Mereka menangis entah sudah berapa lama dan mata Ara pun sepertinya sudah menahan kantuk yang menyerang dan akhirnya mata Hazel itu pun tertutup namun sebelum itu samar-samar Ia mendengar suara Icha "Janji sama Icha kamu harus terus hidup yaa! Jangan kecewakan Icha! Buat Icha bangga ok! Semangat! Maafin Icha Gak bisa temenin Ala terus, selamat tinggal Ara!"
Ara berusaha menahan agar matanya
Tidak tertutup namun hasilnya nihil, matanya kembali tertutup lagi, bersamaan dengan Ia yang terus menerus merapalkan kata terima kasih dalam hatinya yang ditujukan untuk Icha.
💀💀💀
Delapan Tahun Kemudian
Tak terasa hari ini merupakan hari terakhirnya sebagai Siswa Tingkat Pertama dan setelah itu Ia akan menyandang gelar sebagai murid Tingkat Atas (SMA).
Begitu banyak kejadian yang Ara lewati semenjak Kematian Icha beberapa tahun yang lalu.
Semuanya... Ya semuanya masih terasa seperti mimpi baginya.
Flashback
Sudah dua hari semenjak Ia bangun dari tidurnya akibat obat bius yang disuntikkan oleh dokter, walau perasaannya mulai sedikit lebih membaik akibat pertemuan nya dengan roh dari Icha yang masuk ke dalam alam bawah sadarnya, tetap saja rasa tertekan itu masih ada.
Ditambah dengan beberapa hari
ini Orang tua Icha terus-menerus mendatangi ruangan dimana Ia di rawat sambil mengeluarkan kata-kata kasar yang terus saja memojokkan Ara beserta keluarganya.
Mereka terus menerus menyalahkan Ara sebagai dalang dibalik kematian Anak tunggal kesayangan mereka itu.
Walau sudah dijelaskan beberapa kali oleh pihak kepolisian yang menangani kasus ini menyangka karena kecerobohan dari anak nya sendiri, namun mereka tetap keras kepala dan mengancam Kedua orang tua Ara akan mereka tuntut ke pengadilan sebagai gantinya jika tidak menyerahkan uang ganti rugi yang nominalnya tidak main-main yaitu mencapai Satu Milliar rupiah.
Arion yang tidak ingin masalah ini terus diperpanjang yang nantinya malah akan mempengaruhi kesehatan mental anaknya itu memutuskan untuk menyerahkan uang ganti rugi saja, namun bukan berarti Ia mengakui bahwa Anaknya yang bersalah atas kejadian ini karena memang dari hasil penyelidikan tidak ada tanda-tanda bahwa Ara yang mendorong Icha.
"Baik saya akan menyerahkan uang dengan nominal yang kalian inginkan nanti, puas? Jadi tolong pergi dan jangan membuat keributan lagi disini, Putri kami sedang berusaha untuk memulihkan keadaanya disini bukan malah memperburuknya dengan ocehan-ocehan yang keluar dari mulut kalian itu" ucap Anton tegas
"Huh! Baik kami tunggu nanti! Kalau tidak lihat saja akibatnya!" Dengan angkuhnya Pasangan suami istri itu keluar dari ruangan tempat Ara dirawat, memang benar kedua anak mereka berteman namun Orang tua dari Pihak Ara bisa dibilang tidak terlalu akrab dengan Orang tua Icha karena orang tua Icha yang lebih sibuk dengan pekerjaannya membuat mereka jarang bertemu dan tak ada waktu untuk mengakrabkan diri satu sama lain.
Ara yang hanya dapat melihat kejadian tadi hanya terus merenungi kata-kata yang keluar dari Kedua orang tua mendiang Sahabat nya itu.
Untung saja tenaga nya masih belum pulih sewaktu itu membuat Ara tidak bisa mengamuk seperti sebelumnya.
💀💀💀
Yang Ara lakukan hanya terus berbaring diatas brankarnya dan terus menerus membisu tidak mengucapkan satu katapun setelah genap dua hari Ia sadar.
Dan tepat hari ini merupakan hari dimana Icha akan dimakamkan, sebenarnya Ia ingin pergi namun Ara tau walau memaksa sekalipun orang tuanya tetap tidak akan mengizinkan nya untuk ikut kesana, jadi hanya orang tuanya beserta Kakaknya saja yang ikut, huh... ini sungguh tidak adil menurutnya.
Dan yang Ia lakukan sekarang hanya memakan buah apel yang tengah disuapkan oleh perawat muda yang menjaganya hari itu.
Namun beberapa saat kemudian terdengar suara perempuan yang tengah berada diambang pintu Ruangan nya "Sasa ikut aku sekarang, kita sedang kekurangan perawat untuk kamar nomor XXX"
"Baiklah, tapi..." Perawat itu menjeda perkataanya akibat Ia yang sedang memikirkan apakah tidak apa meninggalkan Ara disini sendirian?
Ara yang sepertinya menyadari keadaannya akhirnya mulai membuka suara.
"Tidak apa kakak pelgi saja, aku bisa menjaga diriku sendiri"
"B-baiklah tapi jika Ara membutuhkan sesuatu, jangan lupa untuk menekan tombol yang ada di sebelah Ara yaa, maka kakak akan segera datang saat itu juga mengerti?"
Ara hanya mengangguk mendengar ucapan dari perawatnya yang Ia panggil kakak itu, setelah itu kedua perawat itu segera meninggalkan ruangan Ara dan beralih ke ruangan lainnya.
💀💀💀