Ok, Happy Reading?!!!
•
•
•
Valerry tak bisa berhenti memikirkan apa yang sudah ia dan Kenzo lakukan kemarin malam. Malam itu adalah pengalaman pertamanya bertelanjang penuh di hadapan seorang lelaki. Dan Valerry tak pernah bersikap seperti ini sebelumnya.
Entah setan darimana hingga Valerry tak berkutik ketika jemari tangan Kenzo menjelajahi seluruh kulit tubuhnya seperti itu.
Valerry tak bisa berhenti untuk tidak memikirkannya. Setiap sentuhan, hisapan, remasan dan jilatan yang Kenzo lakukan di sekujur tubuhnya ternyata mampu membuat sisi liar Valerry tersentak dan memberontak tak terkendali.
Ohhh... Sial!! Valerry masih mengingat dengan jelas bagaimana lidah Kenzo meneguk seluruh lendir yang keluar dari kewanitaannya dan menjilati seluruh permukaan inti tubuhnya naik turun. Dan jangan lupakan pula dua jari Kenzo yang keluar masuk ke dalam lubang kenikmatan yang Kenzo bilang sebagai makanannya.
"Shiit." Valerry merinding dan meremang jika mengingat momentum di mana dirinya hanya bisa pasrah di bawah kekuasaan Kenzo tanpa melawan. Bahkan ketika Kenzo menekuk kakinya dan membukanya lebar-lebar, lalu di susul dengan dua ibu jari Kenzo yang membuka lebar mulut vaginanya, Valerry tetap membiarkannya dengan napas tersengal dan mata berkabut penuh gairah.
"Isshhh. Kenapa masih di ingat terus sih"
Valerry tak pernah merasakan ini sebelumnya. Bagaiman Kenzo menyentuh seluruh tubuhnya dan meninggalkan tanda merah hampir di setiap inci tubuhnya. Laki-laki datar itu benar-benar ingin memakan Valerry dan akan melahap hidangan utamanya jika saja tak ada gangguan dari Azura malam itu.
"Aarggghhh..." Valerry menggerang frustasi jika mengingatnya!!
Demi Tuhan, Valerry merinding dan sesuatu dalam dirinya merasakan hawa panas menjalar ke seluruh tubuh. Kenikmatan yang Kenzo berikan pada pusat tubuhnya hampir saja membuat Valerry bergetar hebat jika Kenzo tak segera menghentikannya.
Sial!! Jika boleh jujur, Valerry ingin meneguk kenikmatan itu dan membiarkan tubuhnya di makan hidup-hidup oleh Kenzo jika perlu.
Tapi pemikiran itu berlalu begitu saja saat ketukan pintu dari luar kamarnya menghentikan aktifitas yang hampir saja terjadi dengan luar biasa. Beruntung sekali Azura datang tepat pada waktunya, jika tidak maka Valerry tidak tau harus bagaimana setelah ini.
Lalu jangan lupakan pula bagaimana Kenzo melakukan pelecehan yang sama. Yang terjadi di atas meja makan yang mengakibatkan puting susunya harus membengkak karena hisapan panjang yang sengaja Kenzo lakukan padanya. Dan sekali lagi, Valerry tak mencoba untuk memberontak dengan apa yang Kenzo lakukan. Ohh... Demit satu itu jika sudah menunjukan taring dan mata setajam itu, tubuh Valerry langsung bergidik ngeri.
Bukan takut yang Valerry rasakan, tapi ada sebuah getaran yang seolah mengatakan jika tubuhnya menerima semua sentuhan Kenzo. Dan jangan lupakan pula gigitan-gigitan kecil di sekitar permukaan payudara Valerry hingga menimbulkan bercak merah.
"Brengsek!! Kenapa pikiranku tidak sejalan dengan apa yang kuinginkan!!" Gerutu Valerry. Menggeleng dengan mata terpejam rapat.
Ahhh... Valerry juga benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang Kenzo pikirkan tentang dirinya. Kenapa lelaki itu suka sekali mengisap puting susunya dan meninggalkan bengkak yang sanggup membuat Valerry meringis perih. Di tambah saat Keanu ikut turun menyedot puting susunya, sakitnya bertambah lebih dari yang Valerry bayangkan.
Mengeklaim Valerry sebagai miliknya, hingga waktu yang tak bisa di tentukan. Apakah Kenzo mengira jika Valerry adalah sebuah barang. Ketika sudah bosan akan di tinggalkan begitu saja.
"Cihhh!!" Valerry berdecih saat mengingat kalimat terakhir yang Kenzo ucapkan setelah puas melahap putingnya. Entah kenapa perasaan marah langsung melesat begitu saja. "Aku bukan milik siapapun!!" erang Valerry. Ke dua telapak tangannya mengepal dan pancaran matanya menunjukkan kesedihan ketika Valerry merasa jika dirinya tak memiliki harga di hadapan seorang Kenzo Alarix.
Dengan langkah lambat dan membenahi diri akibat ulah yang Kenzo lakukan, Valerry kembali menuju ke kamar Keanu berada. Si mungil tampan itu demam dan Valerry merasa sangat khawatir dengan keadaannya.
Baby Kean selalu bisa menarik Valerry untuk tidak memikirkan apapun selain dirinya. Bayi mungil itu selalu bisa membuat Valerry melupakan seluruh kekecewaan yang sudah di tanamkan oleh ayahnya yang menyebalkan itu.
"Jika kau sudah dewasa, jangan pernah melakukan hal yang bisa membuat para wanita bersedih, hm?"
Valerry menatap bayi yang sudah terlelap itu dengan senyuman tipis. Membaringkan tubuhnya di samping Keanu yang baru saja tertidur lima belas menit yang lalu setelah ia memberikan apa yang Keanh butuhkan. Meski puting susunya terasa panas dan perih kerena Baby Kean tak kunjung melepaskannya, Valerry tetap bertahan dengan rasa perih yang ia terima.
Salahkan Kenzo Alarix yang tak tau usia. Yang jika ada kesempatan selalu mengambil alih payudaranya dan kemudian menghisapnya dengan tidak tau aturan. Hingga terkadang Keanu enggan menerima putingnya yang hanya mengeluarkan sedikit asi karena tegukan pertama itu sudah di miliki oleh ayahnya sendiri.
Bajingan itu sungguh tidak tau diri. Sebenarnya siapa yang harus Valerry susui jika bayi yang sedang tidur di sampingnya itu selalu kurang asupan asi jika ayahnya lah yang selalu menghabiskannya dengan tidak tau malu.
Dan selalu membuat Valerry merasa malu jika Azura tanpa sengaja melihat bercak merah di sekitar payudaranya.
Jika seperti ini terus, Valerry tidak tau lagi sampai berapa lama ia akan sanggup menghadapi kepribadian Kenzo yang menggila akan dirinya.
"Apakah lelaki itu berpikir jika aku ini wanita yang mudah di dapatkan?" tanya Valerry pada dirinya sendiri.
Wanita yang terlahir di musim semi itu menatap langit-langit kamar Keanu dengan pemikiran yang tak bisa ia terjemahkan. Sangat di sayangkan, lelaki setampan Kenzo Alarix itu ternyata hanya menganggap dirinya sebagai selingan.
"Mungkin dia rindu istrinya," gumam Valerry. Sambil meraup permukaan wajahnya yang lelah dengan segala macam pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana sikap Kenzo terhadapnya akhir-akhir ini.
Lalu mengenai pertanyaan Sean saat lelaki itu menelponnya dengan nada menuduh jika Valerry telah menikah dan lelaki itu tidak mendapat kabar apapun darinya setelah mendengar Kenzo memanggilnya sayang dan menyebut kata mama, hingga Sean menyimpulkan jika Valerry sudah tidak lagi menganggapnya.
Jujur saja, Valerry tidak ingin membuat situasinya semakin sulit dengan membiarkan Sean mengetahui pekerjaan apa yang sedang ia lakukan sekarang. Hingga ia harus berbohong pada lelaki itu jika Valerry bekerja sebagai babysitter di keluarga Alarix. Dan untung saja, Sean mempercayai semua perkataannya tanpa curiga sedikitpun.
*****
Hari ini tidak lebih baik dari hari sebelumnya. Setelah Kenzo yang menganggu seluruh waktunya dengan sentuhan, sekarang giliran makhluk kecil Alarix yang membuat Valerry menggeleng kepala tak percaya.
Bagaimana mungkin Valerry tak menggeleng dengan napas panjang penuh frustasi jika Keanu sama sekali tidak ingin Valerry pergi darinya. Bayi tampan itu selalu merajuk dan akan memancarkan raut ingin menangis jika tidak mendapati Valerry berada di dekatnya.
Dan Valerry seolah menyadari jika sifat yang Keanu tunjukan itu tidak jauh berbeda dengan apa yang Kenzo lakukan padanya.
Jika Kenzo meng-klaim dirinya sebagai miliknya dengan begitu egois, maka Keanu, bayi lelaki itu seolah-olah mengatakan jika Valerry akan selalu bersamanya dan tidak ada yang boleh membawanya pergi darinya.
Entah kenapa Valerry merasa jika Keanu tengah merajuk padanya. Bayi Alarix itu akan meraung dan kemudian menangis jika sedikit saja Valerry pergi meninggalkannya meski hanya lima menit saja. Dan Keanu akan menjadi bayi menyebalkan jika Kenzo berada di dekat Valerry.
Benar-benar sesuatu yang tidak bisa Valerry cerna dengan baik, bagaimana tingkah semua anggota Alarix yang ada disini.
Seperti saat ini misalnya. Ketika seluruh penghuni rumah melakukan seluruh pekerjaannya masing-masing, Valerry hanya diam di kamar Keanu tanpa perlu melakukan apapun dan tetap berdiam diri di kamar tersebut dengan helaan napas panjang, bosan.
Kegiatan yang Valerry lakukan hanya menemani Keanu bermain dan membiarkan bayi itu berceloteh tentang segala hal yang tidak Valerry pahami apa maksudnya. Dan bayi tampan itu akan merangkak mendekatinya jika Keanu ingin kembali meraup putingnya.
Ahhh... Apalah daya seorang Valerry yang hanya menjadi Ibu asi untuk bayi tampan yang di beri nama Keanu Alarix.
Tidak memiliki hak apapun untuk ikut serta membantu mengerjakan apapun selain menemani Keanu dan membuat bayi itu tumbuh dengan sehat setelah beberapa hari yang lalu membuat Valerry khawatir tentang kondisi kesehatannya.
"Apa dia sudah tidur?" tiba-tiba saja Azura sudah berada di kamar Keanu dengan membawa beberapa map di tangannya.
"Sudah selesai dengan semua tugasmu?" Azura mengangguk sekilas dengan senyum simpul seperti yang Valerry hapal selama ini.
Sudah tidak ada lagi kalimat formal antara Valerry dan Azura setelah mereka hidup dalam satu atap di rumah Kenzo. Ke dua wanita yang berbeda generasi itu tampak tak terlalu memiliki komunikasi sesering mungkin karena Valerrt tak jarang melihat Azura berkeliaran di rumah jika pagi menjelang. Wanita itu akan datang jika waktu menjelang siang seperti ini.
"Sebenarnya aku sedikit penasaran."
Kening Azura terlipat, menatap Valerry yang terlihat sedikit enggan menanyakan apa yang ingin wanita itu ketahui.
"Tentang?"
Valerry tak yakin dengan apa yang akan ia tanyakan, tapi wanita itu sungguh tidak bisa berhenti memikirkannya selama ia bekerja disini.
"Sebenarnya, aku penasaran siapa nama dan wajah ibu Keanu." Suara kikuk itu tak luput dari pandangan Azura.
Wanita itu hanya tersenyum simpul sebelum mengeluarkan kalimatnya. "Jadi, tuan Alarix tidak menjelaskan apapun padamu?" Valerrt menggeleng, "setelah kalian berdua melakukan sesuatu yang melebihi seorang pasangan pada umumnya?"
Ya Lord!!
Wajah Valerry kontan memerah padam saat Azura mengungkit apa yang wanita itu ketahui. Bagaimana Azura menangkap bercak merah di belahan dada Valerry saat wanita musim semi itu mengeluarkan payudaranya ketika Keanu demam kemarin malam. Dan sialnya, Azura tersenyum maklum dengan apa yang ia lihat, seolah jika itu akan terjadi terhadapnya.
"Kenapa? Menurutmu aku tidak tau apa yang sering kalian lakukan selama ini."
Jika saja Valerry bisa menghilang, ingin rasanya Valerry pergi sejauh yang ia mampu agar ia tidak merasa malu di hadapan Azura seperti ini.
"Tidak perlu merasa malu. Aku sudah tau semuanya." Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Azura tanpa tau jika Valerry benar-benar merasa di telanjangi oleh Azura secara tidak langsung. "Lagipula, aku tidak pernah melihat tuan Kenzo begitu menginginkan seorang wanita seperti yang ia lakukan terhadapmu."
Kali ini Valerry tak begitu mengerti dengan kalimat yang Azura utarakan. "Maksudnya?"
Dan kalimat itu hanya di tanggapi dengan senyum simpul oleh Azura, seolah-olah Valerry harus mencari tau jawabannya sendiri.
Ahhh... Satu pertanyaan saja belum terjawab, sekarang di tambah lagi dengan pernyataan yang Azura berikan.
"Kenzo menginginkanku??"
Mana mungkin!!
Valerry menggelengkan kepalanya tak percaya. Tidak mungkin Kenzo Alarix menginginkan wanita seperti dirinya. Dia hanya wanita yang jauh berbeda dengan keadaan seorang Alarix. Dia bukan dari keluarga kaya dengan perusahaan atau properti berharga lainnya. Valerry hanya wanita biasa yang memiliki segudang kasih sayang yang selalu di ajarkan oleh ibunya.
"Tidak mungkin."
.
.
.
TBC
.
.
.
Kalian memiliki pertanyaan sendiri tentang cerita ini 🙄🙄
Ok, satu kata buat KENZO??
EMOTICON untuk chapter ini dong guys.