Chereads / Wedding Doll / Chapter 24 - 24

Chapter 24 - 24

Happy Reading and Enjoy~

Rak itu berbunyi bersamaan dengan jantung Luna yang berdetak. Ia menatap ragu pad arak buku yang tadi disandarinya. Bunyi apa itu? Apa ada pintu rahasia atau lorong yang tersembunyi? Ia mendorong rak itu, yang seketika membuat raknya mengayun keluar.

Sejenak ia menimang-nimang untuk memasuki ruangan itu, apa lantai bawah tempat perkumpulan para mayat? Atau bias jadi jalan keluar rahasia? Semangatnya muncul ketika memikirkan bias saja ruangan itu adalah jalan keluar. Didorongnya rak itu perlahan, dan tidak bertahan lama sebelum tubuh Luna memasuki lorong yang gelap.

Seketika Luna menyesali keputusannya, tidak ada cahaya sedikitpun. Lorong ini benar-benar gelap dan dingin. Ia bahkan berjalan dengan meraba dinding-dinding yang dilewatinya.

Ketakutan menjalari dirinya ketika berpikir bahwa lorong ini tiada ujungnya, kesunyian dan kegelapan menyelimuti. Bagaimana jika ia mati disini sebelum membunuh Allard? Itu adalah hal yang sia-sia, menggelengkan kepalanya kuat-kuat, ia tetap berjalan.

Luna tergelincir di undakan pendek yang mendadak muncul di hadapannya, sementara beberapa meter dari tempatnya berdiri ada cahaya kecil yang bersinar dengan redup. Seolah menemukan sebuah harapan baru, ia semakin bersemangat melangkah.

Ternyata cahaya itu berasal dari pintu yang terbuat dari batu yang lumayan berat, dengan susah payah ia mendorongnya hingga berhasil terbuka sepenuhnya. Tidak ada jalan keluar, sebab pintu itu ternyata sebuah kamar yang cukup mewah. Mewah dan gelap, ibarat bangunan kuno pada zaman dahulu yang hanya mengenakan lilin.

Apa ini kamar Allard? Sebab kamar itu nampak sangat elegan dengan gaya kuno. Matanya menyipit ketika menemukan sosok wanita yang meringkuk di sudut ranjang, ia mendekat dengan perlahan. Wanita itu memainkan tangannya seolah-olah ia sudah tidak waras.

"Hai," sapanya ketika berdiri tepat di hadapannya.

Wanita itu mendogak dan langsung terbelalak, tubuhnya beringsut mundur lebih jauh. Matanya menatap Luna dengan ketakutan, tubuhnya bahkan bergetar. Hatinya seperti diremas oleh tangan tak kasat mata.

Siapa wanita ini dan mengapa ia berada di ruangan yang gelap tanpa cahaya? Mengapa ia ketakutan melihat manusia? Apa Allard yang merusak jiwanya hingga separah ini?

"Namaku Luna, aku tidak ingin menyakitimu, aku hanya ingin berteman." Ia mengulurkan tangannya berniat untuk berkenalan, tetapi perempuan itu malah menutupi kepalanya seolah-olah Luna akan memukulnya.

Ia menelan ludahnya gugup, wanita ini pasti memiliki trauma yang mendalam hingga membuatnya seperti ini. Dengan gerakan yang amat pelan sekali ia menunduk, lalu perlahan melabuhkan punggungnya bersandar pada ranjang. Duduk tepat di sebelah perempuan itu.

Dapat dirasakannya tubuh perempuan itu menjauh darinya, wajahnya tertupi rambut dengan menunduk takut-takut.

"Aku tidak akan menyakitimu, aku hanya ingin berteman," ucapnya pelan.

Wanita itu tidak memperdulikan ucapan Luna, ia hanya focus menjauhi Luna dengan tubuh bergetar. Merasa hal yang sia-sia jika mengajaknya berbicara, Luna tidak ingin mengeluarkan suara. Membiarkan kegelapan dan keheningan menyelimuti mereka berdua.

"Thalie ... Na ... Thalie ...."

Wanita itu berucap dengan sepatah-patah, kedua mata Luna berbinar. Ia menghadap wanita itu sepenuhnya. "Kau mengatakan sesuatu?" Tanyanya dengan suara lembut.

Ia ingin berteman dengan wanita ini dan mengajaknya sama-sama melarikan diri dari Allard. Jika mereka melakukannya bersama-sama masalah akan terasa lebih ringan, dan mungkin saja wanita ini tau jalan keluar dari lorong bawah tanah.

"Thur ... Thalie ... man-na?"

Ia kembali meracau dengan kalimat yang tidak terlalu jelas, tetapi sepertinya wanita itu mencoba menyebutkan namanya.

"Ada yang bisa kubantu?"

"Thalie ... namaku ... Natha ... lie Alan ... na."

Senyum lebar langsung menghiasi bibirnya, wanita ini memperkenalkan namanya dan itu adalah pertanda baik.

"Boleh kutahu mengapa kau terjebak di dalam sini?"

Pertanyaan yang salah karena terkesan terlalu terburu-buru, sebab memperkenalkan diri saja sudah bisa dikatakan sebagai kemajuan. Wanita itu mendongak dan kali ini wajahnya terlihat jelas, meskipun keadaan sekitar gelap, tetapi Luna bias melihat bahwa wajah gadis ini terlihat cantik.

Allard menyembunyikan satu gadis cantik hingga membuatnya trauma, lelaki itu memang tidak memiliki hati.

"Apa kau ingin ikut denganku? Aku akan membebaskanmu dari sini, aku juga akan memberitahumu semua keindahan dan cahaya. Kau tidak cocok berada di sini."

Dengan cepat, oh tidak, bahkan terlalu cepat, gadis itu menggelengkan kepalanya. Ekspresi wajahnya menolak, diperkuat dengan kalimatnya yang mengatakan, "A-aku tidak boleh ikut dengan orang asing."

Luna menghela napas, dengan selembut mungkin ia menggenggam tangan Nathalie. "Aku bukan orang lain, aku adalah temanmu. Aku akan membuatmu senang, percayalah."

Gadis itu tetap menggeleng. "A-aku tidak boleh mempercayai siapapun."

"Aku bukan orang jahad, kenapa kau tidak percaya padaku?"

Memeluk tubuhnya erat-erat, wanita itu berucap dengan parau. "Semua manusia jahad, aku tidak percaya siapapun lagi!"

Luna mengulurkan tangannya untuk memeluk gadis itu, tetapi urung ketika gadis itu menjerit. Bersamaan dengan pintu yang terbuka, menampilkan bodyguard Allard yang pernah di temuinya ketika berada di tangga darurat dulu.

Dahi pria itu berkerut, nampak tidak senang melihat dirinya berada di sini. "Nona Luna, mengapa Anda berada di sini?"

Pertanyaannya juga terucap dengan nada dingin dan tegang. Luna berdiri, merentangkan kedua tangannya untuk melindungi tubuh Nathalie dari pandangan pria di hadapannya.

"Aku tidak akan mengizinkanmu menyakitinya jika itu maksud dari kedatanganmu." Matanya menatap tajam pria di hadapannya yang berjalan semakin mendekat.

Pria itu menggaruk pelipisnya, menghela napas dengan bingung. Lalu seorang pria tampan muncul dari pintu batu itu, melangkah dengan santai mendekati mereka.

Ia tersenyum pada Luna dengan sikap ramah. "Halo Luna, bisakah kau membiarkanku mengambil milikku? Pekerjaanku sudah selesai dan aku ingin menjemputnya pulang bersamaku." Dagunya terarah pada Nathalie yang berada di belakang tubuh Luna.

"Milik? Kau pikir dia hewan?" Giginya merapat dengan geram, ia menatap pria tampan di hadapannya dengan marah.

Pria itu mengangkat kedua bahunya ringan. "Yah, dia memang milikku. Aku tidak bias mengubahnya." Ia menundukkan tubuhnya sedikit. "Nathalie, ini aku Arthur."

Ajaibnya, gadis itu mendongak dengan wajah penuh harap. Matanya tampak berbinar senang ketika melihat Arthur melambaikan tangannya.

Ia langsung berdiri dan menghampiri Arthur dengan tergesa-gesa, berdiri di sebelah lelaki itu seolah meminta perlindungan.

Dahi Luna berkerut, amarah tiba-tiba mampir ke permukaan hingga membuat wajahnya memerah. Lelaki itu yang membuat Nathalie memiliki trauma dan membuatnya tidak ingin di sentuh orang lain. Apa yang dilakukan pria itu pada Nathalie?

Seolah bias mengetahui apa yang ada di pikirannya, Arthur terkekeh. "Permisi, nona Luna yang cantik. Aku harus mengatakan ini, Allard masih mengurus beberapa kepentingan lain dan membuat pernikahan kalian tertunda. Dan terima kasih karena sudah repot-repot menemani kucing manisku." Ia mengacak rambut Nathalie pelan.

"Baiklah, kami pergi dulu. Jangan lupa untuk kembali ke ruanganmu,Luna. Aku tidak bisa pastikan kapan Allard pulang ke sini, tetapi jika ia mendapatimu tidak berada di ruanganmu, aku tidak tau apa yang akan terjadi."

Lelaki itu merangkul pinggul Nathalie, lalu membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi.

Bersambung...

Halo semuanya, jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kamu agar bisa sama-sama suka dengan cerita ini ya. Jangan Lupa follow Instagram Author: Mesir_Kuno8181 

Jangan lupa juga masukkan cerita ini ke perpustakaan agar kalian mendapat notifikasi terbaru. Ups.. Reviewnya juga ya say~