____________
____________________________________
Gelap, hanya itu yang dapat dilihat Ara sekarang. Entah ada dimana sekarang Ia berada, jujur saja Ara sungguh takut, yang Ia lakukan
Hanya terduduk di lantai ruangan gelap itu dan terus saja menangis.
Entah sudah berapa lama dia disitu rasanya lama sekali. Namun tiba tiba Ara melihat ada setitik cahaya kecil di arah berlawanan tempat Ia duduk sekarang, Ara Kecil yang belum tau apa-apa hanya dapat dengan bodohnya mengikuti cahaya itu, mungkin dari situ Ia akan menemukan jalan keluar pikirnya.
Dengan langkah besar Ia terus berjalan sampai sepertinya ruangan yang Ia lewati semakin lama semakin terang dan Tiba-tiba cahayanya makin lama semakin terang benderang sampai Ara menutup matanya akibat tidak sanggup memandang ke arah depan dan tiba tiba Ia merasakan cahaya itu mulai meredup tidak seterang tadi, membuat Ara memutuskan untuk membuka matanya dan Ia tidak menyangka....
Dihadapan nya sekarang ada seorang anak perempuan yang dengan riang nya bermain jungkat jungkit bersama nya yaitu....
ICHA!!!
Dan apalagi ini?!?! Dia sedang berada di taman yang biasanya suka Ia kunjungi bersama Icha untuk sekedar bermain.
Ara kecil terus saja melamun memikirkan apa yang terjadi kemarin, apakah mungkin itu hanya mimpi saja?
Melihat temannya yang terus saja melamun itu lantas membuat Icha turun dari jungkat jungkitnya dan seketika membuat Ara pun menjadi terkejut karna jungkat jungkitnya yang Ia naiki seketika menyentuh tanah dengan kencangnya.
"Huaaa Ichaa!!!" Teriak nya kesal karena tingkah Icha yang sungguh menyebalkan.
"Hehehehe maaf, lagiann kamu bengong terus sih!" Jawab Icha dengan senyum manis yang bertengger di wajahnya dan sedetik kemudian tangan Icha dengan tiba tiba menggenggam erat Ara dan menuntunnya ke Ayunan yang ada di taman itu, lalu mendudukkan Ara yang sedari tadi hanya mengikuti langkahnya saja.
"Sini aku dorongin ayunan nya!" Ucap Icha bersemangat lalu mendorong ayunan yang Ara naiki. Semuanya masih biasa saja, namun lama kelamaan ayunan yang pelan tadi perlahan lahan mulai mengayun dengan kencang...
Ara yang panik langsung memegang erat kedua tali ayunan yang berada di sebelah kanan dan kirinya dengan gemetar "Icha! Jangan Kencang kencang aku Takut hiks hiks"
Icha hanya tersenyum manis dan tidak menanggapi teriakan Ara kecil yang ketakutan, namun perlahan senyum manis itu digantikan dengan seringaian yang menakutkan.
Icha mendorong lagi ayunan itu dengan lebih keras, kali ini dengan sekuat tenaga nya (yang rasanya tidak mungkin dimiliki oleh anak seusianya) membuat tubuh Ara langsung jatuh terbentur tanah yang ada di depan nya.
Untungnya Ia tidak mendapatkan luka yang parah hanya sedikit lecet di kakinya, Ara yang masih dengan keadaan setengah duduk berusaha untuk melihat ke arah belakang nya.
Namun tidak ada tanda-tanda dari Icha sama sekali, mungkin ini kesempatan untuk Ia kabur, pikirnya.
Dengan sekuat tenaga Ara kecil berusaha untuk berdiri namun saat Ia hampir berhasil tubuhnya seketika kaku tak bisa bergerak Ara terus saja berusaha untuk bergerak namun lagi lagi hasilnya sama saja Tubuhnya benar-benar seperti patung tak dapat bergerak sama sekali, entah darimana Icha sudah ada didepannya dengan seringaian menyeramkan membuat siapa saja yang melihatnya seketika langsung bergidik ngeri.
Icha merogoh sakunya dan setelah menemukan barang yang dicari Ia mulai mengeluarkan nya dan terlihat...
Sebuah Cutter...
Mengapa kejadian ini mirip dengan yang ada di mimpiku? Apakah kali ini Ara tidak akan selamat ya Tuhan? Pikir Ara. Matanya mengeluarkan bulir-bulir air mata namun tetap saja tubuhnya tidak bisa bergerak.
"Cup cup cup jangan nangis, Icha cuman pengen Ara ngerasain gimana pelasaan Icha" seringaian nya yang semula lebar perlahan mulai menghilang digantikan dengan tangisan keras.
"Tega teganya Ala h-hiks Biarin Icha t-terbunuh hiks, Icha m-masih mau s-sekolah! h-hiks hiks, Icha p-pengen b-bareng Ayah s-sama Bunda t-terus,
Icha m-masih mau p-punya t-teman yang b-banyak h-hiks h-hiks" Ucap Icha sambil menangis kencang
"Maaf Icha h-hiks m-maafin A-Ara h-hiks h-hiks b-bunuh a-aja Ara h-hiks kalo itu b-bikin Icha m-maafin Ara h-hiks" ucap Ara menyesal karena membiarkan Icha Yang terbunuh saat itu yang ternyata bukan sekedar mimpi semata.
Saat Icha ingin menusukkan cutter pada Jantung Ara Tiba tiba Tangan berhenti. Walau Icha sangat membenci Ara namun ada perasaan tidak tega yang dia rasakan, apa Ia memang harus membunuh Sahabatnya itu yang sudah menemani nya selama ini? Mata Icha seketika mengeluarkan air mata lagi.
"Maafin Icha h-hiks ini b-bukan salah Ara, m-mestinya Icha dengerin Ara w-waktu itu j-jangan main di r-rumah Icha h-hiks t-tapi Icha gak d-dengerin hiks Ara h-hiks maaf h-hiiks hiks" ujar nya sambil memeluk Ara yang juga terus mengeluarkan air matanya dan dibalas dengan pelukan tak kalah erat dari Ara yang merasakan tubuhnya sudah mulai bisa bergerak lagi.
Mereka menangis entah sudah berapa lama dan mata Ara pun sepertinya sudah menahan kantuk yang menyerang dan akhirnya mata Hazel itu pun tertutup namun sebelum itu samar-samar Ia mendengar suara Icha "Janji sama Icha kamu harus terus hidup yaa! Jangan kecewakan Icha! Buat Icha bangga ok! Semangat! Maafin Icha Gak bisa temenin Ala terus, selamat tinggal Ara!"
Ara berusaha menahan agar matanya
Tidak tertutup namun hasilnya nihil, matanya kembali tertutup lagi, bersamaan dengan Ia yang terus menerus merapalkan kata terima kasih dalam hatinya yang ditujukan untuk Icha.
____________
____________________________________