"Hmmm... Iya Lea. Mau bahas apa memangnya?" tanya Saturnus dari seberang telepon dan tersenyum kecil. Lea tak melihatnya tersenyum, tapi setidaknya Lea tahu jika suaranya sedang happy kan? Lea... Kenapa perempuan itu seakan bisa meruntuhkan benteng pertahanannya dengan begitu cepat? Ia heran, apa yang terjadi pada dirinya ini? Kenapa seperti ia gugup ketika berbicara pada Lea. Padahal ini hanya Lea. Ada apa dengan Lea?
"Ehmm... Apa ya Saturnus? Lea juga bingung Saturnus. Biasanya Lea selalu punya ide, tapi kali ini seperti gak ada ide apapun yang nyangkut di kepala Lea. Lea bingung Saturnus. Apa ya?" tanyanya balik pada Saturnus. Ia bingung dan tidak mengerti harus bicara topik tentang apa agar tidak bosan. Waktu juga masih lama, belum waktunya untuk bersiap-siap ke sekolah. Masa iya Lea harus memutuskan sambungan? Tidak... Lea tidak mau. Lea ingin mengobrol banyak pada Saturnus.
"Apa? Gue juga bingung Lea. Gue ngantuk, gue ingin tidur lagi. Tapi gak tega ninggalin lo. Kata lo, lo masih kangen sama gue. Mana mungkin Gue bisa setega itu ninggalin lo? Nanti lo malah gak bisa tidur mikirin ketampanan gue..." sahut Saturnus terlalu percaya diri. Tapi tidak salah juga, Saturnus memanglah tampan. Siapa perempuan yang tidak suka pada Saturnus? Banyak yang menyukainya namun tak ada yang berani mendekatinya, seberani Lea mendekatinya dengan terang-terangan. Semua siswa-siswi di sekolah sudah tahu bagaimana Lea mengejarnya. Namun biasanya ia diam saja, tidak memperdulikannya sama sekali. Baginya, itu tidaklah penting.
"Lea kan memang setiap hari mikirin ketampanan Saturnus. Justru karena bayangin wajah Saturnus yang selalu tersenyum manis ke Lea, Lea jadi bisa tidur nyenyak. Dan mimpi indah tentunya, mimpiin Saturnus sama Lea jadi sepasang kekasih." sahut Lea dengan suara yang sangat girang. Ia bahagia jika sudah membicarakan ini. Semua tentang Saturnus mampu membuat moodnya semakin membaik. Saturnus memang sosok laki-laki yang hebat di matanya.
Saturnus terdiam mencengkram Handphonenya dengan erat. Apalagi ini? Apakah ada perempuan yang bisa mencintainya seperti Lea? Ia rasa tidak ada. Lea sangat tulus mencintainya. Namun kenapa ia tidak bisa membalas cinta Lea? Kenapa ia tak bisa mencintai Lea sama seperti Lea mencintainya? Kenapa ia tak bisa membuka hatinya untuk Lea? Kenapa ia selalu merasa menjadi orang jahat jika sudah seperti ini? Lea mencintainya diam-diam namun mengejarnya dengan terang-terangan. Ia bingung, ternyata Lea sampai segitunya mencintainya hingga memikirkannya setiap malam sebelum tidur. Apa kabar dengan dirinya yang selalu cuek dan tidak peduli pada Lea? Namun Lea tetap mencintainya juga.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
Empat detik...
Lima detik...
Tak ada jawaban dari Saturnus.
Lea sabar menunggu respon Saturnus, namun Saturnus sama sekali tak menyahut, atau sekedar berdeham saja. Tidak... Senyap... Tak ada suara sama sekali...
Sedangkan di seberang sana, Saturnus masih terdiam dan berpikir keras. Apa yang harus ia katakan sekarang, jika sudah begini? Tak mungkin ia hanya menjawab sesukanya saja kan? Ia tak mau membuat Lea kecewa dan sakit hati lagi. Namun tak mungkin juga ia membohongi dirinya sendiri kan? Dengan mengatakan apa saja yang mampu membuat Lea tersipu malu atau senang lebih tepatnya.
"Halo Saturnus? Saturnus masih disana? Kenapa Saturnus diam?" tanya Lea bingung, karena Saturnus tiba-tiba menghilang tak ada suara. Apakah Saturnus ketiduran? Sepertinya tidak. Tak mungkin Saturnus tiba-tiba ketiduran kan? Arghh! Bagaimana ini? Lea bingung. Masa ia harus mematikan telepon? Kan Lea masih ingin ngobrol dengan Saturnus lebih lama lagi.
"Hmmm..." sahut Saturnus akhirnya. Hanya dehaman saja yang bisa terlontar dari bibirnya saat ini. Saturnus bingung mau bicara apa. Alhasil ia hanya berdeham sebagai jawaban bahwa ia masih disana, dan masih mendengarkan Lea berbicara.
"Saturnus tadi kemana?" tanya Lea dengan nada suara khawatir. "Saturnus gak apa-apa kan? Apa Saturnus sakit?" tanya Lea lagi tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya terhadap Saturnus. Ia tak mau Saturnus kenapa-kenapa. Ia tak boleh membiarkan Saturnus terluka. Ia harus bisa menjaga Saturnus, baginya itu adalah tugasnya. Walaupun Saturnus tak menyuruhnya, tapi tetap harus ia lakukan. Karena Lea sangat sayang pada Saturnus. Hanya Saturnus satu-satunya dan selamanya.
"Gak ada kenapa Lea, gue cuma lagi mikir aja, gue bingung mau jawab apa barusan makanya gue diam gak merespon apapun yang lo katakan. Maaf udah buat lo khawatir sama gue. Gue gak apa-apa kok, semuanya aman. Gue gak sakit Lea. Please... Stop khawatirin gue kaya gitu. Gue bukan anak kecil lagi Lea. Gue bisa jaga diri gue sendiri." sahut Saturnus dengan nada lelahnya. Ia tak paham lagi dengan Lea ataupun dengan dirinya sendiri. Semuanya seperti sebuah drama. Ia tak paham apa sebenarnya keinginannya? Apakah ia benar-benar mulai suka pada Lea?
"Bu... Bukan gitu maksud Lea, Saturnus. Lea gak ada kok nganggap Saturnus seperti anak kecil. Lea hanya khawatirin Saturnus, itu saja. Apakah bagi Saturnus itu salah? Kalau Lea memang salah, Lea minta maaf Saturnus. Saturnus jangan marah sama Lea ya? Jangan cuekin Lea lagi ya Saturnus ya? Lea gak mau kita asing lagi. Lea sudah lama memimpikan bisa dekat dengan Saturnus, dan impian itu sudah terwujud sekarang, Masa Saturnus akan menghancurkannya dengan sangat cepat?" tanya Lea dengan suara bergetar dari seberang telepon. Ia sedih. Kenapa ia harus salah bicara dan membuat Saturnus berujung marah padanya?
"Hmm..." sahut Saturnus hanya dengan dehaman saja. Bukan ia bukan marah, ia hanya malas saja. Lea selalu saja melakukan semuanya dengan berlebihan. Ia merasa risih diperhatikan super ekstra seperti ini oleh Lea. Harusnya ia senang ada perempuan yang memperhatikannya seperti ini, namun nyatanya tidak, ia malah risih. Risih jika Lea melakukannya dengan berlebihan. Namun jika bicara langsung blak-blakan pada Lea, ia tak tega melakukan itu, takut malah semakin membuat Lea sakit dan terluka. Ia tak mau menambah rasa sakit yang Lea rasakan.
"Tuh kan...!!! Cuma hmmm doang???!! Berarti Saturnus marah ya sama Lea? Apa yang harus Lea lakukan supaya Saturnus gak marah lagi sama Lea?" tanya Lea dengan suara yang sedikit lebih keras karena panik, ia juga tidak sadar jika volume suaranya meninggi. Dan setelah ia menyadarinya, ternyata ia sudah terlambat, Saturnus sudah keburu marah padanya.
"Bisa gak sih nada suaranya biasa aja? Gue gak tuli Lea, Gue bisa dengar lo. Lo gak perlu bicara sekeras itu sama gue!" sahut Saturnus dengan nada suara yang dingin. Ia kali ini benar-benar kesal. Bagaimana tidak kesal? Ia terkejut mendengar suara teriakan Lea yang tiba-tiba itu. Ia merasa jantungnya akan copot karena terkejut mendengar Lea yang teriak di telinganya. Sungguh menyebalkan sekali. Ternyata Lea tidak nyaris sempurna, Lea juga menyebalkan di matanya, Tak tahu lagi selanjutnya apalagi yang akan terbongkar setelah ini yang ada pada diri Lea.
"Maaf Saturnus. Jangan marahin Lea kaya gini dong... Lea gak sengaja Saturnus. Beneran... Lea gak sengaja... Lea hanya panik Saturnus... Apakah kesalahan Lea tak dapat Saturnus ampuni? Lea hanya... Lea hanya takut Saturnus marah dan cuekin Lea lagi. Lea takut kehilangan Saturnus sebagai sahabat Lea." ucap Lea dengan suara yang jauh lebih kecil dari biasanya, nyalinya menciut. Ia takut... Untuk pertama kalinya ia mendengar Saturnus berbicara sedingin itu padanya. Apakah ini akhir dari semuanya?
Saturnus bungkam. Ia sama sekali tak ada niat menjawab perkataan Lea. Entah kenapa hatinya mendadak beku seperti Es. Ia mendadak tidak peduli lagi pada Lea. Padahal mungkin kesalahan Lea tidak sangat fatal bagi orang lain yang menilainya, namun baginya itu adalah kesalahan yang fatal, Saturnus marah. Ia tak suka perempuan yang berbicara dengan nada suara keras padanya. Ia merasa tak dihargai oleh Lea. Padahal ia sudah berusaha menahan emosinya daritadi demi untuk tidak menyakiti perasaan Lea atau melukainya. Namun inikah balasan yang Saturnus dapatkan? Lea memang tak pantas untuknya. Lea membuatnya kesal setengah mati sekarang. Ia tak tahu apakah ia bisa cepat memaafkan Lea atau tidak akan pernah memaafkannya sama sekali?
Dengan gerakan cepat Saturnus menurunkan Handphonenya dari telinganya dan menatap layarnya yang masih menyala, dengan kesadaran penuh Saturnus langsung memencet tombol merah, dan sambungan terputus.
BEEP!