Selesai memilih pakaian dan membayar. Nayya mengajak Sara duduk di sofa yang ada di dalam butik, menunggu Diana yang tengah sibuk dengan urusannya.
"Bisakah aku meminta sesuatu?" tanya Nayya.
"Tentu, Nyonya. Apa pun yang anda minta saya akan melakukannya sebisa mungkin."
Nayya tersenyum, ia senang karena Sara sangat baik padanya. Hubungan mereka menjadi lebih dari sekedar pelayan dan nyonya.
"Tolong rahasiakan kejadian hari ini dari ibu dan kak Lucas."
Sara bingung, bukan seharusnya Nayya memberitahu keluarga Dominic agar hidup Vina dan ibunya segera berakhir. Tapi sekarang, ia mendengar bahwa nyonya mudanya ingin kejadian menjengkelkan baginya harus di sembunyikan, terutama dari sang tuan muda.
"Mengapa harus di sembunyikan, Nyonya? Bukankah bagus jika kita mengatakannya, terutama pada tuan muda. Kedua wanita itu harus di beri pelajaran agar tidak lagi berlagak sombong." Sara sedikit keberatan dengan permintaan Nayya.
"Karena jika kita melaporkannya, terutama pada kak Lucas. Maka pernikahan itu tidak akan terjadi dan aku tidak bisa menunjukan pada mereka bahwa sekarang aku sudah sangat bahagia. Hidup mewah, pakaian mahal dan memakan makanan yang seratus kali lebih bergizi serta mahal dari mereka."
Sara terpana, tidak menduga jika nyonya mudanya telah memiliki rencana yang lebih bagus dari pada sekedar menghancurkan hidup mereka.
"Apa anda akan mengajak tuan muda pergi ke pesta itu?"
Nayya menggelengkan kepalanya, ia tudak akan membawa Lucas ke pernikahan Vina dan Leonal. Hal itu akan membuat hidup damainya dirusak oleh Vina yang memiliki sifat iri sekaligus dengki.
"Mengapa anda tidak mau? Bukankah itu bagus jika wanita itu melihat sosok tuan muda."
"Aku mengenal mereka dengan sangat baik, luka yang ada di tubuh ku terjadi karena mereka iri pada ku. Mereka tidak ingin aku menemukan pria sebaik kak Lucas, jadi mereka merusak tubuh ku agar pria yang menikah dengan ku jijik dengan tubuh ku."
Benar-benar mengerikan, Sara tidak menduga jika Vina dan Lia sangat mengerikan. Tidak hanya menjadi farasit di keluarga Nayya. Keduanya juga ingin membuat anak dari wanita yang mereka buat menderita tidak bisa hidup bahagia.
"Mereka sangat keterlaluan, Nyonya. Aku sangat ingin memukul wajah sombongnya itu."
Nayya terkekeh, "Bukan hanya kau. Aku juga ingin melakukan hal semacam itu, bahkan aku pernah menyiapkan racun untuk mereka bertiga. Tapi hal tersebut gagal karena bunda tahu." Andai sang ibunda tidak tahu, mungkin Nayya sudah menjadi pembunuh. Rasa sakit terkadang membuat bisikan-bisikan seran terasa masuk akal dan menjadi solusi terbaik untuk mereka yang putus asa.
Sekali lagi, Sara terpana. Bukan takut atau jijik, tapi ia kagum dengan Nayya serta ibunya. Masih bisa tetap berbuat baik meskipun sudah di perlakukan tidak adil.
"Jika saja itu aku, mungkin mereka sudah mati, Nyonya. Aku tidak perduli harus menjadi pembunuh." Sara wanita yang keras, di tambah pelatihannya sebagai bodyguard wanita yang menyerupai pelatihan militer. Semakin membuatnya bertindak selayaknya pria, tidak memakai perasaan setiap kali bertindak.
"Yah, aku sedikit menyesal karena sudah menggagalkan aksi ku. Tapi sekarang semuanya telah berlalu, aku bertemu kak Lucas yang baik, memiliki ibu mertua yang sudah seperti ibu kedua untuk ku, bertemu dengan kakak ipar dan keponakan yang menggemaskan. Dan yang terakhir, bertemu dengan para pelayan yang baik, termasuk kau. Pelayan yang sudah seperti saudara bagi ku."
Nayya tipe orang yang mudah tersentuh, kebaikan yang di berikan oleh orang lain meskipun itu sangat kecil. Akan selalu Nayya ingat, ia bahkan menjadi lebih baik pada mereka.
"Terima kasih karena sudah menganggap saya sebagai saudara anda, Nyonya. Saya akan melakukan yang terbaik untuk anda." Siapa pun pasti akan senang jika di perlakukan dengan sangat hormat, temasuk Sara. Sejak pertama kali menjadi pelayan sekaligus bodyguard Nayya, ia merasa bahwa hidupnya membaik. Tidak ada nyonya manja atau bahkan cerewet, berbeda dari kebanyakan istri dari keluarga kaya yang menyebalkan.
"Bagaimana jika nanti kak Sara menemani ku datang ke pesta pernikahan Vina."
Lagi-lagi, Nayya memberikan panggilan akrab pada orang sekelilingnya. Ia tidak membeda-bedakan mereka meskipun status sosial mereka tidak sama. Dan Sara yang mendengar sebutan kakak menjadi terharu, ia sangat senang karena sang nyonya muda memandangnya dari sudut yang berbeda.
"Jika memang tuan muda menginjikan, maka aku akan menemani anda, Nyonya."
"Jangan panggil nyonya. Panggil Nayya, setiap kali kita hanya berdua. Kakak harus memanggil nama ku." Nayya tidak ingin Sara di tegur jika suaminya mendengarnya memanggil nama. Tapi Nayya juga merasa tidak enak kalau Sara selalu memanggilnya dengan sebutan nyonya.
"Baik." Sara tidak banyak menyela, apa pun yang diinginkan Nayya. Maka ia akan melakukanya.
"Kalau begitu, ini sudah menjadi kesepakatan dan kakak tidak boleh memberitahu siapa pun. Mulai sekarang ini adalah rahasia kita."
"Sepakat."
Saat keduanya telah menyepakati rahasia bersama. Diana akhirnya tiba, ia meminta maaf pada sang menantu karena pergi terlalu lama. Lalu mereka memutuskan pulang untuk menghindari kemarahan Lucas yang meminta pulang sebelum jam makan siang.
"Apakah kau sudah mendapatkan pakaian untuk suami mu?"
"Sudah, Bu. Tapi aku takut kak Lucas tidak suka dengan pilihan ku, karena warnanya terlalu banyak."
"Dia pasti menerimanya, Sayang. Lucas tidak akan pernah menolak pemberian dari istrinya." Diana berusaha menghibur, ia juga berjanji akan memukul putranya jika sampai tidak menerima pemberian Nayya.
"Baik, Bu."
Setelah perjalanan cukup lama, mereka akhirnya tiba. Diana yang memiliki urusan segera kembali tanpa singgah di rumah sang putra.
Lucas yang tengah menunggu di ruang tamu sedikit senang karena istrinya akhirnya kembali meskipun sudah hampir jam makan siang dan dia terancam makan siang sendiri.
"Aku pulang, Kak." Dengan senyum lebar, Nayya duduk di Sampin Lucas. Entah sejak kapan mereka bisa sedekat itu, tapi baik Lucas maupun Nayya sangat menikmatinya.
"Apakah kau senang dengan jalan-jalan mu?" tanya Lucas sambil merapikan rambut sang istri.
"Senang, ini sangat hebat. Ibu dan Sara juga selalu menemani ku, dan aku membelikan sesuatu untuk kakak."
Sara, Albert dan para pelayan lainnya tersenyum ketika melihat interaksi kedua tuan mereka. Tidak pernah menduga jika hubungan yang di awali karena sebuah pemaksaan dan kesalahan akan berubah menjadi membahagiakan.
"Apa itu?" Lucas menjadi penasaran dengan pemberian Nayya.
Nayya meminta Sara menyerahkan semua pakaian yang ia pilih untuk Lucas. Lalu mulai membuka dan memperlihatkan pakaian-pakaian itu pada sang suami.
Lucas yang melihat pakaian dengan warna yang berbeda menjadi terkejut, tapi tidak berusaha menyela atau bahkan memperlihatkan wajah tidak suka.
"Apakah kakak tidak keberatan jika aku membelikan pakaian-pakaian ini?" Nayya menjadi khawatir karena Lucas tidak memiliki reaski apa pun saat ia memamerkan pakaian yang ia pilih. "Jika kakak keberatan dan tidak suka, maka Nayya akan menyimpannya saja. Kakak tidak perlu mengambilnya." Wajah Nayya menjadi sedih setelah mengucapkan hal itu. Ia bahkan mulai memasukan pakaian kembali.
"Siapa bilang aku tidak suka, ini sangat bagus. Jadi aku akan memakainya." Tidak ingin membuat Nayya sedih akan usahanya menyenangkan dirinya. Lucas cepat-cepat mengambil semua pakaian yang Nayya beli untuknya.
"Kakak tidak perlu merasa tidak enak pada Nayya, jika kakak tidak suka maka Nayya tidak akan sedih." Mengatakan tidak sedih tapi mata sudah berkaca-kaca membuat Lucas sangat ingin mencubit kedua pipi istrinya.
"Aku suka, ini sangat bagus dan aku tidak sabar memakainya besok. Sara, tolong bawakan pakaian-pakaian ini ke kamar."
"Baik, Tuan."
Setelah Sara pergi dengan pakaian-pakaian itu. Lucas mencoba menghibur Nayya dengan mengajaknya makan siang.
"Bagaimana jika kita makan siang."
Mendengar kata makan, membuat perut Nayya bergerumuh. Ia sampai lupa jika dirinya sangat lapar setelah berbelanja setengah hari.
"Baik, Nayya juga sudah sangat lapar."
Lucas senang, menghibur istrinya cukup mudah. Tidak perlu sampai membujuk atau bahkan mengemis maaf.