Chereads / Ardhani / Chapter 11 - Episode 10

Chapter 11 - Episode 10

Ardhani sudah pergi meninggalkan rumahku sebelumnya ia sudah berpamitan juga dengan ibu

Kedatangan Ardhani membuat suasana hatiku membaik dan melupakan sedikit kejadian di rumah Akasa

Aku berjalan ke arah dapur untuk meminum segelas air putih tak lama ibu menghampiriku sambil memegang selimut

"Dara,Jadi itu yang bernama Ardhani?"tanya ibu

Aku mengangguk lalu membuka kulkas dan mengambil snack kesukaanku

"Jika dilihat dari penampilannya tidak jauh dengan Akasa,Apa dia dari keluarga kaya juga?"

"Walaupun begitu Ardhani adalah seorang peminum jangan terlalu dekat dengannya" ucap ibu

"Beberapa hari lalu Ardhani sempat dilarikan kerumah sakit dan dokter menyarankan untuk mengurangi minum minuman beralkohol dan bersoda"

"Tenanglah bu lagi pula aku dan Ardhani adalah teman sekelas tadi sebelum pulang ia mengatakan akan mengajakku bermain setelah pulang sekolah"

Ibu tersenyum lalu memegang kedua tanganku

"Kau anak ibu satu satunya jangan mengecewakan ibu ya"

"Ah ya bagaimana acara makan malamnya bersama keluarga Akasa?"tanya ibu

Aku terdiam sesaat

"Masakan ibu Akasa sangat lezat dan aku sangat menyukainya"

"Ayah Akasa juga bertanya tentang ibu semoga dilain waktu aku bisa bertemu lagi dengan keluarga Akasa" ucapku berbohong seolah olah tidak terjadi apa apa

"Baiklah ke kamarmu sekarang dan tidurlah"

Keesokan harinya tepatnya pukul jam tujuh kurang aku sedang menghitung uang tabunganku untuk membeli handphone baru

"Syukurlah uang tabunganku ada lebihnya"

"Aah hampir jam tujuh pas aku harus berangkat ke sekolah"

Aku memasukan kembali uangku kedalam lemari dan langsung mengambil tas kemudian berlari keluar kamar

"Ibu hari ini aku akan pulang terlambat lagi,Jangan terlalu mengkhawatirkanku"

"Umm mulai hari ini Akasa tidak menjemputku ibu"

Ibu yang baru beres mencuci piring lalu menghampiriku

"Kenapa sayang? Apa kalian berdua bertengkar?"

"Tidak bu umm Aku tidak ingin bergantung lagi padanya lagi pula aku bisa berangkat menggunakan angkutan umum"jawabku

"Benar kita tidak boleh selalu bergantung kepada Keluarga Akasa,Ibu sanggup menafkahimu dari penjualan sayur"

"Cepat pergilah nanti ketinggalan bus"

Aku turun dari bus lalu berlari kecil sambil bersenandung riang

"Lupakan kejadian kemarin,Dara" gumamku

Tak lama langkahku perlahan berhenti setelah melihat Zoya sedang berdiri tersenyum sambil melambaikan tangan

"Ahhh apa dia tersenyum untukku?"

Dengan ragu ragu aku membalas lambaian tangannya

"Akasa" teriak Zoya

Lalu aku menoleh kebelakang melihat Akasa sedang berjalan sambil tersenyum ke arah Zoya

"Ah ternyata ke Akasa bukan kepadaku" ucapku

Aku pun hanya bisa menghela nafas ternyata benar apa yang Akasa katakan semalam

Ini adil untukku dan dirinya,Aku pun tidak bisa melarang Akasa untuk dekat dengan siapa pun

"Semoga saja mereka makin dekat lalu saling menyukai agar aku bisa jauh dari Akasa" batinku

Entah kenapa aku jadi tidak bersemangat yang biasanya aku selalu menyapa orang dilorong kelas ini hanya berjalan sambil menunduk ditambah lagi sekarang aku tidak memegang handphone

Begitu memasuki kelas Ardhani hanya menatapku bingung

Dengan lemas aku duduk dibangkuku

"Ada apa?"tanya Ardhani

Aku menoleh ke arah Ardhani

"Hahahaha tidak ada apa apa kok,Hari ini jadikan?"

"Wah aku sangat tidak sabar" ucapku

"Jadi nanti sepulang sekolah aku menunggu dipagar belakang sekolah" ucap Ardhani

"Tunggu kenapa harus kesana?"tanyaku

"Jaraknya lebih dekat"

Aku mengangguk mengerti lalu melihat ke arah pintu kelas yang biasanya Akasa sudah berdiri menungguku kini sudah tidak lagi

Ternyata sulit melupakan kebiasaanku bersama Akasa wajar ini baru hari pertama dihari selanjutnya aku pun akan terbiasa

Di jam istirahat pun aku masih duduk dikelas memang sangat membosankan tetapi ini lebih baik dari pada harus bertemu dengan Akasa

Tak lama Ardhani datang sambil membawa roti dan air mineral

"Ada apa denganmu? Makanlah lalu minum obat sedari tadi kau hanya duduk terdiam"

Aku pun tersenyum kecil

"Terima kasih Ardhani,Wah kau jadi perhatian padaku ya"

"Aku makan  rotinya ya"

Ardhani tersenyum simpul sambil menatapku yang sedang menikmati roti pemberiannya

"Habis ini mau ke rooftop?"tanya Ardhani

"Boleh nanti aku kesana duluan ya"

"Kenapa tidak kesana bersama sama?"tanya Ardhani

Aku langsung terdiam sambil menatap wajah Ardhani

"Baiklah kita akan kesana bersama sama"

Kini aku dan Ardhani sedang menaiki tangga menuju rooftop namun Ardhani tiba tiba saja terdiam sambil mengingat sesuatu

"Handphone ku tertinggal dimeja kelas,Tunggu aku akan kembali"

Ardhani langsung menuruni tangga meninggalkanku

Sesampainya di rooftop aku terkejut melihat Akasa sedang membereskan bangku dan meja

"Kau sedang piket?"tanyaku

Akasa lalu terdiam kemudian menoleh kebelakang

"Dara"

"Ah sebentar aku ingin menjelaskan sesuatu,Tentang pernyataan semalam itu tidaklah benar aku terbawa emosi jadi sungguh aku tidak dekat dengan Zoya itu  hanya sebatas teman aku pun tidak merasa nyaman dengannya maafkan aku karena sudah menyindirmu"

Aku menyipitkan mata karena cahaya matahari yang sangat cerah menerpa wajahku

"Tapi aku berharap itu benar"

"Maksudmu? Kau berharap aku dan Zoya dekat?"tanya Akasa

Aku mengangguk kecil

"Benar,Aku berharap kau dekat dengan Zoya agar aku bisa menjauhimu selama ini aku sudah menyita waktu dan menyulitkanmu"

"Katakan apa yang harus aku lakukan untuk bisa berbalas budi yang ibumu katakan semalam?"

Akasa menghela nafas

"Dara ku mohon jangan lakukan ini,Maafkan aku"

"Walaupun aku bersama dengan Zoya dan dirimu bersama Ardhani,Aku akan tetap menganggapmu sebagai calon tunanganku jangan menghindar ketika waktunya sudah tiba" jelas Akasa

"Oh iya Akasa satu lagi,Semangat semoga kau bisa memenangkan lomba olimpiade"

"Aku akan mendukungmu untuk itu"

Aku berjalan pergi meninggalkan Akasa disana seorang diri

Baru saja Ardhani menaiki tangga aku pun langsung menariknya untuk turun lagi

"Hey Ada apa?"tanya Ardhani bingung

Kami berdua langsung berpapasan dengan Zoya yang sepertinya ingin menghampiri Akasa

"Zoya aku membiarkanmu untuk dekat dengan Akasa bahkan kau boleh menyukainya"

"Semangat untuk lombanya" ucapku lalu menarik Ardhani untuk pergi

Kini Aku dan Ardhani sudah berada digudang sekolah

Aku pun masih memikirkan pernyataan Akasa menurutku ia mengatakan dengan jujur namun aku tetap dengan keputusanku demi Akasa

"Aku tahu masalahmu dengan Akasa"

"Jika kau membutuhkan waktu untuk sendiri kita lain kali saja pergi kesana" ucap Ardhani

"Tidak tidak justru itu yang membuatku untuk melupakannya"

"Aku ingin bermain denganmu karena aku sudah meminta izin kepada ibu jadi tidak perlu khawatir"

Ardhani mengangguk lalu mengeluarkan handphonenya dari dalam saku celana seragamnya

"Kau ingin bermain game?"

Aku menggeleng sambil tersenyum

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu"

"Ketika dirimu dilarikan kerumah sakit aku sangat bingung apa dirimu memiliki orang tua karena aku mengiranya kau tinggal seorang diri dan kau anak broken home"

Lantas Ardhani pun langsung tertawa lucu

"Haahahah tidak seperti yang dibayangkan memang semua orang mengira aku seperti itu tapi kenyataannya tidak benar"

"Keluargaku masih utuh aku pun memiliki seorang kakak yang bekerja sebagai kepala direktur disalah satu perusahaan"ucap Ardhani

"Wahhh aku baru mengetahuinya sepertinya orang tuamu sangat menyayangimu tapi kenapa kau seperti ini?"tanyaku

Ardhani menatap ke arah langit

"Aku seperti ini untuk balas dendam karena dulu orang tuaku tidak pernah akur sekalinya bertemu mereka akan bertengkar"

"Makanya aku melakukan ini agar mereka berpikir untuk saling menghargai lagi pula dulu aku sering menjadi pelampiasan amarah ayahku" jawab Ardhani

Aku mengangguk mengerti lalu mengusap pundak Ardhani

"Sekarang tidak lagi mulai sekarang kau harus menyayangi kedua orang tuamu karena akan menyesal jika kau berada diposisiku"

Ardhani mengerutkan dahi bingung

"Memangnya ada apa dengan orang tuamu?"

"Ayahku meninggal karena sakit padahal ia adalah orang yang sangat dekat denganku"

"Permisi ibu saya ingin membeli sayuran segar"

"Ahhh silahkan bu dipilih saja disini sangat lengkap" ucap ibuku

Pembeli tersebut mengambil tiga ikat sayur bayam

"Saya akan membeli ini umm apa disini menjual ikan segar juga?"

Ibuku terkekeh pelan

"Tidak bu disini hanya menjual sayuran"

"Ahhh jika begitu ibu bisa tidak memberitahuku soal resep ikan bakar? Karena jika saya melihatnya di internet tidak ada yang sama persis seperti yang diminta oleh anakku"

"Oh seperti itu,Bahan bahannya sangat sederhana kok bu sebentar ya saya catat dulu"

Ardhani melompati pagar belakang sekolah dengan cepat

"Ayoo lompat kau bisa tidak?"

Aku berdiri takut melihat pagar yang sangat tinggi

"Aku akan lewat pagar depan ya kau tunggu disini"

Ardhani menaiki pagar lagi

"Ayo naik dan pegang tanganku"

Lalu aku melihat keadaan sekeliling yang memang sepi ini sudah waktunya untuk pulang makanya aku dan Ardhani langsung  menuju kemari

"Baiklah aku akan naik jika aku terjatuh dan mati itu menjadi tanggung jawabmu ya"ucapku dengan hati hati menaiki pagar

Ardhani terkekeh pelan

"Jika sudah berada diatas langsung melompat kepunggungku ya"

"Pegangan yang erat"

Kini aku sudah berada diatas pagar sungguh aku baru pertama kali melakukannya dan ini sangat menakutkan

"Kau yakin?"tanyaku

"Ayo lompat"

"Ku hitung sampai tiga" ucap Ardhani

Belum saja berhitung aku langsung melompat begitu saja

Ardhani yang terkejut langsung menangkapku

Aku menutup kedua mataku

"Aku tidak mati kan Ardhani?"

Tidak ada jawaban darinya dengan perlahan aku membuka mata dan terkejut karena jarak antara wajah kami sangat dekat

Tiba tiba saja jantungku berdebar sangat hebat

"Ar-ardhani?"panggilku dengan nada gugup

"Sampai kapan kau ingin seperi ini?"

"Yak! Turunkan aku Ardhani!"