Chereads / Lactating / Chapter 18 - Mine!!

Chapter 18 - Mine!!

KALIAN BACA JAM BERAPA??

VOTE, KOMENTAR & SHARE

cerita ini ya guys!! 😉😉😉

TAG teman kalian yg punya pemikiran nyeleneh disini 😝😝

Happy reading 🤗🤗

Riana Alarix adalah wanita dengan paras cantik meski usianya sudah tak lagi muda. Wanita yang sedang duduk tepat di hadapan Valerry dan putra bungsunya itu tampak memicingkan sebelah alisnya menunggu kalimat sanggahan apalagi yang akan ia dengar.

Lebih dari empat bulan semenjak kejadian tragis itu terjadi, meninggalkan bekas menyakitkan di setiap inci tubuhnya. Ibu mana yang tidak akan merasa kehilangan jika melihat putranya terbujur kaku tak bernyawa tepat di hadapannya. Lalu meninggalkan sebuah harta yang sangat luar biasa untuk ia jaga.

Riana tentu terpukul. Bahkan suaminya yang selalu terlihat tenang dalam menghadapai situasi apapun tampak terkejut dengan kabar berita yang di dapatinya.

Keanu adalah cucunya. Peninggalan yang sangat di sayangi seluruh keluarga Alarix. Bayi mungil nan tampan itulah sebagai obat segala rindu yang kadang menggerogoti hatinya. Beruntung, putra bungsunya sanggup menjadi ayah pengganti bagi Keanu dan mau memberi sebagian waktunya untuk bayi mungil itu. Setidaknya, keberadaan Kenzo di samping Keanu bisa membuat bayi itu merasakan kasih sayang seorang ayah yang tidak akan pernah ia dapatkan lagi dari ayah kandungnya sendiri.

Tapi, yang paling membuat Riana terkejut adalah panggilan yang Kenzo sematkan pada wanita yang duduk di samping Kenzo di sana.

Mama?

Tentu saja panggilan itu sanggup membuat Riana terkejut. Tapi bukan hanya karena panggilan itu saja, melainkan Riana merasa aneh mengingat bagaimana sifat dan sikap Kenzo jika berhadapan dengan seorang wanita.

Anak bungsunya cenderung dingin dan sulit sekali mengeluarkan kalimat jika itu tidak penting untuknya. Kenzo bahkan hampir menyerupai ayahnya yang jarang menunjukkan ekspresi. Dan jujur saja, ketika Riana mendengar secara langsung panggilan Mama yang Kenzo sematkan untuk gadis berbadan mungil itu, rasanya Riana menyakini jika ada sesuatu di antara mereka berdua.

Karena Riana tau, bahwa anak bungsunya itu selalu menghindar tiap kali ia ingin mengenalkannya pada seorang wanita, selalu berekspresi datar tiap kali di singgung masalah pasangan. Namun lihat yang terjadi sekarang, Kenzo seperti menjadi pribadi hangat ketika wanita musim semi itu berada di dekatnya.

Dan sejak kapan Kenzo memperlakukan seorang wanita seperti itu? pikirnya.

Ohhh... Riana benar-benar tidak akan bangkit dari tempatnya duduk jika tidak menemukan sesuatu yang sudah sangat ia tunggu-tunggu.

"Jadi, jelaskan. Siapa wanita yang ada di sampingmu itu?"

Kenzo menoleh sekilas kearah Valerry sebelum menarik napas dalam-dalam. Kening Kenzo terlipat dan lelaki itu tidak begitu suka dengan interogasi seperti yang sedang di lakukan oleh Ibunya itu.

"Kenzo Alarix?? Ibu sedang bertanya padamu."

"Hn,"

Dan satu kalimat ambigu itulah yang menjadi jawaban Kenzo. Lelaki itu seperti tak begitu memperdulikan tatapan Riana yang berusaha sedang serius mempertanyakan kedudukan Valerry di rumah anaknya.

"Siapa namamu?" pertanyaan itu di tujukan untuk Valerry jawab. Dan Riana menarik ke dua sudut bibirnya dan menampilkan wajah ramah yang luar biasa bersahaja. "Apa kau bekerja di tempat perusahaan putraku??

"Nama saya, Valerry. Valerry Anggita." jawab Valerry. Menimpali dengan senyum yang tak kalah ramahnya.

"Di bagian mana kau bekerja?" tanya Riana lagi.

Valerry menggaruk pelipisnya dengan ujung jarinya. Senyum tipis ia keluarkan untuk mengurangi rasa gugup dan canggung yang tiba-tiba saja melandanya.

"Sebenarnya...."

Sebelum kalimat Valerry selesai. Kenzo sudah lebih dulu menarik Valerry dengan mengaitkan sebelah tangannya di pinggangnya dan menggeser tubuh Valerry untuk mendekat.

Valerry terlonjak terkejut, tentu saja. Merasa tidak nyaman dengan tindakan yang Kenzo lakukan.

"Dia milikku."

Ohhh... Kalimat itu tentu tidak bisa di tarik kembali. Lelaki yang sedang merapatkan tangannya di pinggang Valerry itu malah dengan seenaknya mengecup pelipis Valerry dengan tidak tau malu.

Mengabaikan raut terkejut yang Riana tampilkan saat Kenzo melakukannya tepat di hadapannya.

"Jadi, kalian....?" Kalimat Riana menggantung saat menyadari Keanu menangis.

Hingga sebuah penglihatan yang cukup membuatnya takjub, mampu membuat Riana terdiam di tempatnya.

"Cup.. cup sayang." ucap Valerry. Mencoba menenangkan Keanu yang sudah merengek haus karena sudah waktunya bayi mungil itu menyusu padanya. "Ayo... Kita ke kamar,"

Namun sebelum Valerry bangkit dari dekapan Kenzo, wanita itu lebih dulu meminta Kenzo untuk melepaskan lengannya di pinggangnya.

"Lepaskan dulu,"

Kenzo menghela napas panjang kemudian melepaskannya. Meski wajah lelaki itu sedikit enggan, tapi karena ia melihat dada Valerry yang mulai basah, Kenzo akhirnya membiarkan Valerry berlalu.

Valerry bangkit dari duduknya dan tak lupa memberi salam pada Riana dengan sedikit membungkukkan badan lalu tersenyum tipis. Melenggang pergi meninggalkan Kenzo dengan wanita yang di panggil lelaki itu dengan sebutan ibu.

Jujur saja, Valerry merasa tidak nyaman dengan apa yang Kenzo lakukan padanya. Menarik tubuhnya mendekat dan jangan lupakan bagaimana Kenzo yang tiba-tiba menciumnya tepat di hadapan Ibunya.

Lalu jangan lupakan juga pernyataan Kenzo tentang dirinya.

Arrgggg.... Entahlah!!

Valerry tidak peduli lagi akan semua itu. Akan lebih baik jika Valerry tetap fokus pada Keanu yang masih menangis karena bayi tersebut tak kunjung mendapat apa yang ia inginkan.

"Ahhh... Baiklah. Ini,"

Valerry membuka bajunya dan mengeluarkan sebelah payudaranya. Tak perlu untuk menunggu lama, karena Keanu sudah lebih pintar saat Valerry sudah mengeluarkan minuman yang Keanu inginkan.

Hisapan itu sudah tidak membuat Valerry merintih. Meski Keanu sering kali mengigit ujung putingnya, tapi itu tak menimbulkan nyeri saat pertama kali bayi itu melakukannya. Berbeda lagi jika Kenzo yang melakukan hisapan pada ujung putingnya. Lelaki itu tidak akan pernah puas jika tidak melihat raut wajah Valerry yang merintih lirih.

*****

"Kemana?"

Kenzo menatap Valerry yang sudah akan melangkah dengan membawa Keanu dalam gendongannya. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Dan sudah waktunya Valerry mengajak Keanu untuk beristirahat dan memberi asi untuk bayi dalam gendongannya itu.

"Apa urusanmu," jawab Valerry sinis. Masih merasa kesal dengan kejadian pagi tadi. Wanita itu merasa sangat dongkol dengan kelakuan Kenzo yang selalu seenaknya sendiri.

Oh... dan jangan lupakan pula pernyataan yang keluar dari bibir Kenzo. Tentu!! Siapa yang akan Sudi di anggap seperti itu oleh lelaki datar sepertinya.

Milikku??! Dia pikir aku barang. Geram Valerry jika mengingat kalimat itu.

Kenapa Kenzo tidak menjawab jika dirinya adalah seorang baby sitter saja. Bukankah itu lebih baik dan tidak menimbulkan spekulasi menyimpang nantinya. Memang dasar, Demit sialan!!

"Tch!!" Kenzo berdecih, tak begitu suka dengan jawaban yang terlontar dari bibir Valerry barusan, "Valerry?" tanya Kenzo sekali lagi.

"Kau tidak lihat wajah baby Kean sudah memberengut seperti ini." jawab Valerry.

"Beri susu yang biasanya saja."

"Apa kau sudah gila," seru Valerry. Menggeleng tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Apa gunanya aku disini kalau Keanu minum susu formula," sengitnya.

"Bukankah tadi kau bilang masih sakit,"

"Kalau kau lupa Ken, aku masih memiliki payudara lainnya yang masih bisa Keanu hisap."

Kenzo melipat kening, mengernyit, "Lalu?"

Valerry menghembuskan napas lelah. Susah sekali bicara pada Kenzo jika lelaki itu bersikap menyebalkan seperti ini. "Sudahlah, aku ke atas saja."

"Valerry."

Valerry menghentikan langkahnya, berbalik dan menatap Kenzo yang menatapnya lekat, "apalagi?"

"Setelah Keanu selesai, giliran ku yang meminumnya." seringaian khas dari Kenzo Alarix membuat tubuh Valerry menegang.

Dasar sinting!!

"Bisa. Tapi kau harus lahir dari rahimku lebih dulu."

Kenzo berdiri dan menghampiri Valerry yang masih menepuk-nepuk pantat Keanu pelan, kemudian sebelah lengan Kenzo melingkar sempurna di pinggang wanita musim semi tersebut sebelum membisikkan kalimat yang lagi-lagi mampu membuat Valerry tak berkutik.

"Bukan aku yang lahir dari rahimmu, tapi anakku yang akan lahir dan tumbuh di dalam perutmu."

Setelah membisikan kalimat itu, Kenzo melepaskan rangkulannya. Menatap lekat wajah Valerry yang terkejut dengan rona merah menghiasi permukaan wajahnya. Tak tahan dengan pemandangan di depannya, Kenzo menangkup pipi Valerry dengan dua tangannya. Lalu mengambil satu kecupan singkat di bibir ranum Valerry. Membuat wanita musim semi itu tersentak dan melotot tajam ke arah Kenzo yang selalu seenaknya.

"Dasar Dugong sialan!!" desis Valerry. Memukul bahu Kenzo meski wanita musim semi itu tau jika yang ia lakukan tidak menimbulkan dampak apapun pada lelaki di depannya itu.

Makian yang Valerry lontarkan untuk Kenzo seperti angin lalu bagi lelaki itu. Kenzo sudah terbiasa dengan berbagai makian dan umpatan yang sengaja Valerry berikan untuknya.

"Apalagi?"

Valerry memincingkan sebelah alisnya, "Huh??"

"Julukan apalagi yang ada di otakmu untukku?" tanya Kenzo menunjuk kepala Valerry dengan ujung jarinya.

Valerry mendengus. Memalingkan wajahnya dengan bibir mengerucut.

"Menyebalkan,"

Kenzo terkekeh ringan. Kembali menarik Valerry agar semakin mendekat padanya. Dan hal terakhir yang Kenzo lakukan pada Valerry ketika melihat leher mulus yang tak sengaja Kenzo lihat, lelaki itu menundukkan kepalanya. Mengecup leher Valerry dan menggigitnya. Meninggalkan bercak merah hingga sanggup membuat Valerry terpekik karena ulah yang sengaja Kenzo ciptakan.

"Astaga!! Apa yang kau lakukan!"

Valerry melotot. Mengusap-usap permukaan lehernya yang terasa perih.

"Pantat ayam sialan!! Kau pikir dirimu Vampire."

Setelah mengucapkan itu, Valerry segera berlalu dengan gerutuan dan makian untuk Kenzo. Setidaknya Valerry merasa puas jika ia mengeluarkan kalimat penuh makian pada lelaki yang selalu seenaknya sendiri.

Dan pemandangan itu tak luput dari seorang wanita paru bayah yang tanpa sengaja mengambil dengar dan melihat secara langsung bagaimana Kenzo Alarix memperlakukan seorang wanita dengan tidak biasa.

"Valerry Anggita, hm?"

Lalu Riana berlalu. Dengan senyum penuh makna wanita itu melangkah pergi.

Sepertinya akan ada sesuatu setelah ini. Dan Riana tidak sabar untuk membuat bayangan di benaknya menjadi kenyataan.

.

.

.

BTW, cerita ini sudah ending. Dan terjual dalam bentuk E-book di PLAYSTORE yaaa. 🤫

Emoticon untuk chapter ini 😤😤😤