Chereads / Ardhani / Chapter 12 - Episode 11

Chapter 12 - Episode 11

Kini Aku dan Ardhani sudah berada didalam bus menuju tempat tinggal Ferza

"Katamu jaraknya lebih dekat tapi kenapa kita harus naik bus? Jika seperti itu aku tidak perlu lelah lelah menaiki pagar"

"Maksudku jarak antara halte bus lebih dekat jika kita melewati pagar depan harus putar balik" jawab Ardhani

Aku mengangguk kemudian melirik Ardhani yang ingin membuka kancing seragamnya lantas aku langsung menahannya

"Jangan disini bagaimana jika orang didalam bus melihat dirimu" ucapku sambil menatap sekeliling bus

"Baiklah baiklah"

Begitu sampai Aku hanya terdiam sambil menatap rumah yang terlihat minimalis ternyata Ferza tinggal diperumahan mewah

Karena aku baru pertama kali kemari jadi terasa sangat asing

"Katamu banyak penjual makanan dimana?"tanyaku sambil menengok ke aran kanan lalu ke arah kiri

Ardhani terkekeh

"Nanti aku beri tahu sekarang kita masuk dulu"

Aku mengekor pada Ardhani sambil memegang tasnya

"Apa Ferza ada didalam?"

Belum saja Ardhani mengetuk pintu Ferza sudah membukanya duluan lalu terkejut melihat diriku bersama Ardhani

"Wah kau mengajak Dara juga? Tadinya aku ingin mengajakmu menonton film dewasa"ucap Ferza

Mendengar ucapan Ferza lantas aku langsung membulatkan mata terkejut kemudian memukul lengan Ardhani

"Yak kelakuan busukmu terbongkar dasar Ardhani mesum!"

Ferza dan Ardhani hanya terkekeh lalu aku terdiam sambil menatap ke arah Ferza

"Didalam ada orang tuamu?"tanyaku

Ferza mengangguk

"Ayo masuk jangan gugup anggap saja rumah sendiri"

Ardhani melepaskan sepatunya disusul olehku

Dengan hati hati aku memasuki rumahnya ternyata diluar dugaanku aku mengira Ferza pun tinggal sendiri juga tanpa kedua orang tua

"Wahhhh minimalis sekali,Anii apa rumahmu seperti ini juga?"tanyaku sambil memeluk lengan Ardhani

Ardhani mengangguk

"Tapi rumahku seperti istana kau pasti akan terkejut"

"Sombong sekali dirimu" ucapku

Tak lama Ayah Ferza yang sedang membaca koran menatap ke arah kami lalu tersenyum

"Wah ada teman baru perempuan lagi,Ardhani dia siapa? Pacarmu atau pacar Ferza?"

Aku,Ferza dan Ardhani sama sama terkejut kemudian aku mencium tangan ayah Ferza sambil tersenyum kikuk

"Tidak om aku teman mereka" jawabku

"Bukan Pah dia pacar Ardhani"

"Ayo masuk ke kamarku" ajak Ferza

Mendengar pernyataannya,Aku dan Ardhani langsung mencubitnya

Setibanya dikamar Ferza aku langsung merebahkan tubuhku diranjangnya

"Hehehe maaf ya terlihat tidak sopan tapi sungguh badanku sangat pegal" ucapku

Ferza dan Ardhani hanya menggeleng

"Santai saja ku bilang anggap seperti rumah sendiri" ucap Ferza lalu duduk dibangku meja belajarnya

Ardhani melepaskan tasnya lalu merebahkan tubuhnya disampingku

Aku yang terkejut langsung menendang tubuh Ardhani dan ia pun terjatuh

"Jangan macam macam" ucapku

"Oh iya Dara aku ingin mengucapkan terima kasih padamu jika kau tidak membawa kami ke rumah sakit entahlah kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya" ucap Ferza

Aku menyandarkan tubuhku dikepala ranjang

"Sebentar jadi kalian berdua ini dari keluarga kaya? Ah maksudku ku kira kalian anak broken home tapi aku benar benar terkejut ternyata dugaan ku salah"

"Wahhh kalian memang rendah hati ya walaupun kaya tapi kalian tidak menunjukan sisi tersebut bahkan kalian terlihat seperti laki laki nakal" ucapku

Ferza dan Ardhani saling melirik lalu tertawa gemas

"Kan aku sudah jelaskan kepadamu" ucap Ardhani

"Aku dan Ardhani berteman dari kecil,Keluarga kami pun saling mengenal"

"Hanya Ardhani yang selalu disisiku" ucap Ferza

"Tapi kenapa kalian menjadi seorang peminum dan sering bertengkar? Wah kalian benar benar membuatku bingung ya"ucapku

Ardhani menghela nafas

"Kami memiliki alasan yang sama kau tahu kan? Jangan jangan kau lupa"

"Kisah hidup kami hampir sama" ucap Ardhani

Aku mengangguk mengerti lalu tersenyum jahil ke arah mereka

"Pasti keluarga kalian tidak tahu ya jika kalian sering minum minuman beralkohol dan sering berkelahi?"tanyaku

"Sudah tahu" ucap mereka bersamaan

Mendengar jawaban dari mereka aku hanya bisa terkekeh pelan

"Kata Ardhani disini ada penjual makanan,Dimana itu Ferza?"tanyaku

"Ohhh tidak jauh dari sini kau ingin kesana sekarang?"tanya Ferza

Aku mengangguk semangat

"Ardhani akan mentraktirku,Iya kan?"

Ardhani yang awalnya mengangguk lalu menatap sinis ke arahku

Kini aku sedang menikmati udang bakar dan telur gulung dengan saus pedas

Ferza datang sambil membawa tiga kaleng soda lalu memberikannya pada kami

"Wahhh telur gulung ini sangat lezat,Kau harus mencobanya Ardhani"

"Pak aku pesan roti bakar isi daging ya dengan saus madu dia yang bayar" ucapku menunjuk Ardhani

"Hahahahaha,Dhani mulutku sangat tidak enak beberapa hari terakhir karena berhenti meminum bir"

"Bagaimana kita meminumnya untuk hari ini?"tanya Ferza

Ardhani melirikku sekilas

"Kau tidak ingat kata dokter?"tanya Ardhani

"Wah kau berubah Ardhani biasanya kau yang paling semangat"

"Tapi yasudahlah tak apa" ucap Ferza

Lalu aku berjalan ke arah pedagang tersebut untuk mengambil pesananku

"Anii lihat ini" ucapku sambil memegang roti bakar

"Ah mulutmu" ucap mereka secara bersamaan dengan jari jempol yang sudah menunjuk ke arah mulutku

Ferza dan Ardhani kemudian saling melirik dan langsung menjauhi tangannya dariku

"Ah sebentar ya aku akan mengambil tisu"

"Anii tolong pegang ini" ucapku

Ketika selesai membersihkan mulutku,Aku langsung memakan roti bakar tersebut didepan mereka

"Wah mulutmu sangat besar" ucap Ferza

"Seperti anak kecil saja makan dengan perlahan hati hati tersedak" ucap Ardhani

Begitu selesai mencicipi semua makanan disana kini Aku,Ardhani dan Ferza sedang berjalan berdampingan dengan posisiku ditengah tengah mereka

"Makanan disana sangat lezat lain kali kau harus mengajakku kemari lagi" ucapku

Ardhani membelokkan mata malas

"Tidak tidak uangku habis karenamu"

Ferza tertawa lucu

"Rumahmu dimana? Apa jauh dari sini?"tanya Ferza

"Rumahku? Aku tinggal disebuah komplek"

"Ibuku penjual sayur,Jika ibu kalian ingin membeli sayur ke rumahku saja" ucapku

Ferza mengangguk

"Ah ya aku pernah melihatmu menaiki mobil bersama laki laki dari sekolah kalian juga? Dia siapa?"

"Dia calon tunangan Dara yang bernama Akasa" jawab Ardhani

Aku terkekeh pelan

"Walaupun aku calon tunangannya kami tidak pernah saling akur ada saja yang diperbedatkan entahlah kini aku sedang merasa kesal padanya" ucapku

Setelah seharian penuh menghabiskan waktu bersama Ferza dari mulai bermain game,Menikmati makanan dipinggir jalan

Kini aku dan Ardhani sedang berjalan untuk pulang

"Kenapa kita tidak naik bus?"tanyaku

"Bus datang lagi dijam setengah sembilan malam kau ingin menunggu?"

"Sekarang saja baru jam delapan malam"ucap Ardhani

Aku tersenyum kecil sambil berjalan diatas trotoar saat malam hari memang sangat menyenangkan dan entah kenapa aku sangat menyukainya

"Ardhani"

"Hmmm?"

"Tatap aku"

Ardhani langsung menatap ke arahku dengan tajam

"Eh hehehe bukan seperti itu maksudku,Kau belum mengajakku untuk kerumahmu"

"Kapan kau akan mengajakku kesana?"tanyaku

Ardhani menghela nafas lalu tangannya membuka kancing seragamnya satu persatu

"Aku mengerti dengan perasaan Akasa maka dari itu aku masih menghormatinya sebagai calon tunanganmu walaupun kalian sedang bertengkar aku tidak pantas untuk mendekatimu disaat situasi seperti ini" jawah Ardhani

Mendengar jawabannya pun membuatku terdiam

"Tapi Ardhani sungguh aku tidak menginginkan pernikahan itu terjadi"

"Aku tidak menyukainya" ucapku

Ardhani menghentikan langkahnya

"Perasaan akan tumbuh sendirinya tergantung perlakuan kalian jika seperti ini trus kalian tidak akan saling menyukai"

Ardhani kemudian berjalan kembali sedangkan aku masih mencerna perkataan Ardhani barusan

"Tapi bagaimana jika aku sudah nyaman dengan seseorang?"ucapku

Lantas langkah Ardhani tiba tiba saja berhenti kemudian aku berlari menyusulnya

"Aku tidak bisa menjamin" ucap Ardhani

"Ardhani apakah dirimu pernah menyukai seseorang?"tanyaku sambil menatap langit malam

Ardhani mengerutkan dahinya

"Karena aku peminum hampir semua perempuan menjauhiku jadi aku tidak pernah menyukai perempuan"

"Aku pun tidak tahu rasa nyaman itu seperti apa"

Tiba tiba saja aku tertawa lucu

"Tidak mungkin dirimu tampan masa tidak ada yang menyukaimu"

"Mungkin untuk beberapa orang ada yang menyukaiku tapi aku tidak menyukai mereka" ucap Ardhani

Aku mengangguk mengerti lalu memegang pundaknya

"Pasti dirimu tidak pernah menonton film romantis kan"

"Baiklah biar aku ajarkan rasa nyaman itu seperti apa walaupun aku sudah berusaha kepada Akasa tapi sampai sekarang aku pun belum merasakannya"

"Bagaimana?"tanya Ardhani dengan nada serius

"Rasa nyaman itu ketika kehadiran seseorang membuat kita berarti dan saling berjuang untuk mempertahankannya"

"Cinta itu hanya sementara, sedangkan rasa nyaman akan membuatmu betah dengannya lalu cinta membuat kita menuntut untuk selalu bersikap sempurna sedangkan nyaman membuat kita berterus terang"jelasku

Ardhani tersenyum ke arahku

"Ahh begitu dari mana kau pintar berkata kata seperti itu?"

Aku menggelengkan kepalaku

"Sebenarnya aku selalu berusaha agar Akasa nyaman padaku dengan memintanya untuk tidak terlalu mengkhawatirkanku"

"Tapi sepertinya kita tidak saling menyukai melakukan semua ini hanya karena tuntutan"