"Mobil sudah selesai, Nyonya. Biarkan saya membawa Nyonya Nayya ke mobil," ucap Albert.
"Baik, Sara. Tolong siapkan pakaian dan keperluan Nayya lalu pergi bersama supir saya ke rumah sakit."
"Baik, Nyonya."
Setelah berpesan, Myra mengikiti Albert ke mobil. Nayya hanya terdiam, masih belum memberikan respon apa pun pada Myra. Membuat sang mertua menjadi cemas.
Ketika Myra dan Albert membawa Nayya pergi ke rumah sakit. Lucas yang sedang fokus bekerja di hampiri oleh sang sekretaris untuk menyampaikan tentang kejadian di rumah yang menimpa sang nyonya muda.
"Bos, tuan Albert mengirim pesan pada saya. Dia mengatakan bahwa nyonya Nayya dilarikan kerumah sakit."
Seketika, pekerjaan Lucas terhenti. Ia menatap wajah sekretarisnya, ingin mendengar laporan dengan lengkap mengapa istrinya bisa di bawa ke rumah sakit.
Sang sekretaris yang paham dengan tatapan bosnya langsung melanjutkan. "Dari yang tuan Albert sampaikan. Ketika nyonya Myra dan para pelayan sedang mempersiapkan teh serta cemilan untuk menemani nyonya Nayya melukis, tiba-tiba saja nyonya Myra melihat nyonya Nayya melukai tangannya. Darah mengenai kertas lukisan, dan nyonya juga melukis dengan darahnya."
Lucas langsung berdiri dari kursinya lalu pergi meninggalkan sekretarisnya di ruangan dengan tatapan terkejut. Sang bos bahkan tidak bertanya ke rumah sakit mana istrinya di bawa.
"Pergi ke Dominic Hospital." Perintah Lucas.
Tidak perlu di cari tahu kemana ibunya akan membawa sang istri. Lucas yakin ibunya pasti membawa Nayya ke rumah sakit milik keluarga, perlu di ketahui. Dominic memiliki banyak bidang usaha termasuk rumah sakit yang sangat terkenal sekaligus mahal. Hanya orang-orang super kaya yang mampu masuk ke dalamnya.
Sesampainya di rumah sakit, Lucas langsung menuju kamar VIP tempat keluarga Dominic sering di rawat. Mendekati ruang rawat, Lucas melihat ibunya terduduk di kursi tunggu.
"Apa yang sudah terjadi, Bu? Mengapa Nayya bisa melukai tubuhnya sendiri."
Myra menatap wajah putranya, bingung ingin memberitahu sang putra tentang kondisi Nayya yang baru saja ia dengar dari Dokter.
"Ibu tidak tahu mengapa dia bisa menjadi sangat emosional dan menyakiti dirinya sendiri. Yang ibu tahu, Dokter mengatakan bahwa dia menderita Self-Injury. Penyakit kejiwaan yang suka melukai dirinya sendiri, jadi katakan pada ibu. Seperti apa sebenarnya hidup Nayya di rumah Cannor sehingga ia bisa menjadi seperti itu, Nak."
Lucas terdiam, ia tidak menduga jika istrinya mengalami hal semacam itu. Penyakit kejiwaan yang terjadi akibat rasa trauma setelah kehilangan dan mengalami kekerasan di masa lalu.
"Ceritanya panjang, Bu. Tapi hidupnya tidak semudah yang kita bayangkan, dan kehilangan sosok ibu membuatnya semakin terluka." Lucas bingung, apakah ia harus memberitahu ibunya tentang perjalanan hidup Nayya yang tragis.
"Ibu tidak menduga jika dia bisa semenderita ini. Ibu bahkan baru melihat banyak luka di tubuhnya, dan luka itu sebagian besar karena sayatan pisau."
Pada akhirnya, Lucas tahu alasan Nayya suka memakai pakaian tertutup, meskipun sedang di rumah. Wanita itu sengaja melakukan untuk menutupi banyak luka, baik luka dari perbuatan keluarganya dan luka dari sayatan pisau dari penyakitnya.
"Apa sebaiknya ibu membawanya ke rumah agar bisa di awasi. Jika kau pergi bekerja, dan para pelayan sibuk dengan tugasnya. Mungkin saja penyakit Nayya akan kambuh lagi. Itu bisa sangat berbahaya untuknya."
Myra sama sekali tidak malu, ia bahkan sangat bersimpati pada menantunya. Selama hidupnya, baru kali ini ia bisa melihat dengan jelas korban dari kekerasan yang di lakukan oleh keluarganya sendiri.
"Sebaiknya kita bertanya padanya, Bu. Jika kita melakukan tanpa meminta pendapatnya. Aku takut, dia akan tersinggung."
Sama dengan sang ibu, Lucas sama sekali tidak malu atau bahkan tidak keberatan dengan kondisi Nayya. Lagi pula, penyakit itu terjadi karena kekejaman ayah dan ibu tirinya. Di tambah lagi, sang saudari tirinya yang kejam seperti Vina membuat hidup Nayya semakin sulit.
"Kau benar, Nak. Ibu lupa dengan hal itu."
Saat Myra dan Lucas sedang berbicara. Tiba-tiba saja seorang wanita berpakaian Dokter menghampiri mereka dan bertanya siapa yang masuk rumah sakit.
"Siapa yang sakit, Bu?"
"Dia adik ipar mu, kemana saja kau? Ibu sudah menghubungi mu berulang kali tapi tidak satu pun panggilan ibu di angkat."
Kathryn Alena Dominic, anak kedua dari Myra tersenyum malu. Ketika ibunya menghubunginya, ia sedang membujuk suaminya agar mau membawa putra mereka ke rumah sakit karena ia sedang merindukan sang putra hingga telpon ibunya tidak ada satu pun yang masuk.
"Adik ipar? Sejak kapan pria dingin ini menikah. Dan apakah wanita yang di nikahinya normal?"
Myra memukul pelan putrinya. Ia tahu bahwa Kathryn bercanda, namum candaanya tidak pada tempatnya karena mereka sedang mencemaskan nasib Nayya.
"Berhentilah mengejek adik mu, saat ini. Kita harus memikirkan bagaimana cara menyembuhkan penyakit adik ipar mu."
Saat ketiganya sedang berbicara, Nayya yang telah sadar dan mendengar semua pembicaraan Myra serta Lucas menjadi terpukul. Akhirnya ia mengetahui dari mana luka-luka di tubuhnya, bukan ia tidak sadar ketika melukainya. Hanya saja ia tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Dan sekarang ia penyakit memalukan tersebut di ketahui oleh suami serta ibu mertuanya.
"Bunda. Nayya sakit," ucap Nayya berderai air mata.
Hidupnya sekarang tidak ada ada artinya, suaminya mungkin akan segera membuangnya. Dan ia tidak tahu kemana dirinya harus pergi.
"Nayya, ingin bertemu bunda. Nayya takut, kak Lucas dan ibu mertua Nayya membuang Nayya lagi. Nayya tidak ingin tinggal bersama ayah, Bun."
Mati, tiba-tiba saja pemikiran seperti itu terlintas di kepala Nayya. Bunuh diri sepertinya pilihan terbaik untuknya, godaan menghabisi nyawanya sendiri membuat Nayya menatap pisau buah yang ada di meja.
Kesalahan Myra meletakan buah bersama pisau tajam itu membuat jalan Nayya bunuh diri semakin terbuka lebar. Ia bahkah merasa Tuhan sedang membantunya.
Mengambil pisau itu, Nayya melihatnya. Tahu bahwa proses matinya akan sangat sakit, tapi tekadnya untuk melakukannya tidak luntur dan bahkan semakin kuat. Sepertinya godaan setan membuat Nayya lupa bahwa Tuhan membenci makhluk ciptaannya mengakhiri hidupnya sendiri.
Lucas yang sejak tadi mengawasi gerak-gerik Nayya dari pintu kaca, langsung mendobrak pintu dan mendekati Nayya lalu membuang pisau yang sudah berada dekat dengan dada Nayya.
Pergantian peristiwa tersebut membuat semua orang tercengang. Terutama Nayya, ia bahkan semakin malu dan tidak berani menatap wajah dingin suaminya.
Sambil mencengkram dagu Nayya dengan satu tangan hingga membuat wajah Nayya memerah. Lucas berbicara, wajah mereka juga sangat dekat. Nayya dapat melihat dengan sangat jelas bahwa suaminya sangat menyeramkan ketika marah.
"Apakah menurut mu mati bisa membuat semuanya lebih mudah!!! Apakah menurut mu mati akan membuat mu bisa bertemu dengan ibu mu!!!"
Itu bukan pertanyaan, kata-kata yang Lucas ucapkan merupakan sebuah pernyataan. Dan Lucas tidak membutuhkan Nayya untuk menjawabnya.
Myra ikut masuk ke dalam ruangan. Merasa menyesal karena sudah membiarkan benda tajam itu ada di dekat menantunya.