Chereads / Istri Kesayangan Tuan Lucas / Chapter 25 - Pengganggu Kecil

Chapter 25 - Pengganggu Kecil

Sesampainya di perusahaan. Adam dan Nayya masuk ke perusahaan, beruntung karena para karyawan sedang makan siang, sehingga kedatangan keduanya tidak di ketahui oleh banyak orang.

Setelah mencapai ruang kerja Lucas. Adam dengan semangat membuka pintu sang paman, membuat Lucas yang sedang fokus bekerja terganggu dan tidak senang.

"Paman, Adam datang," Teriak Adam.

Lucas yang sudah siap dengan sumpah serapahnya menjadi terpana ketika melihat kehadiran sang istri dengan bekal makan siang di tangannya.

"Maaf membuat kakak jadi terganggu. Apakah kakak sudah makan siang?"

Nayya sudah masuk ke dalam ruangan, ia berdiri di hadapan sang suami dengan bekal makan siang di tangannya.

"Belum, apakah itu untuk ku?"

"Ya, tapi ini untuk kita. Aku ingin makan siang bersama kakak, itu jika kakak tidak keberatan."

Betapa bahagianya Lucas ketika mendengar perkataan Nayya. Ia bahkan dengan cepat menghampiri sang istri lalu mengambil bekal yang ada ditangan istrinya, dan mengajak Nayya makan siang bersama.

Adam yang terlupakan menjadi kesal, namun ia tidak menangis. Dia dengan cepat duduk di antara Lucas dan Nayya, mengambil piring yang ada di tangan bibi cantiknya lalu meminta di isikan piringnya dengan makan siang.

Lucas yang melihat keponakannya menjadi kesal, andai saja Nayya tidak langsung menghiburnya. Mungkin peperangan akan terjadi di ruang kerjanya.

"Bagaimana jika kita makan dengan satu piring, kita tidak mungkin membiarkan Adam tidak makan siang."

Makan siang dan berada satu piring, membuat senyum Lucas mengembang. Sedangkan Adam kesal, namun karena masakan sang bibi sangat enak. Ia memilih menahan amarahnya.

Makan siang akhirnya di mulai, Lucas bahkan tidak segan-segan meminta Nayya menyuapinya. Makan dari tangan sang istri menambah kelezatan di makanan tersebut.

"Ini sangat enak, katakan pada ku. Siapa yang sudah memasakanya?"

Nayya senang karena hasil masakannya di sukai bahkan di puji oleh suaminya. Ada rasa bangga ketika mengetahui jika hasil kerja kerasanya di hargai.

"Ini masakan ku. Ibu mengatakan jika aku ingin mengantar makan siang untuk kakak, maka aku harus membuatnya sendiri."

Lucas terpana, ia tidak menduga jika masakan istrinya sangat enak. Ia bahkan merasa makan siangnya menjadi kurang.

Saat ketiga orang tersebut sedang makan siang bersama. Sean yang di minta membelikan makan siang untuk sang bos masuk ke dalam ruangan dengan tangan menenteng kotak makan siang.

"Saya sudah membelikan makan sia.."

Sean tidak melanjutkan ucapannya setelah melihat kehadiran sang nyonya di tambah bosnya sedang makan dari tangan Nayya.

"Apakah itu makan siang kakak? Mengapa kakak tidak bilang jika tuan sekretaris sedang membeli makan siang." Nayya menjadi tidak enak dengan Sean yang sudah membelikan makan siang untuk Lucas dan berakhir kecewa akibat kedatangannya.

Lucas yang mendengar ucapan Nayya langsung menatap Sean dengan kesal, ia bahkan memberikan kode keras agar sekretarisnya segera keluar dari ruangannya.

Sean yang sudah melihat kode tersebut langsung bereaksi. "Tidak, Nyonya. Bos tidak meminta saya membelikan makan siangnya, ini sayalah yang berinisiatif membelikan bos makan siang." Sean tersenyum ramah, memperlihatkan bahwa dirinya tidak sedang berbohong.

"Apakah itu benar? Apakah kakak tidak sedang mengancam tuan sekretaris dengan tatapan tajamnya."

Ingin rasanya Sean mengangguk dan mengatakn 'ya'. Tapi karena masih ingin hidup, Sean menghilangkan niat tersebut.

"Tentu saja benar, Nyonya. Dan saya tidak di ancam atau bahkan mendapat tatap tajam bos, jadi anda harus percaya pada saya."

"Tapi... "

"Saya baru ingat belum makan, jadi sekarang saya akan pergi makan siang di ruangan. Selamat makan siang, Bos dan Nyonya."

Setelah mengatakan hal itu. Sean langsung pergi dari ruangan Lucas, tidak ingin mendapat tatapan tajam lebih lama dari sang bos membuat Sean mempercepat jalannya.

Kepergian Sean membuat ruangan kembali normal, Lucas kembali menikmati makan siangnya. Dan sesekali memberikan tatapan penuh ejekan pada Adam atas kekalahannya mendapatkan kasih sayang sang istri.

Selesai makan siang, Nayya menyimpan kembali tempat bekal makan siang lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya. Meninggalkan Lucas dan Adam yang saling menatap kesal.

"Jangan mencoba merebut perhatian istri ku, pengganggu kecil."

"Adam benci, Paman. Bibi cantik hanya boleh untuk Adam dan Paman bisa menjadi bibi yang lain."

"Tidak bisa, bibi cantik itu lebih dulu menjadi milik paman. Dan yang menjadi orang ketiga di sini adalah diri mu."

Adam yang mendengar sebutan dirinya dari sang paman menjadi kesal, ia bahkan tidak segan-segan menggigit lengan Lucas. Membuat Lucas mengerinyitkan keningnya, tidak merasa sakit atas gigitan kecil keponakannya.

"Kau harus berusaha lebih keras untuk membuat ku merasa sakit," ejek Lucas.

Adam menjadi tidak senang, ia langsung menguatkan gigitannya. Tapi tetap saja Lucas tidak merasa sakit, ia bahkan mengejek keponakannya. Dan adegan gigit serta ejekan tersebut menjadi besar ketika Lucas melihat kehadiran istrinya.

"Aw... ini sangat sakit, apa yang sudah paman lakukan sehingga kau menggigit paman," ucap Lucas penuh drama. Membuat Adam tersadar lalu menghentikan aksinya setelah melihat kejadiran bibi cantiknya.

"Bibi, ini tidak seperti yang bibi lihat." Adam bahkan ikut membuat drama seperti sang paman.

"Lalu, kau menuduh paman menggigit tangan paman sendiri. Apakah maksud mu?"

"Paman, jangan membuat seolah-olah Adam yang lebih dulu melakukannya." Adam menatap tajam ke arah sang paman yang sangat ahli memutar balikan fakta.

Nayya yang sudah tahu tentang sikap kekanak-kanakan keduanya hanya tersenyum. Tidak berusaha menyalahkan atau membela keduanya.

"Biar ku lihat tangan kakak."

Lucas tersenyum lebar dengan pilihan pertama sang istri, membuat Adam menjadi kesal dan ingin menangis. Tapi berusaha menahannya karena tidak ingin bibi cantiknya kecewa padanya.

Nayya melihat hasil gigitan Adam. Karena di lapisi lengan baju. Lengan Lucas baik-baik saja, ia hanya menepuk sebentar lalu beralih pada Adam.

"Jangan lakukan itu lagi, Adam harus menjadi pria yang dewasa. Jika tidak suka maka Adam harus membicarakannya pada paman Lucas, bukan melakukan kekerasan. Ingat, seorang pria tidak boleh melakukan kekerasan karena itu sikap yang buruk. Apakah Adam mengerti?" Nayya mengelus kepala Adam dengan lembut. Tidak ingin membuat keponakannya merasa sedih atas nasehatnya.

Lucas kagum dengan perlakukan Nayya pada Adam. Nasehat yang ia berikan tidak membuat orang yang bersalah tersinggung.

"Baik, maafkan Adam, Bibi." Adam tidak merasa keberatan dengan nasehat bibinya.

"Akan lebih baik jika Adam meminta maaf pada paman Lucas. Bukankah paman yang sudah Adam gigit."

Meskipun ada rasa enggan, Adam masih tetap meminta maaf pada Lucas. Ia berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi, dan Lucas dengan senang hati memaafkan keponakannya.

Pada akhirnya, Lucas dan Adam kembali damai. Nayya yang melihat hal tersebut menjadi senang, ia juga memutuskan pulang bersama sang suami setelah mendengar Adam tidak ingin segera pulang, takut akan merasa bosan saat berada di rumah neneknya.

Karena tidak memiliki pekerjaan, Nayya dan Adam duduk di sofa sambil mencoret-coret kertas polos yang di berikan Lucas. Sedangkan sang suami, kembali sibuk dengan pekerjaanya.

Ketiganya terlihat seperti keluarga yang rukun, dengan seorang anak yang tengah bermain dengan ibunya. Sedangkan sang ayah, sibuk bekerja sambil mengawasi keluarga kecilnya. Pemandangan yang ingin segera Lucas jadikan nyata, dengan anak yang berasal dari dirinya bersama Nayya.