"Lo... Lo terlalu baik buat gue Lea. Berhenti bersikap terlalu baik sama gue Lea. Karena gua gak bisa bales kebaikan lo itu dengan setimpal. Lo bebas suka sama gue, lo bebas cinta sama gue, lo bebas kejar gue sepuas lo, tapi lo janji sama gue kalau lo gak bakal terluka karena sifat gue ya?" ucap Saturnus meminta agar Lea mau berjanji padanya. Setidaknya itu sebagai bukti bahwa Saturnus tak mau berjanji untuk membalas perasaan Lea. Lea sudah setahun lebih mengisi hari-harinya, namun tetap saja tak bisa meluluhkannya.
"Lea janji gak akan terluka karena sifat Saturnus. Asal Lea boleh tetap suka sama Saturnus, tetap cinta sama Saturnus, tetap diizinkan buat kejar Saturnus. Jangan merasa terganggu Saturnus, Lea gak bakal gangguin hidup Saturnus. Lea hanya ingin perjuangin cinta Lea. Lea ingin mencintai sampai Lea mati rasa." sahut Lea menyembunyikan kesedihannya, ia pandai melakukannya, buktinya suaranya terdengar happy-happy saja. Biarlah Saturnus tak pernah tahu jika ia memang terluka. Setidaknya menjadi teman dekat Saturnus tidaklah terlalu buruk.
"Lo gak mungkin mati rasa Lea. Gue yakin, suatu saat nanti akan ada yang bisa mencintai lo sebesar lo mencintai gue. Lo cantik lea, lo pinter, hati lo kelewat tulus kelewat jujur, lo multi talenta. Gue tahu lo nyaris sempurna, tapi gue... Gue gak bisa jadikan itu ukuran. Lo... Gue minta maaf, lo bukan tipe gue..." sahut Saturnus dengan suara beratnya. Semakin Lea begini, semakin ia merasa bersalah, semakin sadar bahwa dirinya sangatlah jahat pada perempuan sebaik Lea. Tapi tak ada yang bisa ia lakukan selain ini. Saturnus memang bodoh, sangat bodoh.
"Tapi Lea gak mau sama yang lain Saturnus! Lea gak peduli kalau ada orang yang suka Lea kaya Lea suka sama Saturnus. Lea maunya sama Saturnus aja. Terus tipe perempuan yang Saturnus suka yang kaya gimana?" tanya Lea tak menyerah. Semua yang Saturnus suka ia harus tahu, harus! Biarkan saja semua orang mengatainya bodoh mengejar-ngejar Saturnus yang memiliki hati beku, tak apa, Lea tak peduli. Kata orang cinta harus diperjuangkan kan? Ini Lea sedang berjuang. Berjuang mencairkan hati pangeran yang memiliki hati beku layaknya Es Batu.
"Arghhh! Lo memang keras kepala Lea. Gue gak tahu lagi harus bilang apa sama lo, semua terserah lo Lea. Tipe perempuan yang gue suka?" tanya Saturnus balik menyunggingkan senyum sinisnya dan berdecak pelan.
"Iya Saturnus. Tipe perempuan yang Saturnus suka yang kaya gimana? Kasih tahu Lea! Lea akan berusaha ngerubah diri Lea supaya Saturnus bisa suka sama Lea." ucap Lea dengan keukeuhnya. Lea hanya tak mau menyerah.
"Jangan berubah demi orang lain Lea, berubahlah demi diri lo sendiri. Jangan berubah hanya karena cinta. Cinta sejati itu menerima apa adanya kekurangan dan kelebihan lo. Kalau keadaannya sudah begini, itu berarti gue bukan cinta sejati lo." ucap Saturnus kehabisan akal. Lea sama sekali tak mau mendengarkannya. Apakah Lea menyukainya sampai segila itu? Hingga berpikir mau berubah demi dirinya. Harusnya ia senang dicintai sampai seperti ini, namun nyatanya tidak. Saturnus geli dengan kegilaan Lea ini.
"Saturnus tahu darimana kalau Saturnus bukan cinta sejati Lea? Gak ada yang tahu Saturnus, cuma Tuhan yang tahu. Cuma Tuhan yang bisa memutuskan. Tapi Lea yakin, kalau Saturnus itu memang ada buat Lea. Walaupun Saturnus terus nolak Lea sekarang, suatu hari nanti Saturnus bakal terima Lea." ucap Lea meyakinkan dirinya sendiri, walaupun ia tak yakin sama sekali. Ia tahu semua tak akan mungkin. Hati Saturnus yang keras seperti karang, tak mudah dikikiskan oleh ombak.
"Terserah lo Lea. Gue capek ngomong sama orang yang keras kepala. Gue udah bilang gue gak bisa kasih janji apapun. Gue sendiri masih bingung sama perasaan gue, Lea." sahut Saturnus tak peduli. Lea sangat membuatnya bingung, ia bingung dengan perasaannya sendiri.
"Bingung kenapa Saturnus? Ayo cerita sama Lea. Lea selalu siap jadi teman curhat Saturnus, kapan pun Saturnus butuh teman berbagi, Lea akan selalu siap dengarin keluh kesah Saturnus." ucap Lea sedikit melembut. Mungkin keras kepalanya ini membuat Saturnus pusing. Ia tak mau membuat Saturnus bingung dan pusing, tujuannya menelepon Saturnus pagi-pagi buta begini adalah ingin menghibur Saturnus bukan membuat mood Saturnus memburuk.
"Gue bingung sama sikap lo Lea. Lo berubah-ubah. Gue gak ngerti sama sifat lo. Gue gak tahu harus apa, gue gak tahu harus bicara apa. Gue cuma gak mau bikin lo sakit hati. Gue gak mau buat lo terluka. Gue gak mau merasa bersalah terus sama lo, Lea. Tolong jangan buat gue ngerasa jahat." ucap Saturnus dengan perasaan bersalah bertubi-tubi. Hatinya seperti di tusuk ribuan jarum, bukan sakit hati namun rasa bersalah yang mendominasi.
"Maafin Lea ya Saturnus? Lea udah buat Saturnus bingung dan mood Saturnus rusak. Lea gak akan buat Saturnus semakin bingung sama sifat Lea. Lea sayang banget sama Saturnus, jangan marah ya Saturnusnya Lea." mohon Lea dengan suara memelas. Ia tak mau Saturnus semakin marah padanya. Ia hanya ingin menghibur Saturnus, ia tak mau melihat Saturnus sedih, kesedihan Saturnus juga adalah kesedihannya.
"Hmm... Gue gak bisa marah sama lo Lea, apapun yang lo lakukan, gue gak tega marah sama lo. Lo terlalu baik, gue gak bisa marah sama perempuan sebaik lo, dan ehmm... Semanis lo." sahut Saturnus dengan nada kecil di akhir kalimatnya. Apakah barusan adalah dirinya? Sejak kapan dirinya pandai menggombal seperti ini? Sungguh dirinya benar-benar berubah di depan Lea. Hanya Lea yang mampu membuatnya sebodoh ini dan selemah ini. Padahal Lea bukanlah siapa-siapa untuknya. Tapi ia merasa bahwa ia harus menjaga perasaan Lea.
DEG!
Apakah barusan ia salah dengar? Saturnus menyebutnya manis? Tidak! Sepertinya telinganya bermasalah. Mungkin ia harus memeriksakannya ke THT secepatnya. Lea tak mau memiliki telinga yang bermasalah.
"Ah? Saturnus bilang apa tadi? Maaf Saturnus, Lea gak dengar, sepertinya telinga Lea sedikit bermasalah deh ini. Coba diulangi Saturnus?" tanya Lea berharap bahwa Saturnus mau mengulangi perkataannya dan ia memang tak salah dengar tadi. Ia hanya ingin memastikannya saja. Semoga saja ia memang tak salah dengar tadi. Ia benar-benar merasa senang dan bahagia. Rasanya ia ingin terbang saking senangnya. Ah! Saturnus memang selalu bisa membuatnya berbunga-bunga. Rasanya dipuji oleh laki-laki yang kita suka memang beda sensasinya.
"Hehehe... Enggak ada bilang apa kok Lea, lupakan saja. Mungkin kamu memang salah dengar. Jadi bahagiamu sesederhana itu ya Lea?" tanya Saturnus memastikannya sekali lagi. Jika memang bahagia Lea sesederhana itu, ia akan usahakan untuk menelepon Lea di waktu senggangnya hanya demi membuat Lea bahagia dan tidak menjauhi Lea lagi. Ia sadar bahwa Lea juga harus dibahagiakan, walaupun tidak dengan menerima Lea sebagai pacarnya. Ia bisa membuat Lea bahagia menjadi bagian dari hidupnya, teman dekatnya. Karena itu yang Lea mau kan? Saturnus hanya ingin menjadi baik buat Lea, karena Lea selalu baik padanya. Lea selalu membuatnya bisa tertawa lepas dan senyum-senyum sendiri hanya dengan kesederhanaan yang ia lakukan.