"Gue nggak suka sama lo."
Wuih, Cha Eunwoo tuh...
Mantap emang, orang ganteng mah bebas...
Dia nolak berapa pun cewek, tetap aja bejibun yang nembak. Heran gue...
"Eunwoo, tapi gue bener-bener suka sama lo!"
Gadis itu mulai terisak. Dia menangis di tengah lapangan setelah menyatakan perasaan pada teman seangkatannya yang sangat terkenal karena ketampanannya. Heran saja. Nggak bosen apa Eunwoo menolak semua gadis-gadis yang menyatakan cinta?
"Rasa suka lo cuma sesaat, Somi. Gue rasa lo harus tafakkur deh sama hati lo, telaah dulu perasaan lo ke gue itu gimana. Baru setelah lo tenang lo putuskan artinya."
Nasehat sok bijak Eunwoo. Yah, Eunwoo memang selalu begitu. Lembut, dan terlalu baik pada wanita, sehingga mereka salah paham mengartikan kebaikkan berlebihan itu.
"Gue tahu kok perasaan gue ke elo gimana! Gue selalu berdebar nggak karuan, gue selalu merasa otak gue nggak karuan mikirin lo!"
Somi bersikeras. Kali ini Eunwoo terdiam, bingung harus mengapakan Somi yang isakan tangisnya semakin melebar. Jujur saja, dia malu karena harus ditonton anak-anak lain. Somi juga sih, kok pakai acara nembak di lapangan basket? Nggak ada tempat lain apa?
"Yakin lo nggak punya riwayat penyakit jantung? Terus kayanya lo juga harus reparasi ruang di otak lo deh supaya nggak sesak oleh Eunwoo. Soalnya dia aja nggak punya waktu tuh buat balas perasaan lo."
Suara tajam dan dingin itu hadir dari seorang gadis di samping Eunwoo. Dahyun.
Gadis itu tengah berdiri dengan tangan menyilang di bawah dada. Pandangannya ketus dan tajam. Mata yang menyipit seperti biasa membuat pesonanya membungkam semua mata.
Padahal menurut Eunwoo senyum Dahyun itu manis, tapi kalau melihat ekspresinya yang seperti ini tidak ada kata lain selain sadis. Eunwoo saja tidak pernah berani melawan Dahyun kalau sudah begini.
"Dahyun, tenangin diri lo."
"Yang nangis itu gue, Eunwoo! Bukan si cewek rubah yang selalu nempelin lo itu!" Somi malah berteriak karena Eunwoo justru menenangkan Dahyun.
Gadis yang menatapnya sinis itu kembali hendak mengeluarkan kata-kata pedasnya, tepat sebelum dipotong oleh Cha Eunwoo.
"EMANG LO SIAPA GUE, SOMI?"
Adalah kalimat paling kasar yang pernah Somi terima dari Eunwoo. Dia terkejut melihat cowok itu tidak lagi menatap hangat padanya.
Bahkan Eunwoo mendengus pada Somi.
"Gue dari tadi sengaja baikin lo, berharap lo-nya peka dan segera pergi dari gue. Cuma emang nggak tahu diri, lo malah ngehina Dahyun di sini. Sadar woi! Lo itu nggak ada apa-apanya di hidup gue."
Wah!!!
Satu sekolah menonton drama mereka dengan takjub.
Jarang-jarang Eunwoo bicara panjang lebar. Apalagi kata-katanya kasar. Ini sejarah buat SMA mereka. Berterimakasihlah pada Somi yang telah memancing semua itu. Dengan ini akan banyak berita gosip baru yang sebelumnya sempat sepi.
"E—Eunwoo? Lo kok jadi kasar gini?"
Cha Eunwoo mengusap wajah tampannya yang digilai para gadis-gadis dengan frustasi. Ini ya, derita orang tampan. Menghadapi makhluk-makhluk setengah waras yang menggentayanginya.
Eunwoo ingin berkata kasar lagi.
Jika bukan karena Dahyun yang menarik tangannya pergi.
"Berhenti."
Satu kata yang sempurna membungkam mulut Cha Eunwoo dari semua umpatan yang ingin ia sampaikan pada Jeon Somi. Cukup satu kata itu. Maka Eunwoo tidak memiliki alasan untuk bicara.
Dahyun membawa Eunwoo ke tempat sepi yang hanya ada mereka berdua. Ke gudang belakang sekolah.
Eunwoo tersenyum miring ketika Dahyun menatap dingin padanya.
"Sudah gue bilang, jangan bertingkah di sekolah! Mentang-mentang muka lo bagus dikit udah pamer, coba gue ancurin aja itu muka."
Dahyun mengumpat sedangkan Eunwoo hanya diam mendengarkan.
"Heran aja, lo itu tahu kalau mereka cewek-cewek kurang belaian, kenapa masih aja diladeni? Lo gatel juga, Eunwoo?"
Eunwoo masih mendengarkan omelan Dahyun dengan senyuman malaikatnya.
"Masih aja senyum, dasar buaya tukang tebar pesona!"
Cerca Dahyun karena Eunwoo tidak mau berhenti tersenyum. Gadis itu geram menghadapi sikap monoton Eunwoo yang tidak berubah.
"Eunwoo, lo dengerkan?!"
Bentak Dahyun berapi-api. Menuntut jawaban dari bibir merah muda Eunwoo yang sedari tadi diam dan tabah menerima hinaan darinya.
"Iya, nona."
Dahyun tersenyum puas saat mendengar Eunwoo yang akhirnya buka suara. Tanpa dosa Dahyun memerintah.
"Kalau gitu sujud."
Kebiasaan Dahyun kumat.
Eunwoo terdiam sementara gadis itu telah menunggunya untuk bersujud di depannya. Eunwoo jelaskan. Saat Dahyun memintanya bersujud, itu memang dalam artian sujud yang sebenar-benarnya. Bahkan kalau mood Dahyun sedang tidak baik dia bisa meminta Eunwoo untuk mencium sepatunya juga.
"Baik, Nona."