"Ehmm... Enggak ada kenapa Saturnus, Lea baik-baik aja Saturnus. Suara Lea gak serak kok, mungkin cuma perasaan Saturnus aja." ucap Lea berbohong. Walaupun hanya lewat telepon, tapi ia merasa gugup karena telah membohongi Saturnus. Lea takut jika ketahuan menangis oleh Saturnus. Ia tak mau membuat Saturnus merasa bersalah lagi.
"Gue... Gue tahu kalau lo bohong Lea. Lo habis menangis kan? Kenapa hm? Karena gue?" tanya Saturnus langsung to the point. Ia tak mau dibohongi oleh Lea. Ia tak suka dibohongi, tapi ia juga tak bisa marah pada Lea. Lea bohong pasti ada alasannya. Lebih baik ia bertanya secara baik-baik. Ia akan berusaha sabar menghadapi tingkah Lea.
"Kalau Lea jujur, apa Saturnus akan marah lagi sama Lea?" tanya Lea sedikit takut. Ia takut membuat Saturnus kesal dan marah lagi padanya. Semuanya begitu menyakitkan baginya. Ia tak bisa jika diabaikan oleh Saturnus. Ia sangat mencintai Saturnus. Saturnus sudah lama tinggal di hatinya. Lea tak mau kehilangan teman seperti Saturnus.
"Enggak Lea... Gue gak akan marah. Jujur aja, gue lebih suka lo yang jujur sama gue." sahut Saturnus dari seberang telepon. Ia yakin, tak akan marah secepat itu lagi pada Lea. Ia akan berusaha menjadi teman yang baik bagi Lea, dan membuat Lea bahagia.
"Jawabannya iya Saturnus. Iya Lea habis menangis tadi, dan Lea menangis karena Saturnus. Tapi itu bukan salah Saturnus kok. Kan Lea yang salah, Lea yang buat Saturnus marah dan kesal sama Lea. Lea pantas dapatkan itu. Saturnus jangan ngerasa bersalah ya..." ucap Lea dengan suara pelannya. Ia takut jika ia berbicara lepas kontrol dan terlalu kencang, malah membuat Saturnus marah lagi padanya. Sudah cukup, ia cukup tersiksa beberapa menit lalu karena Saturnus mengabaikannya.
"Gue memang salah Lea. Gak seharusnya lo nerima marahan itu dari gue. Harusnya gue lebih ngertiin lo, lagian kesalahan lo gak fatal banget kok, harusnya gue bisa ngerti kalau lo lagi panik tadi... Gue minta maaf ya Lea soal yang tadi." ucap Saturnus dengan nada suara menyesal. Ia benar-benar menyadari kesalahannya. Ia benar-benar merasa bersalah dan menyesal telah membuat Lea menangis. Perempuan sebaik Lea harusnya ia jaga agar tak menangis, namun ia malah membuat Lea menangis.
"Gak apa-apa Saturnus. Lea udah maafin Saturnus sebelum Saturnus minta maaf sama Lea. Lea sayang banget sama Saturnus, Lea gak bisa marah sama Saturnus, apalagi gak maafin Saturnus... Makasih ya Saturnus udah buat Lea tenang, dengan Saturnus telepon Lea." sahut Lea dengan suara yang terdengar lega. Lea lega dan bahagia. Setidaknya ia tak perlu menangis dan ketakutan lagi karena ia pikir Saturnus akan menjauhinya lagi.
"Harusnya gue yang bilang makasih ke lo Lea. Lo baik banget sih sama gue. Heran gue... Kok ada perempuan sebaik lo... Kok bisa gue dicintai dengan perempuan sebaik lo... Gue masih bertanya-tanya sampai saat ini. Kenapa lo suka gue? Apa yang lo lihat dari gue? Bingung gue..." tanya Saturnus yang penasaran dengan jawaban Lea. Secara, Lea terlalu sempurna untuknya... Banyak yang menyukai Lea, tapi kenapa Lea malah bodoh dan menyukainya?
"Lea gak baik kok Saturnus, biasa aja... Mungkin hanya perasaan Saturnus saja begitu. Lea gak tahu Saturnus, Lea gak tahu kenapa Lea suka sama Saturnus. Bukannya rasa suka yang tulus itu tidak memandang apapun ya Saturnus? Semacam menyukai tanpa alasan yang jelas, ya suka aja gitu. Gak tahu kenapa bisa suka. Lea suka Saturnus dari pertama kali lihat Saturnus. Semacam cinta pada pandangan pertama Saturnus. Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perut Lea." ucap Lea dengan gugup. Walaupun hanya lewat telepon, jika yang di telepon adalah Saturnus, maka badan Lea serasa panas dingin tak karuan. Ia gugup setengah mati.
"Kok bisa ya? Gue pikir cinta pada pandangan pertama itu tidak ada, gue pikir itu hanyalah mitos belaka. Tapi ternyata benar ya? Hm... Gue gak nyangka aja... Kenapa bisa perempuan sebaik lo bisa suka sama laki-laki sedingin Es kaya gue." ucap Saturnus bingung. Ia masih tak habis pikir, ia masih tak percaya saja. Lea mengejarnya dari awal Masa Orientasi Siswa sampai sekarang, Lea tak bosan-bosannya ia tolak. Ia tak paham lagi kenapa bisa Lea setahan itu dengan kata-kata pedasnya dulu. Hingga perlahan hati Saturnus mulai luluh dan mau menerima kehadiran Lea dihidupnya, walaupun tidak sebagai kekasih.
"Saturnus... Dengarkan Lea ya... Saturnus itu gak dingin kok, hanya saja Saturnus gak bisa cepat akrab sama orang baru, Saturnus kurang peduli sama sekitar, itu yang ngebuat Saturnus kelihatan dingin dimata orang-orang. Buktinya Saturnus baik kok sama Lea, menurut Lea... Dari awal Lea suka sama Saturnus, Lea gak pernah tuh ngerasa Saturnus dingin. Menurut Lea, Saturnus hanya susah ditebak. Tapi semakin lama Lea deketin Saturnus, Lea mulai paham apa yang Saturnus suka dan apa yang Saturnus gak suka." ucap Lea dengan senyum kecil yang terukir indah di wajahnya. Andai Saturnus melihatnya tersenyum, pasti Saturnus akan tahu betapa bahagianya dia saat ini.
"Iya Lea... Makasih ya karena lo gak pernah mikir sama tentang gue, kaya mereka yang mikir gue dingin. Makasih karena lo udah percaya sama apa kata hati lo." ucap Saturnus dengan hati yang lega. Entah kenapa semakin ia menerima kehadiran Lea di hidupnya, ia merasa semakin tenang dan lega. Ia merasa damai ketika ada Lea. Ia merasa nyaman berbicara dengan Lea. Lea memang beda. Lea tak sama seperti perempuan-perempuan lain yang menyukainya.
"Sama-sama Saturnus. Saturnus jangan terlalu peduli apa kata orang ya? Kan yang jalani hidup itu Saturnus, bukan mereka. Kita yang tahu bagaimana kita sebenarnya Saturnus. Hanya Saturnus yang bisa merubah diri Saturnus, bukan mereka. Jadi jangan pedulikan jika banyak yang tak suka Saturnus. Menurut Lea, bagaimanapun sempurnanya Saturnus, pasti bakalan ada yang gak suka sama Saturnus, pasti bakalan ada yang iri sama Saturnus. Hati sama pikiran orang gak ada yang bisa ditebak Saturnus, kita gak tahu yang di sekeliling kita itu sebenarnya memang baik atau pura-pura baik. Bisa saja mereka ingin berniat jahat sama Saturnus. Saturnus harus hati-hati." ucap Lea mengingatkan Saturnus. Ia sudah mengalami itu, banyak yang mendekati Lea hanya karena Lea multi talenta dan kaya raya. Namun lama-lama mereka pergi dengan alasan yang tidak masuk akal.
"Iya Lea, makasih udah ngingetin gue. Lo itu ya... Entah kenapa gue ngerasa salut aja gitu sama lo, gak ngerti lagi gue. Lo selain cantik, dan baik, tapi lo juga pintar dan bijak ya. Gue tumben menemukan perempuan se-sempurna lo Lea... Gue ini bodoh banget udah nyia-nyiain perempuan kaya lo, tapi gue gak tahu... Gue juga bingung, gue gak bisa maksain hati gue. Hati gue masih ingin sendirian Lea. Makasih ya Lea, lo baik banget sama gue." ucap Saturnus merasa terharu pada sikap Lea. Padahal dirinya selalu menyakiti Lea, namun Lea tetap baik padanya. Lea tak pernah membalas kesakithatiannya pada Saturnus. Lea selalu membalasnya dengan kebaikan hatinya.
"Gak apa-apa Saturnus, Lea ngerti kok sama keputusan Saturnus. Lea gak akan maksa Saturnus, Lea juga gak mau diterima karena terpaksa. Jadi teman dekat Saturnus aja Lea udah senang banget Saturnus." ucap Lea dengan suara lembutnya. Saturnus memang tak menerimanya sebagai pacarnya, namun Saturnus mau berbagi cerita padanya, itu saja sudah lebih dari cukup baginya. Saturnus menjadi teman dekatnya saja, Lea sudah bahagia.