Chereads / My Little Bad Girl / Chapter 26 - 26. Nama Gue Bukan Gadis

Chapter 26 - 26. Nama Gue Bukan Gadis

"Rahasia apa?" tanya Saturnus pada perempuan yang di gendongnya ini.

"Ehm... Nanti aja deh di UKS gue ceritain. Sekarang fokus jalan aja biar cepat nyampainya, lutut gue perih nih." sahut Valerie hampir menangis karena rasa perihnya baru terasa sekarang, padahal tadi ia tidak merasa sakit sama sekali, namun sepersekian detik setelahnya rasa perih itu terasa begitu sakit. Dan Valerie tak mampu menahannya.

"Oke sabar ya, bentar lagi sampai kok. Nih dikit lagi sampai, memangnya lutut lo sakit banget ya? Maaf, semua ini karena kesalahan gue." ucap Saturnus merasa bersalah lagi. Padahal tadi rasa bersalah itu sudah sedikit berkurang dalam benaknya, karena kelihatannya perempuan ini tidak kesakitan, namun ternyata perempuan ini baru merasa kesakitan sekarang karena ulahnya. Kasian sekali perempuan ini... Apa yang bisa ia lakukan untuk mengurangi rasa sakitnya?

"Iya sakit, perih banget, baru terasa sakitnya sekarang. Gue juga gak tahu, maaf udah buat lo ikut ngerasa panik. Gak apa-apa kok, ini gak sepenuhnya salah lo juga, gak usah ngerasa bersalah ya, gue gak apa-apa." sahut Valerie menenangkan laki-laki yang menggendongnya ini, ia merasa tak enak sudah membuat laki-laki ini makin merasa bersalah karenanya. Tapi nyatanya, ia memang kesakitan, rasanya begitu perih. Mengapa rasanya UKS tak sampai-sampai? Apakah laki-laki ini lupa jalan ke UKS? Tidak mungkin sekali.

"Nah ini udah sampai." ucap Saturnus memasuki sebuah ruangan yang pintunya terbuka lebar dan serba putih yang ada di sekolahannya, disana terdapat banyak peralatan kesehatan dan ada banyak obat-obatan. Sudah seperti bau ruangan di rumah sakit saja. Saturnus jarang sekali masuk ke ruangan ini... Entah kenapa ia tak ingin memasukinya, tapi karena sekarang ia harus bertanggung jawab atas kesalahan yang ia perbuat pada perempuan ini, ia terpaksa memasukinya. Ah tidak, tidak, ia tidak terpaksa, tapi ada sedikit perasaan senang di hatinya ketika ia bisa berada di ruangan ini berdua dengan perempuan ini.

Hening...

"Sini gue bantu untuk duduk." ucap Saturnus menurunkan perempuan ini dari gendongannya dan membantunya duduk di tempat tidur pasien UKS.

"Makasih ya, makasih banyak udah bantuin gue. Sekarang lo bisa kok ninggalin gue disini, gue bisa obatin luka di lutut gue sendirian." ucap Valerie merasa tak enak hati, ia sudah cukup banyak membuang-buang waktu laki-laki di depannya ini karena mengantarnya kesini. Dan satu hal yang membuat Valerie terpana, laki-laki ini sangat tampan, karena baru ia melihat dari jarak yang begitu dekat dan berhadap-hadapan.

"Nggak, gue tetap disini. Bantu obatin luka-luka di lutut lo, dan temenin lo disini. Lagian kok gak ada satupun penjaga di UKS ini? Heran gue..." ucap Saturnus sedikit kebingungan. Ia merasa aneh kenapa tak ada siapa-siapa di UKS? Sedangkan pintu UKS tadi terbuka lebar. Apakah petugas di UKS sedang keluar dan lupa menutup pintunya?

"Serius? Lo baik banget sih. Makasih banyak." sahut Valerie tersenyum sumringah, ia begitu bahagia, rasanya ia seperti melihat pangeran tampan dan baik hati di depan matanya sekarang. Ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, dan moment hari ini akan ia ingat seumur hidupnya.

"Serius gadis. Gue gak baik-baik banget, kan gue udah bilang kalau gue laki-laki yang dingin. Hm... Iya sama-sama gadis." ucap Saturnus tersenyum tipis dan mengedipkan sebelah matanya. Semoga saja perempuan di depannya ini menyadari maksudnya. Ia tak sabar ingin mengetahui nama perempuan cantik di depannya ini, yang begitu polos di matanya.

"Gadis? Nama gue bukan Gadis... Lo salah, nama gue bukan Gadis." ucap Valerie mengerutkan sebelah alisnya karena bingung ia dipanggil Gadis oleh laki-laki di depannya.

"Iya gue tahu, habisnya lo gak kasih tahu nama lo, jadi gue panggil lo Gadis aja deh, biar gampang hehe.... Maaf ya, Gak apa-apa kan gue panggil lo Gadis?" tanya Saturnus pada perempuan di depannya ini. Lagian nama Gadis juga cantik kok, sama seperti kecantikan di wajah perempuan ini

"Boleh banget, cantik banget nama Gadis itu. Bagus juga, gue suka nama panggilan itu, panggil gue Gadis aja kalau gitu sebelum lo tahu nama gue yang sebenarnya." sahut Valerie tersenyum sumringah lagi, di depan laki-laki ini, Valerie tak pernah bisa berhenti tersenyum. Padahal kesehariannya Valerie selalu membuat ulah dulu di sekolahnya, Valerie selalu berteman dengan masalah. Banyak masalah yang ia punya, masalah hidupnya yang tak pernah usai. Jika ditanya lelah, tentu saja Valerie lelah. Valerie ingin memiliki hidup normal, dan di cap sebagai siswi baik-baik. Namun sepertinya itu tak mungkin, jiwa keburukan itu sudah melekat di benaknya.

"Oke. Sekarang ayo kita obati luka lo. Masih perih?" tanya Saturnus dengan raut wajah khawatir. Ia sangat takut jika lutut perempuan ini infeksi karena ulahnya. Lagipula petugas UKS kemana sih? Kenapa tak ada disini? Kenapa perginya lama sekali?

"Udah berkurang sih perihnya, hilang sendirinya. Yaudah ayo. Petugas UKS beneran gak ada ya?" tanya Valerie pada Saturnus yang sudah lama bersekolah disini, ia murid baru disini, mana ia tahu kan?

"Iya nih, gue gak tahu juga kenapa Petugas UKS nya gak ada di UKS. Siniin kaki lo, biar gue yang obatin, lo hanya cukup diam saja duduk manis disini." ucap Saturnus dengan nada sedikit memerintah.

"Mungkin Petugas UKS nya belum datang." sahut Valerie menerka-nerka. Mungkin saja kan? Ini masih pagi, hanya ada beberapa siswa-siswi yang masih berlalu lalang tadi ia lihat. Valerie sengaja datang pagi, karena akan menghadap kepala sekolah, namun nyatanya ia malah jatuh dan terluka. Mungkin nanti ia akan merepotkan laki-laki ini lagi untuk mengantarkannya ke ruang kepala sekolah dan mengantarnya ke kelas barunya.

"Bisa jadi sih ya, tapi kalau memang Petugas UKS nya belum datang, kenapa pintu UKS nya terbuka lebar tadi? Lo lihat sendiri kan tadi kalau pintu ruangan UKS terbuka lebar?" tanya Saturnus pada perempuan ini. Memastikan bahwa ia tidak salah tadi, ia sangat ingat bahwa pintunya memang terbuka, bukan ia yang membukanya, Saturnus tak merasa dapat membuka pintunya tadi.

"Iya juga sih. Gue gak tahu juga. Tapi berpikir positif aja, mungkin tadi ada siswa atau siswi yang masuk ngambil obat-obatan untuk keperluannya atau ada petugas piket yang bersihin UKS ini dan lupa tutup pintunya. Atau mungkin Petugas UKS nya udah datang dan sedang keluar sebentar lalu lupa tutup pintunya. Bisa aja kan? Udah lah, ngapain sih kita ambil pusing? Ini lutut gue sakit banget, perih lagi rasanya, padahal tadi sudah mendingan. Gak ngerti gue sama dua lutut ini, ngeselin banget, manja banget. Udah bagus juga tadi sakitnya sedikit menghilang, tapi kenapa sekarang kembali sakit?" ucap Valerie mengeluh. Rasanya begitu sakit, sakit sekali, perih sekali. Ingin rasanya ia menangis namun ia malu melakukannya, malu jika diejek cengeng nantinya oleh laki-laki tampan ini. Lagipula ia tak akan menangis di depan laki-laki tampan.

"Oke sebentar, biar gue obatin dulu ya. Tahan ya, jangan nangis." ucap Saturnus tersenyum kecil.

"Iya, gue gak akan nangis, pelan-pelan ya obatinnya sakit nih. Gue mau merem aja biar gak lihat. Kalau lihat nanti gue nangis beneran di depan lo, malu gue kalau nangis di depan laki-laki tampan. Hahaha... Maaf kalau gue blak-blakan." ucap Valerie tak merasa malu sama sekali.

"Oke gak apa-apa santai aja. Iya gue pelan-pelan kok obatinnya. Lo tenang aja, gue gak akan sakitin lo lagi kok." ucap Saturnus merasa iba. Ia jadi merasa ikut merasakan bagaimana rasa sakitnya. Pasti sangat sakit dan perih, dan ia masih terus menyalahkan dirinya atas semua ini, memang nyatanya ia yang bersalah dan membuat Gadis terluka di kedua lututnya.