Chereads / My Devil Butler / Chapter 5 - -Sekumpulan-

Chapter 5 - -Sekumpulan-

Dahyun melihat papan kelasnya sebentar, lalu berbalik kembali menengok pada anak-anak di kelas seakan dia melihat hal asing bin aneh di sana. Dia mengernyit sejenak sebelum menghela napas frustasi.

Kayanya orang sekolah sini juga ikutan gila deh.

Dahyun tidak menyangka sekolah seterkenal, sebagus, se-elite Hanlim High School bisa menerima anak-anak dengan kesehatan mental terganggu semacam Somi dan kawan-kawan.

Bukannya Dahyun bilang salah, cuma aneh saja melihat Somi muncul di kelasnya dengan memakai kalung tasbih gede macam biksu di film sun gokong menguntai indah di lehernya.

Selain itu dia memakai hijab syar'i yang bagus. Bagus karena tidak menyetak bodi seperti biasanya.

Dahyun tidak munafik, itu memang bagus. Namun sungguh mengiritasi mata melihat tasbih dengan biji sebesar bola kasti di sana.

"Eh? Siapa nih? Kok kelas kita ada yang berdandan ala-ala nasyid sih?"

Eunwoo yang sebelumnya berjalan di belakang Dahyun masuk begitu saja melewatinya dan menghampiri empat orang nyentrik yang sedang bergaul di kelasnya.

"Loh? Somi ya?"

Somi yang berbalik menemukan Eunwoo menyadari kehadirannya tersenyum sumringah.

Namun buru-buru dia menundukkan pandangan dan tersenyum malu.

Anjir! Berasa kaya ukhti-ukhti arab aja ya lo.

Dahyun menahan decakan di ujung lidahnya.

"Kalian kenapa dandan gini? Ikutan grub nasyid ya?" Tanya ramah Eunwoo.

Kelihatannya cowok itu sudah melupakan tragedi penolakkan tragis di lapangan kemarin.

Somi juga tersenyum malu-malu saja seakan dia memang tidak pernah ditolak. Sedangkan ketiga kacungnya sedang memencet tasbih elektronik, entah membaca apa. Antara istigfar atau kata-kata kutukan pada Somi yang membuat mereka tampil seperti ini.

Namun Dahyun tidak peduli dan melewati saja mereka.

Bahkan dia tidak menghiraukan tatapan penuh kemenangan Somi ketika Eunwoo bertanya penuh penasaran padanya.

Kalau Somi bisa membuat Eunwoo lepas darinya bagus saja, sayangnya Dahyun tahu. Setan yang satu itu terlanjur cinta mati padanya.

Bahkan mati dua kali pun tidak akan menghentikan Eunwoo untuk mengejar Dahyun.

Sampai rasanya Dahyun terlalu lelah hanya untuk menghadapi iblis yang datang dari neraka tersebut.

"Hehehe... Gimana Woo? Gue bagus nggak pakai ini?"

"Hmm? Bagus kok bagus."

"Lo suka nggak sama gue kalau udah begini?"

"Hah?"

"Maksud gue, Dahyun aja kan nggak senekat ini buat hijrah. Jadi lo mesti pertimbangkan gue juga buat jadi pacar lo. Gue udah jadi orang alim nih, jadi kita pacaran halal aja."

Eh ukhti! Lo kira sejak kapan pacaran halal? Liat tuh surat Al-Isra ayat 32! Wa lā taqrabuz-zinā innahụ kāna fāḥisyah, wa sā'a sabīlā

Masa dia godain Eunwoo dan ngaku alim sih? Gila apa?!

Dahyun mengkritik Somi diam-diam di kepalanya. Seperti genderang bunyi bedug buka puasa saja kepalanya berdemo pada aksi murahan Somi. Rasanya asik saja menghina orang tersebut di kepalanya sendiri, meski Somi tidak tahu namun Dahyun cukup puas.

Sedangkan Eunwoo tersenyum miring, "gue sih nggak mau Dahyun ngikutin elo."

"Hah? Maksud lo, lo lebih milih gue gitu?"

Mata Somi berbinar. Dahyun ingin muntah melihat reaksi menjijikkan tersebut.

"Nggak lah, maksud gue buat apa Dahyun jadi alim? Gue suka dia yang apa adanya kok."

"Hah? Terus kenapa lo nyuruh gue tabayyun? Bukannya lo mau gue tobat supaya pantas buat elo ya Woo?"

"Gue emang nyuruh lo tabayyun, tapi itu buat diri lo sendiri bukan untuk gue. Apa artinya lo berubah kalau buat orang lain? Menerima kejelekan bukan berarti membuang harga diri, jadi lebih baik bukan berarti dulu lo buruk, berubah pun gitu. Maknanya adalah untuk kebaikkan lo sendiri bukan orang lain, jadi gue harap lo mengerti betapa berharganya diri lo sendiri. Nggak sepantasnya lo mengemis hati gue, meminta cinta gue, karena semua itu udah dimilikin orang lain," senyuman malaikat Eunwoo menenangkan siapa pun yang melihatnya.

Semua orang terpana pada kata-kata mutiara itu, juga lada senyuman orang yang bicara. Sungguh, nikmat apalagi yang kau dustakan.

"Jangan sok suci lo Woo." Sahutan tajam dari meja belakang mencuri perhatian.

Somi yang terdiam, dan Eunwoo yang mengangkat wajah ceria pada cewek yang berlidah tajam yang mengkritiknya.

"Iya Hyun, jangan marah-marah dong. Gue kan punya elo, jadi jangan ngambek."

"Masa bodo."

"Masa apa?"

"Masa bodo!"

"Bukan gitu," senyuman nakal Eunwoo berkibar. "Masa lahnya gue sayang lo."

Bukan hal baru jika melihat Eunwoo dekat dengan Dahyun, sejak masa orientasi pun satu sekolah tahu soal itu.

Namun sejak kejadian dengan Somi, Eunwoo jadi bertingkah agresif dan sering menggoda Dahyun terang-terangan.

Cowok yang kelihatannya punya harga diri selangit itu mendadak mengobral diri pada Dahyun secara cuma-cuma, bahkan mungkin bisa ditawar lebih murah daripada harga tempe di pasar jika berkaitan dengan Dahyun.

Anak kelasnya yang tahu wajah Dahyun mengeras tidak suka saat Eunwoo mendekat dengan senyuman lebar hanya membuang muka mereka.

Mereka tidak mau melihat perang antar suami-istri jadi-jadian tersebut. Lagian akhir-akhir ini Eunwoo kelihatan sudah kegilaannya. Lebih parah, ternyata Dahyun yang terkenal pendiam dan dingin jauh terlihat lebih normal dari cowok nyentrik yang sekarang sedang menatapnya dengan mata menggoda.

Asli.

Sejak kapan Eunwoo benar-benar menjadi murahan?

"Lo lagi ngobral diri ya?"

"Hehehe... Kalau buat lo gue kasih gratis juga nggak papa."

"Tapi cewek dengan tasbih biksu di sana yang pengen sama lo, ke sana aja. Gue yakin dia bisa beli elo."

Sadis. Mulut Dahyun memang tidak ada tandingannya.

"Nggak ah, nggak menarik. Gue sukanya kan sama elo."

"Gue nggak suka."

"Nggak papa, gue tunggu sampai lo suka."

"Nggak akan."

"Gue maksa."

Alis Dahyun berkerut, "agresif banget sih lo."

"Oh ya? Lo mau gue agresif di sekolah apa di rumah pas kita berdua?"

Pernyataan ambigu Eunwoo membuat Dahyun memasang ekspresi kesal, sedangkan seisi kelas memasang telinga mereka diam-diam.

Penasaran setengah mati dengan pernyataan Eunwoo.

"Gue nggak masalah sih kalau lo suka gue yang agresif di rumah, atau jangan jangan lo mau larang gue masuk kamar lo lagi? Entar lo gue hukum lo Hyun."

Senyuman nakal Eunwoo membuat darah Dahyun mendidih.

"Jangan gila!"

Ucap Dahyun tanpa menyangkal satupun pernyataan Eunwoo dan hanya mendorong cowok itu menjauh.

Dahyun membuang muka dan tidak mau lagi mendengar apa pun yang akan Eunwoo katakan, sehingga cowok itu hanya tersenyum lembut dan mulai duduk tenang di bangkunya.

Dahyun sendiri menjatuhkan kepala di atas meja dan memejamkan mata, tidak peduli pada tatapan penasaran yang sekarang terpusat ke arahnya.

Masa bodoh.

Sedangkan seisi kelas hening dalam keambiguan yang dalam mendengar pernyataan Eunwoo dan semakin menerka-nerka ikatan dua orang nyentrik kelas mereka.

Selagi Somi dan rombongan majlisnya telah pergi dengan linangan air mata dan tasbih pencet yang geprek karena terlalu keras diteken. Mereka anak kelas Dahyun sama sekali tidak peduli.

Lebih asik menonton drama picisan Romeo-Juliet abal-abal ala Dahyun dan Eunwoo daripada melihat aksi dakwah dadakan Somi.

"Lo tahu nggak sih hubungan mereka apa?"

Bisikan pelan di antara anak cewek yang duduk di depan terdengar samar.

"Katanya temen aja kan?"

"Masa sih?"

"Gue dengernya gitu."

"Tapi kok kelihatan deket banget? Apalagi Eunwoo kaya sayang banget sama Dahyun."

"Pacaran mungkin?"

"Tapi dia bilang masuk kamar? Apa mereka udah nikah ya? Kaya di wp gitu?"

"Ah masa? Zaman sekarang belum nikah juga bisa kali main masuk kamar."

"Oh, bener juga lo."

"Eh tapi gue denger dari Eunwoo nggak gitu."

"Lo dengernya apa?"

"Babu. Dia bilang dia babunya Dahyun."

Ucap Jihyo dengan nada yakin pada gerombolan anak cewek yang mengelilinginya.

Dan sekumpulan orang sampah itu tidak tahu saja jika Dahyun mendengar mereka menghibahnya. Dasar manusia nggak ada akhlak, nggak pernah diajari apa dosa ghibah apa?

Nggak pernah belajar tafsir surah Al-Hujurat ayat 10 kali mereka.

Tadi sekumpulan orang gila yang mendadak berdakwah, sekarang sekumpulan bajingan yang mengaku teman.

Luar biasa.

Dahyun hidup dikelilingi oleh orang busuk.