"Pertanyaan yang mana Saturnus?" tanya Lea bingung. Perasaan semua pertanyaan yang Saturnus lontarkan sudah semua ia jawab dengan cepat tadi.
"Yang tadi Lea. Yang barusan itu loh." ucap Saturnus dengan gemas dari seberang telepon.
"Ha? Yang mana sih Saturnus? Coba sebutkan saja!" jawab Lea tampak tidak ingat sama sekali. Nada suaranya kedengaran bingung.
"Aduh Lea, lo tu baru SMA kelas XI, masa udah pikun sih?" tanya Saturnus geleng-geleng kepala. Ia tak sadar menggelengkan kepalanya dan tersenyum samar. Padahal Lea tak dapat melihatnya kan?
"Hehehe... Iya Saturnus. Kalau sudah dekat Saturnus otakku blank tahu. Saturnus tuh selalu buat aku bahagia." ucap Lea dengan malu-malu dan menepuk kepalanya sendiri dengan pelan. Apa yang ia katakan barusan? Sungguh dirinya sangat bodoh. Bisa-bisanya ia sejujur itu dengan Saturnus, pasti sekarang Saturnus I'll feel padanya. Tidak! Apa yang harus ia lakukan sekarang?
"Kok bisa blank? Memangnya apa yang sudah gue lakukan hingga membuat lo bahagia seperti itu?" tanya Saturnus mencoba memancing Lea. Sebenarnya ia sangat penasaran dengan Lea sedari dulu, namun ia tak mau mengakui itu semua. Saturnus tak mau di cap menyukai Lea balik. Biarlah orang melihat bahwa Lea yang selalu mengejarnya.
"Lea juga gak tahu Saturnus, kenapa Lea bisa selalu blank kalau dekat Saturnus, padahal sekarang hanya teleponan. Sederhana saja Saturnus, Saturnus mau bicara sama Lea saja, Lea sudah sangat senang dan bahagia, seperti sekarang contohnya." ucap Lea dengan suara bahagianya. Seakan-akan dirinya adalah perempuan yang paling bahagia di dunia ini. Lea sangat suka dengan Saturnus, Lea sangat mencintai Saturnus.
"Berarti lo gugup kalau dekat gue, makanya lo ngblank... Di biasain aja gak bisa Lea?" tanya Saturnus lagi dan mengulum senyumnya. Baru kali ini ia menemukan perempuan seperti Lea, sejujur Lea. Andai saja ia bisa membalas perasaan Lea, pasti ia bisa membuat Lea tidak bersedih lagi. Ia yakin itu. Namun dirinya tak bisa, seperti ada sesuatu yang melarangnya untuk membalas perasaan Lea itu, tapi apa?
"Gak bisa Saturnus. Lea kaya gitu bukan kehendak Lea. Lea tiba-tiba aja kaya gitu, semuanya terjadi tanpa bisa dicegah Saturnus. Maaf..." jawab Lea dengan sedikit rasa menyesal. Ia merasa sedih ketika ia tak bisa memenuhi apa yang Saturnus inginkan. Ia merasa tak berguna. Ia takut Saturnus marah padanya, hanya itu yang ia takutkan.
"Lo gak salah apapun Lea, kenapa harus minta maaf secepat itu?" tanya Saturnus keheranan. Lea sangat cepat merasa bersalah, padahal baginya Lea sama sekali tidak salah apapun. Apakah Lea memang seperti ini ke semua orang? Atau Lea hanya seperti ini ke dirinya saja? Ia merasa beruntung karena dicintai oleh perempuan setulus Lea. Namun bodohnya ia menyia-nyiakan itu.
"Lea ngerasa sedih ketika Lea gak bisa menuhin keinginan Saturnus. Lea udah coba supaya gak gugup kalau berhadapan langsung atau ngomong lewat telepon gini sama Saturnus, tapi Lea gak bisa. Sekeras apapun Lea coba, Lea tetap gak bisa. Lea juga gak ngerti sama diri Lea... Kok Lea kaya gini sih?" tanya Lea dengan nada kesalnya, menyalahkan diri sendiri. Lea memukul-mukul kepalanya sebagai pelampiasan kekesalannya. Ia benar-benar sedih ketika tak bisa menuruti apa mau Saturnus.
"Lea gak salah. Mungkin itu semua hanya butuh waktu Lea. Stop nyalahin diri lo sendiri, gue gak suka lo kaya gitu." ucap Saturnus mengingatkan dengan nada yang lembut. Saturnus tak tahu kenapa ia bisa berbicara lembut dengan Lea, yang jelas ia tak mau memberikan luka baru pada Lea. Karena dengan ia menolak Lea saja itu sudah membuat Lea terluka. Ia tak mau terlihat semakin jahat.
"Maaf Saturnus, maaf..." ucap Lea dengan suara getirnya. Matanya berkaca-kaca ingin menangis. Dengan cepat ia mendongakkan wajahnya agar air mata itu tak sampai jatuh. Ia ingin menahan air mata itu di pelupuk matanya. Ia langsung menyeka air matanya dengan lembut. Tidak, Lea harus kuat, harus! Saturnus gak bakal suka sama Lea kalau Lea cengeng, ucapnya menyemangati dirinya sendiri dalam hati.
"Udah gue bilang lo enggak salah Lea. Kenapa harus minta maaf terus sama gue? Berhentilah meminta maaf. Gue gak ada marah sama lo, bagi gue marah gak semudah itu Lea." ucap Saturnus merasa sedikit tak enak. Kenapa Lea sangat takut padanya seperti ini? Sebegitukah berartinya dirinya di mata Lea? Sebegitukah takutnya Lea jika ia marah? Ia tak habis pikir, kenapa ada perempuan yang seperti Lea ini.
"Iya Saturnus, makasih udah ngertiin Lea." ucap Lea kembali tersenyum, tentu saja Saturnus tak dapat melihat senyumnya. Ia tak sabar ingin cepat-cepat sekolah dan bertemu Saturnus di sekolah. Pasti Saturnus terlihat tampan. Saturnus selalu tampan, setiap hari.
"Sama-sama Lea. Makasih juga udah tahan sama sifat gue, makasih udah berjuang sampai sejauh ini ngejar-ngejar gue. Semoga saja suatu saat nanti hati gue bisa luluh untuk lo." ucap Saturnus dengan nada menyesalnya. Saturnus benar-benar merasa menjadi orang terjahat di muka bumi ini karena sudah selalu menolak Lea, menyakiti Lea, membuat Lea terluka, dan membuat Lea menangis. Maka dari itu ia ingin memperbaikinya dari sekarang. Walaupun ia tak bisa menerima Lea, setidaknya Lea tak menangis lagi karenanya.
"Kalau enggak bisa gak apa-apa Saturnus. Jangan di paksain, Lea gak maksa buat Saturnus juga suka sama Lea. Lea gak mau Saturnus terpaksa nerima Lea, kaya gini aja Lea udah bahagia kok. Jadi teman dekat Saturnus yang Saturnus percaya saja udah buat Lea senang banget." ucap Lea tersenyum kecil. Sudah sepantasnya ia berbicara begini. Ia tak apa jika tak bisa dengan Saturnus, sampai kapan pun ia tak akan pernah menyesal karena mencintai Saturnus. Ia hanya ingin Saturnus bahagia dengan pilihan hatinya, karena baginya kebahagiaan Saturnus adalah segalanya. Jika Saturnus bahagia, Lea juga akan merasa bahagia. Walaupun Lea tahu kalau kebahagiaan Saturnus bukan ada pada dirinya.
"Hati lo benar-benar tulus Lea. Entah kenapa gue ngerasa gak pantas mendapatkan cinta yang lo kasih ke gue. Gue ngerasa kalau diri gue sangat jahat pada lo. Harusnya lo benci gue, bukannya malah tambah suka sama gue. Apa lo gak sadar kalau selama ini gue jahat banget sama lo?" tanya Saturnus menggelengkan kepalanya sekilas, ia tak habis pikir dengan Lea, kenapa bisa ada perempuan sesabar Lea di hidupnya?
"Saturnus pantas kok mendapatkannya, hanya Saturnus yang pantas. Saturnus gak pernah jahatin Lea, sama sekali gak pernah Saturnus, Saturnus jangan bilang kaya gitu, Saturnus itu gak jahat malah bagi Lea Saturnus itu baik banget sama Lea. Lea gak bisa benci sama Saturnus, mana bisa Lea membenci laki-laki yang sangat Lea suka? Apapun yang Saturnus lakukan, Lea gak akan pernah benci sama Saturnus." sahut Lea dari seberang sana, suara Lea terdengar sedih. Memang... Lea memang sedih, sedih karena dirinya selalu saja berharap banyak ke Saturnus. Padahal jelas-jelas Saturnus tak mau memberinya harapan lebih.