Païta, New Caledonia
Seorang pria sedang menikmati semilir angin yang berhembus di kolam renang terbuka ditemani segelas Wine berjenis Penfold Grange Hermitage (1951). Dinginnya angin yang berhembus ditambah air kolam yang menusuk tulang rasanya tak mengindahkan pria berwajah kombinasi Asia Eropa ini untuk menyudahi kegiatan berendamnya kurang lebih 3 jam.
Zeno Zigfrids atau kerap disapa Zeno, hampir tak memedulikan kulit putih dirinya yang sudah berkerut nyaris kedinginan jika tidak ada bantuan Wine. Baginya ini menenangkan.
Jauh dari pintu masuk kolam renang, Dominic yang datang dengan jubah handuk yang melilit tubuhnya menemukan Zeno asyik menikmati udara New Caledonia. Keinginannya kuat untuk ikut berendam bersama dengan rekan kerja dalam mengemudikan alat transportasi udara. Melepaskan jubah membuat otot perut terpampang jelas yang tak tertutupi atasan dan hanya menyisakan celana renang ketat selutut yang berhasil menyembunyikan aset tubuh bagian bawah.
Byuuurrr.
Air menyembur ke udara kala Dominic melompat ke dalam kolam. Beruntung di dalam kolam renang dari hotel tempat mereka singgahi sepi pengunjung membuatnya bebas berulah seperti batu besar yang terlempar ke dalam air. Hanya saja semburan air tersebut merusak waktu melamun seorang Zeno.
Memunculkan dirinya ke permukaan air dan menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya ke belakang, kini dirinya berenang menghampiri Zeno yang menatapnya dengan urat wajah kesal.
"Hei brother, sepertinya kau sangat menikmati waktu sendirimu."
"Setidaknya 'iya' sebelum kau datang membuat ulah."
Kekehan ringan Dominic terdengar. Pria itu selalu menghiraukan cibiran Zeno yang ia anggap sebagai angin lalu.
Sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling kolam renang mencari sesuatu yang menarik, Dominic berucap, "Kau menerima perjodohanmu? Kau saja belum tau wajah wanita yang akan mendampingimu."
Satu sudut bibit tipis Zeno terangkat naik membentuk seringai sembari menyerahkan ponsel miliknya yang ia letakkan bersebelahan dengan gelas dan botol Wine.
"Aku beberapa waktu lalu mendapatkan foto wajahnya dari kenalanku─"
"─dan wajah wanita ini cukup menarik." Imbuhnya.
"Biasa saja."
Bagi Dominic semua wajah wanita sama saja, tak ada yang membuatnya benar-benar tertarik akan satu dari sekian banyak wanita yang pernah menyambangi hidup pria ini. Dan sebenarnya Dominic sangat mengenal wanita yang akan dijodohkan dengan Zeno membuatnya lancar melontarkan kalimat 'Biasa saja'.
Menaruh ponsel itu ke tempat semula, Dominic menuangkan Wine milik Zeno ke dalam gelas yang semula juga Zeno gunakan. Menyesap sedikit merasakan hangat Wine melewati tenggorokannya.
"Tidak ada lagi sobat yang akan menemaniku bermain wanita sexy di kelab malam," gumam Dominic.
Tak lama pengunjung mulai memadati area kolam ketika hari mulai bertambah terik. Tubuh terbalut baju renang berwarna hitam dan satu lagi bertelanjang dada cukup mengundang beberapa pasang mata wanita yang menganggap pemandangan dua pria tampan ini sebagai surga dunia.
Tak sesekali Dominic mengedipkan sebelah matanya seperti mengundang membuat wanita yang semula hanya berani menatapnya mendekat ke arah pria itu. Dan kini tempat tenang Zeno mulai terusik akibat datangnya wanita-wanita berbikini karena kedipan mata seorang Dominic.
Berenang dan naik ke permukaan kolam meninggalkan beberapa wanita yang sekarang menempeli tubuh kekar Dominic. Zeno melambaikan tangan ke arah Dominic yang juga melambaikan balik dirinya dan setelahnya pria itu kembali setia mengelus beberapa punggung polos wanita berbikini yang mengerumuninya.
***
Berendam selama 3 jam di kolam renang ternyata membuat tubuh itu juga dilanda lapar. Setelah memesan jasa layanan kamar, Zeno berjalan ke arah balkon dan menyandarkan punggungnya pada besi penyangga. Sejuk aroma alam ditambah seduhan teh hangat sembari menunggu makanan tiba membuat hati dan tubuh Zeno menghangat.
Meraih ponsel di dalam saku, Zeno menjelajah mencari foto seorang wanita yang akan di jodohkan dengannya di dalam galery ponsel.
Tak pernah netra itu selekat ini ketika memandang sebuah foto. Entah apa yang membuat Zeno begitu tertarik dengan wanita berwajah Korea-Rusia yang sejak tadi ia lamunkan di kolam renang.
Cantik? Tentu saja.
Cerdas? Sudah pasti.
Bangsawan? Bahkan hidupnya sudah bisa dikatakan sempurna.
Benar-benar dambaan kaum adam.
Namun bukan ketiga alasan itu yang menjadikan seorang Zeno menerima sukarela perjodohannya dengan Stesha yang belum tentu menerimanya. Selain dari segi fisik dan wajah merupakan tipe idealnya ada hal yang tidak bisa Zeno jelaskan kepada orang lain.
"Stesha Cyzerine Redomir sangat pas bersanding dengan seorang Zeno Zigfrids," monolog Zeno.
Pangkat sebagai Kapten Pilot saja sudah cukup membuat Zeno bisa berbangga diri. Setidaknya dengan itu ia cukup pantas untuk bersanding dengan Putri Presiden Rusia tanpa ia harus merendah diri dihadapan keluarga dari Kepala Negara Rusia tersebut.
Ketukan pada pintu yang menandakan sepertinya makanan yang telah dipesan datang membuat Zeno memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celana. Dan berjalan untuk membukakan pintu.
Hendak kembali menutup pintu setelah jasa layanan telah keluar Zeno dikejutkan oleh Dominic yang terburu masuk dengan napas terengah lalu menutup pintu kamar dengan tubuhnya.
"Wow Zen, The New Caledonia woman is fucking wild!"
Masih dengan rambut yang masih basah dan bertelanjang dada. Dengan seenaknya Dominic merebahkan diri di tempat tidur dengan kondisi setengah basah setelah merasa aman dan pintu kembali terkunci otomatis. Zeno yang sebelumnya sedikit kebingungan hanya memasang wajah datar setelahnya, mengikuti gerak gerik Dominic yang ia nilai agak menjengkelkan.
Penciuman Dominic yang kelewat peka menyadari sesuatu hingga ia berjingkat. "Kenapa kau tak bilang jika kau kembali untuk makan?"
Garpu yang hampir direbut oleh Dominic segera disingkirkan oleh Zeno yang sudah hafal dengan temannya ini yang tidak bisa menolak hadirnya makanan.
"Pesanlah sendiri, jika kau mau."
"Aku lelah, aku tak mampu memesan makanan."
"Dasar!"
"Tapi perlu kau tau Zen, Sungguh wanita New Caledonia sangat liar, hampir saja aku menjadi santapan mereka hidup-hidup."
"Bukankah itu yang kau inginkan?"
"Setelah kau kembali lebih banyak wanita yang menghampiriku. Aku mana mampu jika harus meladeni sepuluh orang sekaligus, brother. Sepertinya pesonaku terlalu kuat untuk para wanita New Caledonia."
Zeno yang mendengarnya hanya memutar bola mata malas sembari menyuapkan potongan makanan ke dalam mulut tanpa menanggapi lebih lanjut.
Kembali berbaring setelah gagal menggangu kegiatan makan Zeno, Dominic memejamkan matanya tanpa berniat mengganti pakaian yang lebih hangat.
Beberapa menit terjadi keheningan, hanya ada dentingan garpu yang beradu dengan piring yang dilakukan Zeno. Tidak ada celotehan Dominic yang mendominasi sampai Zeno menyelesaikan makannya.
"Mungkin sekarang mereka sudah tidak mengejarmu, kembalilah ke kamarmu sendiri Dominic."
Tak ada respon, Zeno melirik Dominic yang ternyata sudah lelap di ranjangnya masih dengan kondisi yang masih sama, setengah basah dan tak berganti dengan pakaian yang layak. Ia mendengus kasar, jika tidak ingat mereka satu pendidikan dalam menempuh License MER (Multi-Engine Rating)* bersama sudah ia tendang Dominic yang sudah membuat ranjangnya basah padahal pria itu mempunyai kamar sendiri bersebelahan dengannya.
***
"Ladies and gentleman, as we start our descent, please take sure your seat backs and tray tables are their full upright position. Also, make sure your seat belt is securely fastened and all carry-on lungguage is stowed underneath the seat in front of you or in the overhead bins. Thank you."
Suara awak kabin* yang terpancar lewat radio pesawat menandakan perjalanan tempuh dari New Caledonia ke Moscow hampir berjalan lancar.
Sesekali para awak kabin yang selalu berhiaskan senyum lebar berjalan melewati para penumpang demi membantu dan memastikan sabuk pengaman terikat dengan benar.
Hingga sampai mendarat, pesawat yang dikomando oleh Kapten Pilot Zeno dan Co-Pilot Dominic ini tetap aman dan terkendali.
***
Moscow, Rusia.
Dua pria yang tampak gagah dalam balutan seragam pilot berjalan beriringan menyeret koper sesaat setelah sampai di Sheremetyevo Airport, Moscow, Rusia. Sudah menjadi rutinitas keduanya menghabiskan waktu berpuluh mil di atas udara.
"Kau langsung menuju ke tempat dimana keluargamu mengadakan pertemuan terkait perjodohanmu?" Bertanya seraya meregangkan dasi dan melepas dua kancing teratas seragam kebanggaan Dominic.
"Acaranya nanti malam, it's still too early if I go there right now. I'm going to go to this place with My Otets*."
"Oh. See you tonight Captain Zeno."
Sepeninggal Dominic menyisakan kebingungan Zeno yang melihat punggung lebar itu menjauh lebih dulu. 'Sampai bertemu nanti malam?' bahkan jadwal mereka terbang lagi masih bulan depan, lalu apa maksudnya?
To Be Continued
***
Wikipedia :
- Awak kabin : Membantu memenuhi kebutuhan dan menjaga keamanan penumpang pesawat terbang. Istilah pramugari saat ini jarang digunakan dan digantikan dengan awak kabin hampir semua maskapai penerbangan.
- License MER (Multi-Engine Rating) : Lisensi Pilot atau izin terbang untuk menerbangkan pesawat multi-engine atau bermesin ganda/banyak melengkapi lisensi-lisensi sebelumnya (PPL, CPL, dan IR).
Kamus bahasa Rusia :
- Otets : Ayah