Chereads / CLANDESTINE HIDING / Chapter 1 - (1) Siapa dia?

CLANDESTINE HIDING

🇮🇩Momu
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 11.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - (1) Siapa dia?

______________________________________

____________

Di suatu taman terdapat dua anak perempuan yang sedang asyik bermain bersama, mereka terlihat sangat bahagia tanpa tau akan terjadi hal buruk yang menimpa keduanya setelah itu.

"Alaaa main dirumah Icha yukk,bosen tauu disini terus,Ala mau kan main dirumah Icha? mau yaa"

"Tapi kan gak ada siapa-siapa dirumah Icha memang nya gak papa?"

"kan Kita mainnya cuma dirumah Icha pasti gak apa apa"

"Yaudah Ara bilang bang Rama dulu yaa" setelah itu Ara langsung saja menghampiri Rama yang sedang bermain bola bersama dgn teman-teman nya di lapangan tidak jauh dari taman itu "Abang Ala mau main sama Icha dilumahnya bolehkan?" Tanya Ara kepada Rama yang tengah berpikir apa jawaban yang akan di berikan padanya.

Karena Rama mengetahui Bahwa Rumah Icha yang terlihat cukup dekat dengan rumahnya jadi dia merasa h tidak terlalu memusingkannya lagi "ya udah gapapa tapi sebelum Maghrib kamu harus pulang ya!" Jawab Rama

"Satu lagi kalo ada apa apa panggil aja Abang ya?" Jawab Rama

"Oke bang Lamaa" kemudian diapun mengecup pipi Rama singkat setelah itu bergegas menghampiri Icha yang masih setia menunggunya di bangku taman

"Bolehkan Ala?" Tanya balita yang bernama Icha dengan penasarannya

"Kata bang Lama boleh kok tapi pulangnya Ndak boleh sore sore yaaa"

"Yey oke deh ayuk Laa"

Sesampainya di rumah Icha

"Ala lapar gak? Mau Icha ambilin biskuit?"

"Gak usah Ara udah makan di rumah tadi" ucap Ara dengan nada yang sedikit ketakutan, dia merasa ada Sesuatu yang sedang mengawasi mereka saat ini.

"Alaa kamu kenapaa? Ala gak mau main disini? mau aku antar kerumah kamu tidak?" Tanya Icha yang dibalas dengan gelengan kepala, Ara takut mengecewakan Icha yang sedari tadi sudah antusias karena akhirnya setelah sekian lama akhirnya mereka bisa bermain bersama dirumahnya.

"Yaudah kita main di atas aja yuk kita main di kamar Bunda sama Ayah ajaa,kemarin Ayah baru beliin Icha boneka baruu tauu Ayuk kita main!" Ajak Icha dengan semangat

"Emmm kenapa gak dicini(ruang tamu) aja Ara pikir lebih Enak main dicini aja"

"Udah Ayuk di atas aja lebih seruu"

Lalu tanpa aba-aba Icha segera menarik tangan Ara, lalu membawa Ara ke Kamarnya yang berwarna merah muda khas anak perempuan pada umumnya

"Wahh Kamal nya Bunda sama Ayah nya Icha baguss banget!"

"Iyakan? Gak kalah sama kamalnya Mommy Ester hehehe! Ucapnya dengan bangga

"Iyaa! Tapi..." Jeda Ara

"Di lumah Icha benelan ndak ada olang sama sekali? Sepertinya Ayah dan Bunda Icha sudah pulang" sambung nya lagi

"Ndak ada kok kan Icha udah pernah bilang biasanya Ayah sama Bunda Icha selalu pulang jam 7 malam Ndak mungkin sudah pulang kan belum gelap"

"Tapi Ara rasa kayak ada orang dikamar ini, tadi saat kita belmain dibawah saja Ara mendengar ada suala (suara maksudnya si Ara gais maklum dia sama Icha masih kecil jdi rada cadel gitu)

"Beneran? Tapi Icha gak dengal kok mungkin Ara salah" Ara pun terpaksa mengganguk dan berusaha menerima bahwa mungkin itu hanya sekedar khayalan nya saja.

"Yuk kita mainnn!" Ucap Icha bersemangat setelah itu mereka menghabiskan waktu dengan bermain boneka sampai tak terasa langit sudah hampir gelap dan Bulan serta bintang dengan malu-malu mulai menampakkan dirinya.

Sampai Ara pun baru tersadar bahwa hari sudah hampir malam dan akhirnya dia pun memutuskan ingin pamit pada Icha yang beberapa waktu lalu terus terdiam dan hanya menyisir boneka Barbie nya yang di pakaikan baju berwarna merah jambu itu "Icha Ara pulang dulu yaa nanti Takut Abang cariin, sebentar lagi Bunda sama Ayah Icha pulang kan?" Ujar Ara pada Icha namun tak kunjung mendapatkan balasan darinya.

"Cha kamu kenapa?" Ara yang mulai sadar bahwa aura disekitar tubuh sahabat nya itu sangat gelap berbeda dari biasanya, matanya pun menjadi berwarna hitam pekat yang menunjukkan kebencian yang sangat dalam.

Tangan Ara mulai terulur ingin mengguncangkan tubuh Icha yang dipikirnya mungkin itu akan membuat Icha kembali seperti biasanya, Sampai akhirnya dia hampir menyentuhnya tiba-tiba Tangan Icha lebih dulu mencengkram kedua tangan Ara membuat sang pemilik kesakitan "I-Icha t-tangan aku s-sakit l-lepasin" lirihnya sambil berusaha melepaskan tangannya yang berada di genggaman Icha

Namun Icha hanya menatapnya dengan tatapan kosong, Ara kecil yang masih tidak mengerti apa apa itu merasa ada yang aneh, Icha tidak mungkin membuat Sahabatnya sendiri kesakitan seperti ini.

"Aku bukan bocah ingusan itu" ucap hantu yang merasuki tubuh temannya itu seperti nya mengerti apa yang sedang Ara pikirkan.

Setelah itu Ara pun terlepas dari cengkraman kuat tadi dengan bekas merah yang ada di pergelangan tangannya "J-jadi k-kamu s-siapa?"

"Ah... kamu tidak perlu tau siapa aku, sepertinya kamu bisa mendengar dan melihat sesuatu seperti diriku ini yaa..." Ucapnya sambil terkikik seram

"Pantas saja kamu tau aku sedang bermain di atas tadi tapi bodohnya kamu tidak melihat aku yang sedari tadi bersembunyi di bawah ranjang kamar hahahaha, namun kamu tetap keren kok, kamu tau? sewaktu aku hidup dulu aku juga ingin sepertimu" ucapnya sambil memegang Pisau dapur yang entah darimana tiba tiba bisa ada digenggamannya membuat Ara tambah takut dan air mata pun membasahi pipi merahnya yang chubby

"Jangan menangis... Aku hanya ingin merasuki tubuh temanmu ini, ah aku benar-benar sangat rindu menghirup udara segar seperti ini" ucapnya sambil menarik napas kemudian membuangnya perlahan.

"Dan karena itu kamu harus aku selesaikan terlebih dahulu sebelum kamu akan mengatakan rahasia ini dengan mulut kecilmu itu" sambungnya sambil mengacungkan pisaunya pada Ara yang sedari tadi ia sudutkan membuat Ia mulai mundur terus perlahan lahan ke arah balkon

Ketakutan Ara membuat hantu yang merasuki Icha itu tertawa "Jangan takut Ara mendekatlah padaku, bukankah kita itu teman?"

"T-tidak h-hiks k-kamu b-bukan Icha! J-jadi k-kamu b-bukan t-temanku!" Perkataan Ara Membuat Hantu itu terdiam.

"Jahat sekali" ucapnya pura pura lesu,namun tak berlangsung lama kemudian meneruskan langkahnya kembali mendekati Ara yang sangat ketakutan karena melihat belakang nya yang sudah buntu tidak ada jalan keluar lagi pikirnya, hanya Beberapa langkah kebelakang dapat dipastikan Ia akan terjatuh dari balkon kamar orang tua Icha yang berada di lantai tiga karena pagar pembatasnya yang longgar jaraknya sehingga membuat Ara yang memiliki tubuh semungil itu dapat dengan mudahnya terjatuh dari sana.

Tinggal sedikit lagi tubuh Icha beserta pisau tajam itu mendekat padanya, bayangkan saja hanya sejengkal lagi jarak pisau itu pada Tubuh Ara yang mengarah ke Jantungnya...

Dan tiba tiba terdengar suara teriakan "AAAKKKHHH!!!"

____________

______________________________________