Hari dan bulan berlalu dengan cepat. Genap sudah 1 bulan, Ainayya menikah dengan Lucas. Ada begitu banyak hal yang Nayya terima, mulai dari pelajaran etika serta tata krama dan pelajaran dansa. Semuanya ia lakukan dengan senang hati sehingga para guru yang di bayar oleh suaminya sangat bangga padanya.
Tentang Lucas, pria itu juga banyak berubah. Sudah terlalu tidak terlihat lagi kantung hitam di bawah matanya, emosinya juga mulai stabil. Jika ada yang berbuat salah, maka ia hanya akan diam. Berbeda dengan masa lalu ketika tidurnya masih kurang.
Rumah itu juga tampak hidup. Dengan Nyonya baik hati serta memiliki senyum secerah mentari, memberikan energi baik untuk semua yang tinggal di dalamnya. Termasuk Lucas, si pria yang jarang pulang ke rumah, kini lebih sering pulang dan tidur di bawah jam 12 malam.
Semenjak tidur lamanya beberapa minggu yang lalu. Lukas memutuskan untuk mencobanya kembali, dan hasilnya sama. Matanya langsung berat ketika berada di sekitar Nayya yang sedang tertidur nyenyak.
Nayya yang sudah bertekad membantu pun senang akan perubahan yang di alami Lucas. Bahagia karena hidupnya akhirnya berguna untuk orang lain.
Setiap malam, ia akan menunggu Lucas kembali. Terkadang, ia bahkan harus menahan kantuk sampai jam 11 malam karena sang suami baru kembali ke kamar.
Lucas yang melihat wajah mengantuk Nayya, karena menunggunya tidur menjadi tidak enak. Meminta wanita itu tidur lebih dulu dan tidak perlu menunggunya masuk kamar.
"Jangan tunggu aku, kau harus tidur lebih banyak untuk pertumbuhan tubuh mu."
Kata-kata itu membuat Nayya malu, tapi tidak berusaha menyela. Ia tahu bahwa menunggu Lucas selesai bekerja sama sama membuat kantung mata baru untuknya, jadi ia memutuskan tidur lebih cepat dan tidak lagi menunggu Lucas.
Tapi, malam ini. Nayya sengaja belum tidur, ia ingin menunggu Lucas kembali. Ingin bertanya dan meminta sesuatu untuk di lakukan besok hari, karena semua pelajaran serta pelatihan yang ia lakukan sudah selesai. Nayya memutuskan melukis kembali, tangannya sudah tidak sabar memegang kuas lalu menghiasi kertas putih dengan banyak warna.
Lucas yang baru selesai bekerja, masuk dengan wajah lelah. Berniat segera tidur menjadi gagal karena Nayya sedang duduk manis menunggunya di ranjang.
"Ada apa? Mengapa kau belum tidur."
Lucas memposisikan tubuhnya di ranjang. Duduk bersandar di kepala ranjang, melihat wajah gugup Nayya. Membuatnya semakin penasara dengan isi kepala kecil wanita itu.
"Aku sengaja menunggu kakak," ucap Nayya terhenti sejenak, mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Menguatkan hati jika nanti sang suami tidak memberikannya izin.
"Apa yang kau ingin bicarakan?" Lucas tahu bahwa Nayya memiliki sesuatu yang sangat penting sehingga rela menunggunya hingga jam 12 malam.
"Bisakah besok aku melukis kembali, aku sudah selesau dengan pelajaran tata krama dan dansa. Jadi ku pikir, akan sangat baik jika aku kembali melukis agar tidak bosan di rumah."
Sesaat, suasana kamar hening sejenak. Nayya menjadi lebih gugup, kedua tangannya saling berpegangan. Berusaha untuk menengakan diri, sebelum mendengar keputusan suaminya.
"Bukankah menonton televisi dan bermain ponsel lebih menyenangkan." Sengaja menguji Nayya, ingin tahu apa alasan sebenarnya meminta melukis.
"Mereka sangat membosankan, biasanya. Jika aku tidak lagi memiliki pekerjaan di rumah, aku akan melukis untuk menghibur diri." Lagi-lagi Nayya membahasa tentang kehidupan ketika masih tinggal di rumah yang sudah seperti Neraka untuknya. Membuat Lucas menjadi sedikit tidak suka.
"Kau harus ingat bahwa rumah ku berbeda dengan rumah yang lebih tepat di sebut Neraka. Jadi berhentilah menyamakan semua prilaku mu selama tinggal di sini."
Nayya menjadi sangat menyesal, seharusnya ia tidak menceritkan hidupnya di rumah pada pria yang telah resmi menjadi suaminya.
"Ma-af kak, aku janji tidak akan lagi membahasanya. Kalau begitu, mari kita tidur. Kakak pasti sangat lelah, selamat malam dan semoga mimpi indah." Tidak ingin membuat Lucas marah, dan menambah rasa lelahnya dengan cerita masa lalunya membuat Nayya langsung memutusakan pembicaraan.
Lucas yang melihat wajah ketakutan Nayya menjadi sedikit tenang, ia tahu bahwa ucapannya salah. Tapi, jika ia tidak menegur wanita itu, maka masa lalu tidak menyenangkan yang di alaminya tidak akan pernah menghilang dari ingatan Nayya.
Mematikan lampu dan hanya di temani lampu yang tidak terlalu terang, kamar itu menjadi senyap. Lucas juga langsung memejamkan matanya, tidak berniat membalasa ucapan Nayya apalagi meminta maaf padanya.
Sama halnya dengan Lucas. Nayya juga menutup matanya, sudah menyiapkan hati agar tidak terluka karena di tolak membuat Nayya tidak terlalu sedih. Ia yakin, masih ada hari lain untuk meminta melukis kembali pada Lucas.
Keesokan harinya, Nayya yang sudah terbiasa bangun lebih dulu dari Lucas langsung mengerjakan tugasnya sebagai istri. Menyiapkan pakaian kantor, tas hingga dokumen-dokumen yang di butuh Lucas. Lalu menunggu sang suami bangun tidur setelah selesai mandi pagi.
Bundanya sering berpesan, jika nanti sudah menikah. Ia harus bisa menjadi istri serba bisa dan terlihat rapi serta bersih ketika melayani suaminya di pagi hari. Pesan dari sang Bunda lah yang Nayyq terapkan pada Lucas, meskipun ia sadar bahwa dirinya hanya pengantin pengganti.
Tepat jam menunjukan pukul 7 pagi. Lucas akhirnya bangun, terbiasa dengan pelayan Nayya membuat paginya cukup menyenangkan. Ia bahkan mulai menyukai rutinitas pagi yang di siapkan oleh istrinya.
"Selamat pagi, Kak," sapa Nayya dengan senyum andalannya. Memberikan energi positif pada Lucas.
"Hm, selamat pagi. Hari ini aku akan pulang telambat, jadi kau makan lebih dulu dan tidur lebih dulu. Jangan tunggu aku."
"Baik, Kak." Nayya menyiapkan air hangat untuk Lucas mandi, lalu membereskan ranjang mereka. Awalnya, Lucas melarang semua itu karena hal tersebut adalah tugas pelayan. Namun ketika ia melihat wajah murung Nayya, Lucas akhirnya membiarkan istrinya melakukan apa pun yang ia suka.
Setelah semuanya selesai, Lucas dan Nayya turun ke lantai bawah untuk saralan. Sara langsung melayani nyonya mudanya sedangkan pelayan lain melayani sarapan Lucas.
Sarapan berlangsung seperti biasa, Nayya juga tidak membahas tentang melukis. Membuat Lucas merasa pagi yang damai tanpa ada rengekan dari sang istri.
Selesai sarapan. Lucas pergi ke kantor, sedangkan Nayya memilih duduk di sofa bersama Sara sambil melihat acara televisi.
Ketika sedang sibuk melihat acara, tiba-tiba saja Alex datang bersama beberapa penjaga pria membawa alat lukis serta kertasanya. Membuat Nayya terkejut sekaligus tidak percaya.
"Tuan meminta saya memberikan alat lukis pada anda, Nyonya. Jika ada hal yang saya lupa, maka jangan takut untuk meminta."
Terharu, Nayya benar-benar terharu dengan momen manis di pagi hari. Tidak menduga jika suaminya, yang ia fikir tidak suka jika dirinya melukis dan marah karena tadi malam ia membahas masa lalunya ternyata menyiapkan semua alat lukis yang mahal.
"Terima kasih, Paman. Ini semua sudah lebih dari cukup. Dan tolong sampaikan pada kak Lucas rasa terima kasih ku."
Nayya menerima kuas mahal yang di berikan penjaga. Menyentuh barang-barang yang sudah lama ia idam-idamkan.
"Sama-sama, Nyonya. Tuan berkata, jika anda ingin melukis di ruang terbuka, anda bisa pergi ke kebun bunga bersama Sara. Di sana akan ada penjaga yang melindungi kalian."
Nayya mengangguk bahagia, ingin rasanya ia memeluk suami dingin dan misteriusnya. Tapi pemikiran itu langsung ia tepis karena tahu bahwa Lucas tidak suka di sentuh.