"Mmm... Maaf Saturnus. Maaf udah buat Saturnus kesal. Saturnus kalau mau marah sama Lea, marah aja gak apa-apa kok. Asal jangan jauhi Lea ya. Lea gak sengaja ngomong gitu sama Saturnus, maksudnya Lea tidak seperti yang Saturnus pikirkan kok." ucap Lea dengan suara yang sangat gugup. Ia memberanikan dirinya untuk bicara agar Saturnus tidak semakin marah padanya. Ia tidak mau Saturnus semakin sulit untuk digapai. Untuk berada sedekat ini dengan Saturnus bukanlah hal yang mudah, butuh perjuangan yang besar untuk berada di posisinya sekarang.
"Memangnya apa yang gue pikirkan?" tanya Saturnus lagi dengan nada yang tidak dingin namun tidak juga lembut. Ia tidak marah dengan Lea, sama sekali tidak marah. Untuk apa ia marah? Toh apa yang di katakan Lea memang begitulah adanya. Mungkin semua orang menilainya seperti itu, namun Saturnus tetap pada pendiriannya, ia tidak peduli. Hidup-hidupnya kenapa ia harus memikirkan apa kata orang lain tentang dirinya?
"Lea gak ada maksud bilang Saturnus cerewet kok. Cuma bagi Lea hal seperti tadi sangatlah langka. Lea tidak pernah melihat sisi Saturnus yang seperti itu. Biasanya Saturnus itu kan irit bicara, namun tadi tiba-tiba nanyanya banyak. Tapi Lea suka kalau Saturnus begitu." ucap Lea dengan nada suara takut- takut. Ia sudah sangat berbicara dengan hati-hati, tapi tetap saja ia merasa takut jika Saturnus akan salah paham lagi. Walaupun hanya lewat telepon saja, ia dapat merasakan ketegangan yang terjadi antara dirinya dan Saturnus.
"Itu artinya lo belum mengenal gue lebih jauh Lea. Buktinya lo belum tahu semua sisi baik dan buruk yang ada di diri gue. Gue itu banyak kekurangannya Lea. Banyak yang lebih sempurna dari gue, tapi kenapa lo hanya ngejar gue?" tanya Saturnus dengan suara yang sedikit melembut. Ia tidak tega jika membuat Lea sedih, tidak tahu apa alasannya yang jelas ia hanya tidak tega. Lea adalah perempuan yang ceria, ia tidak tega membuat Lea murung karena dirinya. Kenapa ia jadi peduli begini dengan perasaan Lea?
"Walaupun Saturnus bilang begitu, tapi Lea tidak peduli. Bagi Lea, Saturnus sangat sempurna. Di mata Lea, Saturnus tidak memiliki kekurangan apapun, hanya ada kelebihan di diri Saturnus. Tapi Lea suka Saturnus bukan karena Saturnus sempurna." ucap Lea tetap keukeuh dengan pendiriannya. Seberapa pun orang mengatakan bahwa Saturnus itu bukan laki-laki yang sepenuhnya baik, tapi baginya Saturnus yang terbaik di hatinya. Hatinya hanya ada nama Saturnus seorang, tidak akan ada yang lain, tidak akan pernah tergantikan sampai kapan pun juga.
"Lalu apa yang lo liat dari gue kalau bukan karena gue tampan dan sempurna menurut orang-orang dan menurut lo? Apa yang ngebuat lo sampai sebegitunya ngejar-ngejar gue? Gue gak merasa melakukan apapun untuk lo sebelumnya." tanya Saturnus sangat ingin tahu tentang ini. Sedari dulu ia ingin mengetahui alasan ini, namun waktunya tidak pernah tepat. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk ia mengetahui rahasia Lea tentang sosok dirinya di mata Lea.
"Saturnus memang tidak pernah melakukan apapun untuk Lea sebelumnya. Lea suka Saturnus karena Saturnus baik. Gak tahu apa lagi alasannya, tapi dari awal Lea lihat Saturnus itu Lea udah langsung suka sama Saturnus. Saturnus itu laki-laki yang spesial di mata Lea." ucap Lea dengan nada yang masih ragu. Kenapa ya Saturnus tiba-tiba membahas ini? Apa tujuan Saturnus ingin mengetahui perasaannya? Apakah Saturnus sudah mulai membuka hati untuknya? Tapi itu tidak mungkin, hanya perempuan beruntunglah yang bisa mendapatkan kesempatan itu. Dan Lea rasa dirinya bukanlah perempuan beruntung itu.
"Gue gak spesial Lea, gue biasa aja kaya yang lain. Lo aja yang terlalu memuja gue sehingga yang lo lihat hanya kebaikan gue saja." ucap Saturnus dari seberang telepon. Ia tak menyangka jika jawaban Lea sangatlah simple dan mudah di mengerti baginya. Saturnus tidak tahu apa yang harus ia rasakan sekarang antara sedih atau senang? Sedih karena ia tidak berniat membalas perasaan Lea dan senang karena baru kali ini ada perempuan yang menyukainya bukan karena ketampanannya. Lea adalah perempuan yang jujur, baik hati, cerdas, Lea sempurna di mata laki-laki. Namun kenapa ia tidak bisa menerima kehadiran Lea di hatinya?
"Memangnya kenapa kalau Lea memuja Saturnus? Bukankah Saturnus tidak pernah keberatan kalau Lea kejar Saturnus? Lea hanya suka Saturnus, Lea gak pernah kan gangguin hidupnya Saturnus? Apa Saturnus sekarang akan melarang Lea untuk suka sama Saturnus? Apa Saturnus sudah berubah pikiran?" tanya Lea dengan perasaan yang was-was dan nada suara yang takut jika Saturnus melarangnya untuk menyukainya. Lea mencengkram handphonenya dengan erat sebagai pelampiasan rasa takutnya.
"Tidak apa-apa Lea. Iya, Gue memang gak pernah keberatan kalau lo kejar terus-menerus, asal lo gak ganggu gue, gue fine-fine aja. Gue gak ada hak buat ngelarang orang suka sama gue, lo bebas suka sama gue seberapa pun besarnya perasaan lo ke gue, tapi lo juga harus siap nerima rasa sakit dan penolakan dari gue, karena gue gak suka sama lo Lea. Gue gak akan pernah berubah pikiran, gue bukan laki-laki yang plin-plan. Tapi tolong hargai sedikit diri lo Lea, lo perempuan. Tidak sepantasnya lo ngejar-ngejar laki-laki yang sudah jelas-jelas gak suka sama lo." ucap Saturnus dengan kata-kata pedasnya. Ia tak bermaksud menyakiti Lea, namun Lea harus tahu bahwa sampai kapan pun juga hatinya akan tetap beku dan tak pernah berubah menjadi air.
"Tapi Lea suka sama Saturnus. Lea gak bisa hapus perasaan Lea. Rasa suka Lea sudah sejak lama untuk Saturnus, hanya untuk Saturnus seorang, Lea gak bisa berpaling. Lea gak pernah suka sama orang sampai seperti ini, sedalam ini, sedalam perasaan Lea ke Saturnus. Lea harus apa biar Saturnus juga suka sama Lea?" tanya Lea dari seberang telepon dengan suara tangis yang tertahan. Sekuat apapun Lea, jika sudah dihadapkan dengan perasaannya ke Saturnus seketika Lea akan menjadi lemah. Saturnus adalah titik lemahnya.
"Gue gak tahu Lea. Gue gak bisa kasih lo harapan yang gak pasti bisa gue wujudin. Gue nyaman sama lo, tapi hanya sebagai teman, tidak lebih. Gue minta maaf Lea. Kalau sifat gue yang seperti ini selalu buat lo ngerasa sakit. Gue gak ada niat nyakitin hati lo, tapi gue juga gak bisa bohongin perasaan gue sendiri. Gue gak tahu apa yang harus lo lakuin supaya gue bisa suka sama lo Lea. Yang jelas, gue masih ingin fokus ngejar cita-cita gue buat bahagiain orang tua gue dulu, gue belum ada niat untuk pacaran. Sekali lagi gue minta maaf udah nolak lo berkali-kali. Gue harap suatu saat nanti lo bisa nemuin laki-laki yang bisa sayangin lo dengan tulus seperti lo sayangin gue. Dan lo bisa hapus perasaan sayang lo itu ke gue." ucap Saturnus dengan suara yang lembut dan penuh rasa bersalah terhadap Lea. Ia sudah sangat jahat karena menyakiti perempuan sebaik Lea.