Di sebuah jalan pedesaan desa Sumber, pemandangan yang sangat mengerikan terlihat di sudut-sudut desa. Mayat-mayat bergelimpangan di jalanan. Beberapa kendaraan tentara juga terlihat hangus terbakar.
"Shiroo!! Tunggu aku!!" teriak Akmal yang tertinggal jauh di belakang.
Akmal yang sudah tidak mampu lagi untuk berlari pun berhenti sejenak untuk bernafas. Namun tidak lama kemudian, terdengar suara Dara yang memanggilnya dari belakang.
"Akmal!!" teriak Dara, berlari mendekat.
Mendengar suara teriakan Dara, Akmal pun menengok ke belakang. Ia nampak terkejut saat melihat Dara yang sudah terlihat sangat kelelahan berlari mendekat.
"Dara, apa yang kau lakukan disini?!" kata Akmal, terbata-bata karena kelelahan.
"Aku mendengar apa yang kalian bicarakan saat di sekolah tadi. Karena penasaran, jadi aku memutuskan untuk mengikuti kalian berdua. Lalu dimana Shiro-kun?" tanya Dara, terengah-engah karena kelelahan.
"Dia sudah berlari jauh di depan. Aku sudah tidak mampu lagi untuk berlari." kata Akmal, menunduk kelelahan.
Dara memandangi sekitar dan melihat ada sepeda yang tergeletak di depan rumah tepat di samping mereka. Tanpa pikir panjang, Dara pun kemudian berlari mengambil sepeda tersebut.
"Aku pinjam sepedanya sebentar pak, bu!!" teriak Dara, mengayuh sepeda tersebut menjemput Akmal.
"Akmal, ayo buruan!" kata Dara, berhenti di samping Akmal.
"Hah? Sepeda siapa itu?!" tanya Akmal penasaran.
"Sudahlah, ayo buruan! Nanti Shiro-kun semakin jauh!" kata Dara, menatap gumpalan asap di arah yang sedang mereka tuju.
"Ba-Baiklah." kata Akmal, bergegas duduk di kursi belakang.
.
.
Sementara itu, Shiro sudah sampai di perumahan tempat dia tinggal. Dia terlihat begitu gelisah melihat hampir seluruh rumah telah terbakar api. Selain itu, tidak seperti di perbatasan desa yang dipenuhi mayat yang bergelimpangan di jalanan, di sepanjang jalan yang ia lewati, Shiro tidak lagi melihat satupun mayat di sekitarnya.
"Tuhan, aku mohon... Semoga ibuku masih dalam keadaan baik-baik saja." ucap Shiro di dalam hati, sambil terus berlari menuju ke rumahnya.
Sesampainya di rumahnya, Shiro pun langsung mendobrak pintu depan tanpa mempedulikan atap rumahnya yang sudah mulai terbakar.
"Ibu!!" teriak Shiro, menelusuri ruangan rumah.
"Ibu, dimana kau?!" Shiro mencari ibunya di semua sudut rumah. Hingga akhirnya ia sampai di dapur dan terkejut melihat ibunya dan 2 orang tentara terkapar di tanah yang tergenang oleh lumuran darah.
"Ibu, bertahanlah!!" teriak Shiro, memegang pipi ibunya.
"Ibu!!" Shiro mencoba segala cara agar dapat menyadarkan ibunya, namun dia tetap tidak dapat merasakan denyut nadi ibunya berdetak. Sampai dia mengangkat kepala ibunya dan membuatnya tersadar jika di belakang kepala ibunya terdapat luka yang sangat parah.
Shiro pun mendadak terdiam, memandangi wajah ibunya dengan penuh kesedihan. Hingga sebuah suara piring pecah yang terjatuh dari meja mengalihkan perhatiannya. Shiro melirik ke arah suara tersebut dan melihat sebuah kue yang berserakan di atas genangan darah.
Mleihat kue tersebut, tanpa ia sadari, Shiro pun meneteskan air mata karena teringat percakapan dengan ibunya beberapa hari yang lalu.
"Ibu, sebentar lagi aku ulang tahun. Apa ibu tidak berencana untuk membuatkanku sesuatu yang lezat?" canda Shiro pada ibunya.
"Kalau begitu, ibu akan membuatkanmu singkong goreng yang sangat besar agar bisa kau nikmati bersama dengan Akmal dan pacarmu si gadis pirang." sahut ibunya, terkekeh.
"Aku sangat yakin jika Cindy pasti akan mengira kalau itu hanyalah sebongkah akar besar yang dibumbui." kata Shiro tertawa terbahak-bahak.
Karena tak kuasa menahan kesedihannya, Shiro pun memejamkan mata dan berteriak dengan suara yang sangat lantang.
"Aaarrrrgghhhh!!!!!"
"Kenapa!!!"
"Kenapa kau meninggalkanku bu." ucap Shiro pelan, memeluk erat jasad ibunya.
Disaat Shiro sedang dalam keadaan sangat terpukul, tiba-tiba datang 6 orang tentara kerajaan yang tadi mendengar suara teriakannya.
"Angkat tanganmu!!" sentak salah satu tentara, menghunuskan pedangnya ke arah Shiro. "Apa kau anggota Crowz?!"
"Apa, hanya anak kecil?" sahut tentara lain.
"Bunuh saja dia. Dia mungkin hanyalah seorang penduduk desa. Aku akan menyiapkan wadahnya." kata salah satu tentara lain yang terlihat sedang mengeluarkan sebuah batu kristal dari dalam tas yang ia bawa.
"Crowz?" ucap Shiro lirih, perlahan menurunkan kepala ibunya.
Sementara itu, Dara dan Akmal akhirnya sampai di perumahan tempat Shiro tinggal dan bergegas menuju ke rumah Shiro.
"Panas sekali! Apa kau yakin ini rumahnya?!" tanya Dara kepada Akmal, bersiap memasuki rumah Shiro yang hampir habis terbakar api.
"Tentu saja!" Tanpa sedikitpun keraguan, Akmal berlari menerobos masuk rumah yang kemudian diikuti oleh Dara di belakangnya.
"Hey, singkirkan mayat-mayat yang masih utuh dan bawa mereka semua ke truk!" Terdengar suara tentara lain yang berada di halaman belakang.
"Jawab pertanyaanku!! Apa kau pasukan Crowz?!!" teriak sang tentara yang bersiap memenggal kepala Shiro dari belakang.
*Brrrruuaaaakk!* Suara atap bangunan yang roboh.
"Dara, cepat bantu aku!!" teriak Akmal, mendorong batang kayu yang jatuh di depan mereka.
"Apa kau dengar pertanyaanku!!" sentak tentara tersebut.
"Sudahlah, bunuh saja dia!" kata tentara lain yang mulai kesal menunggu.
Shiro mencabut pedang yang menusuk mayat seorang tentara yang terbakar di sampingnya dan kemudian mengibaskan pedangnya kebelakang dengan gerakan memutar, menebas dua tentara yang berdiri di belakangnya sekaligus.
Satu dari tentara tersebut mati seketika dengan wajah yang terbelah. Sedangkan satu tentara lainnya sekarat dan tergeletak di kaki Shiro.
Shiro menggenggam erat pedangnya, membuat sorot matanya berubah menjadi merah membara seperti sebuah nyala api yang berkobar.
"To..Tolong aku." kata tentara yang terkapar di kaki Shiro.
Shiro menancapkan pedangnya tepat di kepala tentara tersebut dan seketika mengakhiri penderitaannya. Ia kemudian mengorek pedangnya ke kanan untuk memperbesar lubang di wajah tentara yang sudah mati tersebut dan berkata, "Dimana para Crowz itu?"
Para tentara lain yang sedari tadi tercengang dengan serangan dadakan Shiro pun akhirnya memutuskan untuk langsung membunuh Shiro.
"Tembak! Bunuh dia!!" teriak salah satu tentara, menembak Shiro tepat di bahu kirinya.
"Shiro!!" teriak Akmal yang baru saja sampai di depan pintu dapur bersama dengan Dara.
Walaupun ia tertembak, Shiro tetap berdiri tegak dengan sorot mata yang terlihat semakin membara. "Aku tanyakan sekali lagi. Dimana para Crowz sialan itu!!"
"Apa yang kalian tunggu!! Tembak dia sampai mati!!" teriak salah seorang tentara yang kemudian bersiap untuk menembak.
"Tembak!!"
"Shiro!!!" Dara dan Akmal berlari ke arah Shiro dan mencoba untuk menyelamatkannya dari tembakan para tentara.
Shiro menghiraukan Akmal dan Dara dan langsung melesat ke arah para tentara tersebut tanpa menghindari tembakan mereka. Dan pada jarak 1 meter dari hadapan para tentara tersebut, Shiro mengayunkan pedangnya menyamping, memunculkan kobaran api merah membara, lebih terang dan lebih pekat dari api biasa. 3 dari para tentara tadi terbakar hangus seketika. Bahkan tembok yang terbuat dari kayu yang ada di belakang para tentara tadi pun terbakar lenyap tanpa bekas. Sedangkan satu tentara lain yang tadinya bersandar di balik tembok pun selamat dari maut. Akan tetapi dia terluka sangat parah akibat bertabrakan dengan tengkorak teman-temannya yang sedang terbakar dan terlempar keluar ke halaman belakang.
Dara dan Akmal hanya bisa tertegun menyaksikan kejadian tidak biasa yang baru saja mereka lihat. Sementara itu, Shiro perlahan berjalan menghampiri tentara terakhir dengan menyeret pedangnya di tanah, meninggalkan kobaran api di jejaknya.
"Hentikan! Kumohon!" teriak sang tentara, merangkak mundur menjauhi Shiro.
Shiro sama sekali tidak menghiraukan permohonan tentara tersebut dan terus berjalan menghampirinya.
"Teman-teman, dimana kalian!! Tolong aku!!" Sang tentara berteriak meminta tolong. Akan tetapi tidak ada satupun orang lain disana, dikarenakan para tentara lain sedang memindahkan mayat para warga ke kendaraan mereka.
*Dor*
*Dor*
*Dor*
Tentara tersebut melepaskan beberapa tembakan ke arah shiro, namun Shiro sama sekali tidak bergeming seolah dia tidak merasakan apapun. Tubuhnya pun melepaskan asap panas yang keluar dari luka-lukanya, seakan organ-organ di dalam tubuhnya sedang terbakar dan menguap.
"Dasar monster!!!" teriak sang tentara ketakutan.
Tepat di hadapan tentara tersebut, Shiro mengangkat tinggi pedangnya dan bersiap menebas tentara tersebut. Sang tentara memandangi Shiro yang berdiri tegak di hadapannya. Seluruh tubuhnya gemetaran. Mengetahui ajalnya sudah dekat, tentara tersebut pun meneteskan air mata.
"Matilah." kata Shiro pelan dan kemudian membelah tubuh tentara tersebut menjadi dua.
Dampak api yang muncul dari tebasan pedangnya kali ini jauh lebih dahsyat dari yang tadi, membuat hutan yang ada di belakang tentara malang tersebut pun terbakar seketika.
Sesaat kemudian Shiro pun mulai kehilangan keseimbangannya dan terjatuh. Sedangkan Dara dan Akmal yang sedari tadi hanya bisa tertegun pun bergegas berlari menghampiri Shiro.
"Shiro-kun, bertahanlah!!" teriak Dara, menepuk pipi Shiro pelan. "Tubuhnya panas sekali. Apa yang harus kita lakukan??" tanya Dara, merasa panik.
Shiro yang masih sedikit membuka matanya pun mulai kehilangan kesadarannya dan pingsan.
"Kalau kita tetap disini, para tentara pasti akan datang dan menangkap kita. Dara, tolong gendong bibi. Aku akan menggendong Shiro. Kita bersembunyi dirumahku." kata Akmal, berusaha untuk menggendong Shiro seorang diri.
"Baiklah. Tapi apakah rumahmu belum terbakar?" tanya Dara.
"Api berasal dari utara. Aku rasa api tidak akan sampai ke rumahku. Cepatlah!"
Akmal dan Dara bergegas membawa Shiro dan ibunya ke rumah Akmal. Mereka berdua mengambil jalan memutar melewati sungai untuk mengecoh para tentara.
Sementara itu, melihat kobaran api baru di hutan, para Tentara yang tadinya sedang memindahkan mayat pun bergegas menuju ke rumah Shiro.
"Apa-apaan ini!! Siapa tulang belulang ini?!!" seru sang kapten, terkejut melihat tengkorak-tengkorak membara yang bergeletakan.
"Kapten, aku rasa mereka adalah pasukan kita." kata tentara lain.
"Crowz, kah?" kata sang kapten pelan. "Ayo cepat pergi dari tempat ini!!" seru sang kapten, memberikan Komando.