Chereads / Ardhani / Chapter 8 - Episode 7

Chapter 8 - Episode 7

Saat aku ingin mengambil handphoneku ternyata sudah hancur diinjak oleh orang yang menyerang Ardhani dan Ferza

Aku hanya menatap nanar dan mataku sudah tidak bisa menahan air mata yang ingin jatuh dari pelupuk mataku

"Bagaimana ini?" Ucapku gemetar

Aku langsung menoleh ke arah Ardhani dan Ferza ternyata keduanya sudah pingsan

"Tunggu,Aku akan mencari pertolongan"

Tiba tiba saja hujan turun disertai dengan petir aku pun tidak membawa jaket ditambah lagi seragamku berantakan

Aku berlari untuk mencari pertolongan

"Permisi,Arah untuk kerumah sakit kemana ya?"tanyaku yang sudah basah kuyup

"Lurus lalu belok kanan" ucap seorang perempuan yang memakai payung

"Terima kasih"

Aku pun langsung berlari tanpa memikirkan keadaanku sendiri

Ini bukan salah Ardhani atau siapa pun,Kita tidak pernah tahu kejadian tragis kapan menimpa kita

Aku masih terus berlari terkadang aku menjerit takut ketika mendengar petir yang menggelegar

Perasaanku hanya memikirkan kondisi Ardhani ia harus segera mendapatkan pertolongan aku tidak ingin terjadi sesuatu lagi dengannya

"Dokter.. Dokter" teriaku ketika sudah memasuki rumah sakit

Tak lama kemudian Dokter berserta perawat berlari menghampiriku

"Tolong dok,Aku butuh ambulance kedua temanku pingsan karena habis diserang oleh sekelompok orang"

"Tolong dok tolong" ucapku memohon disertai dengan tangisan

"Kirim tempat dimana korban berada"

"Siapkan ambulance" ucap dokter

"Baik dokter"

Begitu sudah mengirimkan alamat,Aku terduduk lemas sambil memegang dadaku yang sangat sesak

"Astagah dadaku sakit sekali" ucapku

Tubuhku  masih basah karena air hujan

Aku sendirian tidak tahu harus melakukan apa lagi karena aku baru melihat kejadian mengerikan seperti ini

Kepalaku pun sangat sakit tetapi aku terus berusaha kuat untuk menunggu ambulance datang yang membawa Ardhani dan Ferza

Begitu Ardhani dan Ferza sudah datang lalu dibawa menggunakan ranjang pasien akhirnya aku bisa bernafas dengan lega

"Apa yang terjadi hari ini" gumamku sambil menutup wajah dengan kedua tangan

Seragamku sudah kering kembali hanya saja sepatuku yang masih berat karena terisi air hujan

Aku masih senantiasa duduk menunggu kabar dari dokter,Perut dan pikiran ku masih dalam keadaan kosong sesekali aku mengelap pipiku yang basah

Tepatnya pukul sembilan  malam ada dua orang yang menanyakan pasien bernama Ardhani,Aku pun melirik dan berpikir mungkin kedua orang tersebut adalah orang tuanya Adhani

"Papah lihat ke sana bukankah seragam sekolahnya sama dengan Ardhani? Ayo kita bertanya padanya"

Aku menatap ke arah orang yang datang menghampiriku,Tatapan mereka penuh rasa khawatir

"Permisi,Apa kau yang menolong anak ibu yang bernama Ardhani?"

Ternyata dugaanku benar mereka adalah orang tuanya Ardhani

"Ah ya benar,Aku Dara teman sekelasnya"

"Oh begitu bisa ceritakan kepada kami kronologis kejadiannya?"

"Karena kami berdua memang tidak tahu sama sekali"

Aku pun dengan senang hati menceritakan semuanya kepada mereka

Begitu selesai bercerita,Kedua orang tua Ardhani berterima kasih kepadaku dan mengatakan jika aku butuh sesuatu tinggal bilang kepada mereka sebagai bentuk terima kasih karena sudah menolong Ardhani

Awalnya aku mengira Ardhani hanya tinggal seorang diri tetapi dugaanku salah,Ardhani tinggal dan memiliki kedua orang tua yang masih lengkap dan masih sangat menyayanginya

Tiba tiba saja seseorang memakaikanku mantel yang begitu tebal,Aku pun menoleh ke arah belakang ternyata itu Akasa yang baru saja datang

Tanpa aba aba aku pun berdiri dan langsung memeluknya erat

"Akasa maafkan aku" ucapku yang kembali nangis

Akasa kemudian membalas pelukannya sambil mengusap kepalaku dengan lembut

"Aku disini tidak perlu menangis lagi"

Akasa sudah mendengar kejadian yang baru saja aku ceritakan kepadanya

Tanggapannya begitu dingin tanpa bertanya tentang hal lain lantas itu membuatku semakin bersalah dan takut karena Akasa tidak suka jika aku bersama dengan Ardhani

"Akasa tapi bagaimana bisa kau tahu jika aku berada disini?"tanyaku

Akasa tidak menjawab ia hanya memijat kedua pelipisnya

Kondisi Ardhani dan Ferza sudah membaik lalu Ardhani mengajakku untuk pulang

"Akasa beri aku waktu sebentar untuk berpamitan dengan kedua orang tua Ardhani"ucapku

Begitu selesai berpamitan aku berjalan mengikuti Akasa ke tempat parkirkan sambil memeluk mantel miliknya

"Masuklah" suruhnya

Aku pun memasuki mobilnya lalu disusul olehnya

"Jangan mengajakku untuk berbicara karena aku kemari hanya untuk menjemputmu pulang" ucapnya dengan penuh penekanan

"Baiklah"

Didalam perjalanan aku hanya menatap jalan raya yang sepi,Hujan pun belum reda dan itu membuat tubuhku semakin dingin

Sesekali Akasa melirikku sebentar lalu kembali fokus menyetir

Sepertinya aku membuat kesalahan yang sama jadi wajar Akasa marah padaku

Tetapi aku tidak bisa menghindar dari Ardhani karena jika aku semakin menjauhinya aku pun semakin khawatir soal keadaannya

"Akasa sepertinya kali ini kau tidak akan memaafkanku kan" ucapku

Tiba tiba Akasa menepikan mobilnya dipinggir jalan lalu melepaskan sabuk pengamannya

"Dara tatap aku sekarang"

Aku masih malu untuk menatap wajahnya tetapi tangan Akasa memegang sisi kiri pipiku dan membuatku menatapnya

"Aku tidak marah padamu Dara"

"Kau lihat sendiri kan? Bagaimana kalau kau terus bersamanya itu akan berbahaya untuk keselamatanmu ditambah lagi handphonemu telah hancur kepada siapa kau akan meminta pertolongan?"jelasnya dengan raut wajah khawatir

"Tapi Akasa itu hanya kebetulan" ucapku

"Baiklah jika kau menganggap itu sebuah kebetulan bagaimana jika terulang lagi dan itu berencana?"

"Aku melarangmu untuk mendekatinya karena aku takut terjadi sesuatu padamu contohnya seperti ini,Kau mau menolongnya saja tetapi kau tidak memikirkan kondisimu sendiri" jelasnya lagi

Aku menunduk malu dengan perasaan yang sangat bersalah kemudian Akasa mengambil sebuah box transparan dari dalam dashboard mobil

"Perlihatkan pergelangan tanganmu,Kedua lutut dan mata kakimu"

"Untuk apa?"tanyaku

"Cepat tidak perlu bertanya"

Aku langsung menunjukan pergelangan tanganku dan aku terkejut banyak luka gores yang cukup dalam tapi anehnya aku baru menyadarinya sekarang

Dengan hati hati Akasa membersihkan lukaku

"Akasa,Tadi aku melihatmu bersama zoya lalu saat sepulang sekolah kau menunggunya kan untuk pulang bersama?"tanyaku

Akasa menghela nafas kasar lalu menatapku

"Kau bertanya tentang itu di situasi seperti ini? Astagah"

"Aku menunggunya karena ia ingin mengembalikan buku milikku bukan untuk mengajaknya pulang bersama" jelasnya

Berarti dugaanku salah dan lagi lagi aku dibuat malu oleh diriku sendiri

Lalu Akasa melanjutkan mengobati lukaku lagi

"Kenapa kau masih kesal dan cemburu? Seharusnya aku yang seperti itu" ucap Akasa

Aku terdiam menatap wajah Akasa yang sangat serius tetapi aku biasa saja tidak seperti Ardhani ketika aku menatap wajahnya jantungku berdebar hebat,Ntahlah ini sangat aneh aku pun tidak mengerti

"Buka sepatumu" suruh Akasa

"Jangan"

Akasa terkejut karena ketika ia membuka sepatuku mengeluarkan air yang cukup banyak dan membasahi mobilnya

"Itu air hujan" ucapku

"Pakai sepatu yang nyaman" ucapnya

"Menurutku itu yang paling nyaman diantara sepatu yang ku miliki"

Mendengar pernyataanku Akasa menatapku kesal

"Bisa tidak ketika aku berbicara kau menurut saja"

Bukannya terdiam aku malah tertawa lucu karena baru melihat wajah Akasa ketika benar benar kesal

"Astagah wajahmu lucu sekali"

Tiba tiba Akasa mendekatkan wajahnya ke arahku,Aku pun dibuat terdiam

Cukup lama kami saling menatap,Aku pun perlahan menutup kedua mataku lima detik kemudian aku membukanya kembali

"Kau berpikir aku akan menciummu disaat seperti ini? Mustahil" ucap Akasa lalu membereskan boxnya dan memasukan kembali kedalam dashboard mobil lalu memasang kembali sabuk pengamannya

Lagi lagi aku dibuat malu dan kesal oleh perlakukaan Akasa

"Menyebalkan" gumamku

"Masuklah pasti ibumu sedang menunggu" ucap Akasa

"Umm Akasa terima kasih dan maaf karena lagi lagi merepotkanmu"

"Aku keluar" ucapku lalu membuka pintu mobil

"Tunggu,katakan kepada ibumu jika kau seharian bersamaku"

"Jangan katakan hal lain" ucap Akasa

"Tapi kan itu sama berbohong"

"Umm yasudah tak apa,Kau hati hati dijalan"

Akasa membelokan mata malas

Aku berjalan dengan hati hati memasuki rumahku agar ibuku tidak curiga sama sekali

Namun ketika aku ingin membuka pintu,Ibuku sudah membukanya duluan

"Dara,Kau kemana saja?"tanya ibu dengan nada risau

"Hehehe ibu tidak lihat tadi aku pulang diantar oleh Akasa berarti aku seharian bersamanya" jawabku dengan nada enteng

"Kenapa tidak menjawab telpon ibu?"

"Handphoneku tercebur kesungai" ucapku berbohong

"APA?!"

Aku menutup kedua telingaku ketika mendengar teriakan dari ibu

"Maaf ibu terlalu terkejut,Lalu bagaimana? Jika hilang ibu kan bisa melancaknya jika tercebur tidak bisa"ucap ibu

Aku menangkup kedua pipi ibuku

"Tenang saja bu uang tabunganku cukup untuk membeli handphone baru"

"Baiklah kalau begitu,Ah ya besok malam ibu Akasa mengundangmu untuk makan malam bersama"

"Hanya dirimu saja jadi persiapkan untuk besok malam" ucap ibu lalu berjalan ke arah dapur

Mendengar pernyataan ibu barusan berhasil membuatku diam membeku

"Besok malam tanpa handphone? Bagaimana ini?"batinku