"Maaf Antariksa. Lea gak ada maksud buat Antariksa ngerasa gagal. Tapi Lea jujur aja, kalau Antariksa itu gak pernah gagal jagain Lea. Senyum Lea selalu ada untuk Antariksa. Selalu Antariksa!" ucap Lea menenangkan Antariksa dan mengelus pundaknya pelan. Setelahnya Lea memeluk pinggang Antariksa untuk berpegangan agar tidak jatuh seperti yang Antariksa katakan tadi.
"Makasih Lea. Makasih karena lo selalu bisa buat gue ngerasa tenang karena kata-kata yang lo ucapkan." sahut Antariksa tersenyum kecil di balik kaca helmnya. Antariksa memegang lengan Lea yang memeluk pinggangnya dan menggenggamnya sebentar. Rasanya sangat nyaman dipeluk seperti ini oleh Lea. Walaupun dipeluk secara tidak langsung karena berpegangan saja, tapi ia bahagia. Andai saja Lea tahu tentang perasaannya. Apakah Lea akan tetap mengejar Saturnus dan mengacuhkan perasaannya?
"Terimakasih kembali Antariksa. Antariksa... Makasih banyak juga udah mau bela-belain antar-jemput Lea setiap hari, padahal Antariksa dan Lea beda sekolah. Tapi Antariksa tetap mau antar-jemput Lea." ucap Lea mengucapkan terimakasih pada Antariksa. Antariksa begitu baik padanya. Apakah Antariksa memang sebaik ini pada perempuan? Tapi setahu Lea, Antariksa tak pernah dekat dengan perempuan manapun. Atau dirinya yang tidak tahu? Atau Antariksa merahasiakannya darinya? Mungkin saja. Mungkin lain waktu akan Lea tanyakan tentang itu.
"Iya Lea, sama-sama. Lea... Bagi gue beda sekolah itu bukan masalah yang besar. Gue akan tetap antar-jemput lo setiap hari, itu sudah kewajiban gue sebagai sahabat lo. Lo kalau gak gue jemput gimana? Lo mau berangkat sendiri? Memangnya di izinin sama Mama dan Papa lo? Enggak kan? Mereka percayain lo ke gue, Lea." ucap Antariksa dengan nada suara yang sedikit kencang agar Lea dapat mendengar perkataannya. Karena Antariksa paling anti jika disuruh mengulangi apa yang sudah ia ucapkan. Tak tahu kenapa, malas saja.
"Iya Lea tahu. Itu dah kenapa Lea bilang makasih. Makasih udah mau nurutin keinginan Mama dan Papa Lea. Kalau Antariksa gak peduli sama Lea, pasti Antariksa akan menolaknya kan? Tapi nyatanya Antariksa menerimanya. Antariksa baik banget sama Lea. Lea bingung... Gimana caranya balas kebaikan Antariksa. Lea pikir, gak ada yang bisa Lea lakukan untuk bantuin Antariksa." ucap Lea dengan suara yang kurang bersemangat dan wajah yang murung. Kadang untuk Antariksa, ia merasa tak berguna. Ia pikir ia hanya bisa menyusahkan Antariksa saja. Pasti dalam hatinya Antariksa jenuh dengannya, namun Antariksa tak berani mengatakannya, takut dirinya tersinggung.
"Karena gue sayang sama lo Lea, sebagai sahabat gue. Gue gak mau lo kenapa-kenapa, maka dari itu gue nerima keinginan Mama dan Papa lo. Lo gak usah ngerasa gak enak sama gue, gue lakukan ini juga bukan karena suruhan Mama dan Papa lo saja, tapi karena keinginan gue sendiri. Lo... Lo gak usah mikirin gimana caranya balas gue, cukup tetap jadi sahabat gue, itu udah lebih dari cukup buat gue." ucap Antariksa dengan suara yang sama kencangnya seperti tadi namun dengan nada yang terdengar lembut. Antariksa selalu kalah jika berhadapan dengan Lea. Antariksa selalu takut jika menyakiti hati Lea. Bahkan ia tak memperdulikan hatinya sendiri.
"Makasih Antariksa. Tentu saja Antariksa, Lea akan penuhi itu. Lea akan tetap jadi sahabat Antariksa sampai kapanpun. Kalau bisa selamanya. Tapi sayangnya Lea gak bisa hidup selamanya. Pasti nanti akan mati..." sahut Lea semakin murung. Ia sedih menerima kenyataan bahwa ia tak bisa terus berada disisi Antariksa sampai selamanya. Nyatanya ia akan mati nantinya.
"Heh! Mulutnya itu loh! Gak boleh ngomong gitu Lea sayang. Iya... Gue tahu kalau kita semua bakalan mati, tapi kan gak tahu kapan kan? Hanya Tuhan yang tahu. Kita hanya bisa berharap memiliki umur panjang, Tuhan yang tentukan. Pokoknya Lea gak boleh ngomong gitu lagi. Janji sama gue dulu?" ucap Antariksa meminta Lea untuk berjanji padanya. Ia hanya butuh janji itu. Ia tak mau jika Lea berbicara begitu lagi. Lea tak boleh bicara begitu, semua demi kebaikan Lea dan ketenangan hatinya.
"Iya Antariksa. Lea janji. Lea janji gak akan ngomong gitu lagi. Oh iya Antariksa... Lea mau tanya, boleh gak?" tanya Lea penuh harap. Ia ingin menanyakan sesuatu pada Antariksa. Ia ingin Antariksa tahu betapa sayangnya dan cintanya dirinya pada Saturnus. Ia ingin Antariksa mengetahuinya. Toh Antariksa hanya menganggapnya sahabat saja kan? Jadi tak ada salahnya ia cerita pada Antariksa.
"Boleh dong. Apa sih yang gak boleh buat lo? Apapun boleh lo lakukan Lea. Ehm... Memangnya lo mau tanya apa Lea?" tanya Antariksa berdeham kecil. Ia bukan gugup, namun ia sedikit takut. Seperti ada rasa tak enak di hatinya. Pertanda apa ini? Kenapa ia begitu merasa takut. Apakah yang Lea katakan akan membawa pengaruh yang besar untuk hidupnya?
"Antariksa pernah gak sih, ingin hidup seribu tahun?" tanya Lea dengan polosnya. Apakah pertanyaannya terkesan aneh dan konyol? Ia pikir jawabannya adalah iya. Lea saja berpikir bahwa pertanyaannya begitu aneh dan konyol. Kenapa? Mana ada manusia yang bisa hidup 1000 tahun? Kecuali manusia abadi. Manusia abadi seperti yang ada di film-film. Tapi apa di dunia nyata ada manusia abadi? Lea pikir tidak! Jadi ia dapat menyimpulkan bahwa pertanyaannya sangatlah aneh dan konyol.
"Hah?" tanya Antariksa menajamkan telinganya. Apa ia tak salah dengar? Lea mengatakan hidup seribu tahun. Mana bisa? Umur manusia jaman sekarang saja jarang yang sampai 100 tahun. Sedangkan ini...? Lea ingin hidup 1000 tahun di dunia? Mana bisa! Astaga... Ada apa dengan otak Lea? Apakah karena terlalu cerdas membuatnya jadi error?
"Iya Antariksa. Apakah Antariksa pernah ingin hidup seribu tahun?" tanya Lea mengulangi pertanyaannya lagi. Apakah Antariksa benar-benar tidak mendengarnya tadi atau Antariksa berpikir yang sama tentang pertanyaaan aneh dan konyol ini? Sepertinya siapapun yang ia tanya begini pasti akan memberikan respon terkejut yang sama.
"Ah... Enggak Lea. Gue gak mau hidup lama-lama. Dunia kadang begitu kejam Lea. Gue ingin lahir kembali, jadi yang lebih baik lagi. Dimana kehidupan gue hanya berisi kebahagiaan saja tanpa adanya luka. Tapi apakah mungkin? Bukankah hidup selalu ada suka dan dukanya? Seperti roda, kadang kita ada diatas kadang kita ada dibawah." ucap Antariksa memberikan jawabannya. Ia sedikit ragu sebenarnya. Apa maksud Lea bertanya begitu? Apakah ada maksud terselubung?
"Iya sih Antariksa, benar apa yang Antariksa katakan. Hidup memang penuh suka dan duka. Kadang kita ada diatas kadang kita ada dibawah. Lea setuju sama pendapat Antariksa. Jadi intinya Antariksa gak ada keinginan untuk hidup 1000 tahun lagi ya?" tanya Lea memastikan kesimpulan dari jawaban Antariksa itu. Namun kenapa dirinya ingin hidup 1000 tahun lagi ya?
"Iya Lea, gak ada. Gue gak ada keinginan untuk hidup 1000 tahun lagi. Memangnya kenapa Lea?" tanya Antariksa semakin tak mengerti. Apakah jawabannya sangat penting bagi Lea, hingga Lea meyakinkannya berulang kali?
"Lea gak tahu kenapa Antariksa... Tapi Lea ingin hidup 1000 tahun lagi. Lea sangat ingin... Andai Lea manusia abadi atau mempunyai hidup yang abadi. Pasti Lea sangat bahagia." sahut Lea dengan suara yang lumayan keras agar Antariksa dapat mendengarnya. Karena berbagai suara di jalan raya kota Denpasar kala itu yang begitu ramai oleh hiruk pikuk kendaraan.
"Kenapa? Kenapa Lea ingin hidup 1000 tahun lagi? Apa alasannya?" tanya Antariksa mencoba memahami apa yang Lea inginkan.