini baik dan dianggapnya seperti orangtua kandungnya sendiri membunuh orang lain?

Dan bagaimana bisa pamannya yang ternyata adalah ayahnya dalang dibalik semua kejadian yang menimbulkan trauma pada Allard?

"Anda memandang tuan Allard dengan begitu buruk, tapi Anda tidak pernah tahu bahwa ternyata orangtua Andalah yang membentuk sosoknya seperti sekarang. Bayangkan jika Anda berada di posisinya, anak kecil cenderung mencontoh perbuatan orang dewasa, dan itulah yang dilakukan tuan Allard saat itu. Mencontoh perbuatan pembunuh bayaran yang tidak lain dan tidak bukan adalah orangtua angkat Anda."

"Tidak mungkin." Luna menggeleng kuat-kuat. Ini informasi yang terlalu sulit diterimanya.

"Jangan jadi orang buta, nona. Anda menutup semua kebenaran hanya karena melihat iblis sebagai malaikat, sementara melihat malaikat sebagai iblis. Anda pikir dengan ...."

Kalimat Grey terputus ketika mendapati pintu besi itu terbuka lebar, Allard berdiri di sana. Mendorong pintunya dengan kasar, hingga bunyi besi yang bertemu dengan dinding menggelegar ke langit-langit ruangan.

Grey pucat, keberaniannya yang berbicara tadi menciut ketika melihat raut wajah Allard tampak kelam. Lelaki itu marah, kedua tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.

Bagai hembusan angin Allard lewat dan langsung menerjang Grey dengan pukulannya.

Seketika Luna memundurkan tubuhnya karena Grey jatuh tepat di hadapannya. Allard menaiki tubuh Grey, memberikan pukulannya secara bertubi-tubi.

"Kau terlalu banyak bicara, tidakkah kau tahu itu, hah?"

Tidak sampai lima menit Grey terkapar di lantai.

"Kali ini kau melewati batasmu, Grey." Pandangannya kini beralih pada Luna yang gemetaran. Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri.

"Ma-maaf tuan, saya hanya men-mencoba memberitahu kebenarannya." Grey berucap dengan terbata.

"Kau tidak perlu memberitahunya hingga sedetail itu. Aku menyuruhmu membawanya ke sini hanya untuk memberitahunya bahwa ternyata ayahnya adalah pembunuh, bukan membeberkan semua fakta padanya!"

Tatapan Allard tampak mencemoh, "Orang sepertinya tidak mungkin bisa menerima kenyataan."

Allard menghampirinya dengan langkah perlahan, suara sepatu pantofelnya mengetuk lantai dengan dominan. Luna merasa dirinya kecil.

Entah kenapa dan entah datang darimana rasa bersalah di hatinya tiba-tiba saja muncul. Yang paling bodohnya ia merasa pasrah jika saat ini Allard ingin memukulinya seperti biasa, malah kalau bisa, membunuhnya.

"Ma-maaf. Mungkin untuk saat ini aku kesulitan untuk mempercayainya, tapi bukan berarti aku ...."

Bagaimana cara menjelaskannya? Berita ini terlalu tiba-tiba dan ia masih sangat sulit mempercayai semuanya, tapi bukti rasa bersalah di hatinya ketika melihat kedua mata Allard sudah bisa menjadi petunjuk bahwa ia percaya semua omongan Grey, 'kan?

"Bisakah kau menunjukkan bukti padaku bahwa paman Jovan benar-benar bersalah?"

Allard tertawa kuat hingga tubuh lelaki itu berguncang. Luna tahu itu bukan jenis tawa bahagia, melainkan tawa untuk meremehkan atau mungkin tawa untuk ... keboodohannya?

"Kau pikir kau siapa, hah? Jika kau tidak percaya dengan semua yang disampaikan Grey padamu aku juga tidak peduli."

Lelaki itu menunduk untuk mensejajarkan tubuh mereka.

"Ingat dirimu siapa, boneka."

Allard berjalan ke arah Jovan yang pingsan. Grey memukulinya hingga membuat lelaki tua itu tidak sadarkan diri.

"Setelah membuat bajingan ini mati dengan cara yang mengenaskan aku akan mengurus surat perceraian seperti yang kau minta, tapi jangan kira perceraian kita ibarat surga."

Tatapan Allard dingin, menghunus tajam. Bibir lelaki itu mengeluarkan senyuman sinis.

"Aku akan membuat hidupmu bagai di neraka. Tunggu dan lihat saja nanti, kau akan merasakan bagaimana hidup setelah perceraian kita."

Lelaki itu menghampirinya kembali, berjongkok di depannya dengan senyuman misterius.

"Jika kau tidak ingin bercerai, tidak apa-apa. Mungkin konsekuensi yang akan kau dapatkan tidak akan sebesar saat kita bercerai, aku akan memperlakukanmu dengan normal."

Normal? Bukankah kata-kata itu terdengar tidak masuk akal. Normal mana yang dimaksud Allard? Normal saat memukulinya lalu meninggalkannya begitu saja? Atau normal saat mencoba membunuhnya dan memakinya?

Seolah tahu apa yang dipikirkan Luna, Allard berkata dengan santai.

"Aku tidak bisa berjanji bisa memperlakukanmu dengan baik, tapi setidaknya aku tidak akan mempersulit hidupmu. Karena jika kita benar-benar bercerai, penyiksaan yang akan kau dapatkan akan lebih parah. Jadi apa keputusan yang akan kau ambil? Aku memberimu waktu dua menit dari sekarang."

Dua menit!? Itu waktu yang terlalu cepat. Saat ini hidup dan matinya berada di atas pilihannya sendiri.

Mungkin hal ini akan disesalkannya di kemudian hari, tapi untuk sekarang ini adalah pilihan yang tepat.

"Meskipun ternyata kita tidak bersaudara, tapi aku tetap ingin bercerai. Tolong ceraikan aku, Allard!'' ucapnya tegas.

Allard menyeringai lebar. "Baiklah, kali ini aku tidak menolak. Kau bisa menerima surat perceraiannya beberapa hari ke depan. Grey yang akan memberikannya padamu dan yang akan mengantarmu ke manapun kau mau. Seperti pertama kali datang menghampiriku, kau tidak akan diberikan uang sepeserpun. Silahkan mencarinya sendiri, Luna."

Allard mengucapkan namanya dengan lamat-lamat, membuat Luna tanpa sadar bergidik. Merasa tidak nyaman dengan keputusan yang diambil.

Lelaki itu menghampiri Grey yang sudah siap berdiri tegak menerima perintah.

"Antar dia kembali ke kastil, sama seperti tadi. Tutup mata dan ikat tangannya, jangan biarkan dia melihat jalan yang dilaluinya."

Grey mengangguk patuh. "Siap tuan," katanya sembari meringis.

"Kali ini jangan melewati batasmu, Grey. Lain kali tidak akan ada ampunan, tidak peduli sudah berapa lama kau bekerja denganku."

Grey menegang, tau ancaman Allard tidak main-main. Lelaki itu mengangguk patuh hingga membuat tubuhnya membungkuk.

Allard melangkah pergi dengan angkuh. Membuat ruangan itu terasa lebih hangat. Diam-diam Luna dan juga Grey menghembuskan napas  perlahan. 

Bersambung ...

Halo👋 cerita Arthur sudah tersedia di wattpad dengan judul Slave Bird ya. Bagi yang mau kepoin cerita orangtua Arthur juga bisa baca di Innovel/Dreame dengan judul Clara Prison.

Ngomong-ngomong Wedding Doll sudah tersedia di aplikasi Play book. So, yang penasaran sama kelanjutannya bisa langsung beli ya. 🙂

kalian bisa lihat bio instagram aku ya. Mesir_Kuno8181