Chereads / Setitik Cahaya / Chapter 9 - 9 Malu bangett 2

Chapter 9 - 9 Malu bangett 2

Seperti yang aku bilang kemarin, hari Minggu ini aku tidak punya rencana apa-apa. Mau dirumah aja sambil nonton drakor, tapi bosen. Tidak ada yang bisa aku lakuin disini. Rumah ini bener-bener sepi. Papa dan mama juga entah kemana hari minggu begini. Tau ah! aku memilih untuk tidak terlibat dengan urusan papa dan mama.

Disela kebosanan aku memilih untuk keluar rumah dan pergi ke taman kompleks. Mumpung tidak terlalu siang. Taman ini selalu saja ramai dengan anak-anak. Mereka asik bermain kejar-kejaran dengan teman mereka atau orang tua mereka. Beruntung sekali meraka mempunyai orang tua yang selalu ada untuk menemani mereka.

Oh ya! sekarang aku lagi duduk disalah satu bangku taman yang ada disini sambil menikmati es krim coklat yang tadi aku beli di mamang penjual es krim. Aku terus menikmati setiap lelehan es krim dimulutku sambil memperhatikan sekitarku. Tak jauh dari sini aku melihat anak perempuan yang kelihatannya masih berumur antara 1 atau 2 tahunan. Dia memakai jilbab berwarna pink terlihat menggemaskan. Pipinya yang gembul menambah keimutannya. Sungguh pengen kucubit tuh pipinya. Gemeess bangett tau!

Tapi dia berjalan sendirian, entah kemana orang tuanya. Aku melihat ada batu yang lumayan besar disana. Sepertinya anak kecil itu tidak tahu dan terus berjalan ke arahku. Aku khawatir dia akan menabrak batu itu. Aku semakin gerget liatnya, gimana kalo dia entar jatuh! aduuhhh bingung nih harus ngapain?

Ah elahh dis gitu aja pakek bingung segala ya bantuinlah! Aku mengahampiri anak kecil itu yang hampir saja menabrak batu didepannya. untung saja! kataku dalam hati bersyukur dia tidak kenapa-napa. Aku jongkok memegang kedua sisi tubuh mungilnya tapi tidak mengangkatnya. Gadis kecil itu hanya tertawa-tawa riang. Sungguh gemaaass sekali!

" hampir saja! kamu lucu sekali sih! gemeess deh ", kataku pada anak kecil itu. Aku menciumi pipinya yang gembul. Lalu mencubitnya lembut. Haduh! anak siapa sih ini kok lucu banget. Orang tuanya mana sih! entar kalo dikira aku penculik anak gimana dong?

" mama kamu mana? ", tanyaku pada anak kecil yang asik berjingkat-jingkat dipeganganku. Tentu saja dia tidak menjawabnya. Dia hanya tertawa-tawa senang. Gemeess bangett deh, jadi pengen punya- eh belum waktunya dis. Maafkan ya! maklumlah aku kan gak punya adik. Jadi gemees banget kalo liat anak kecil begini.

" Verga! kamu disini ternyata, mama cariin kemana-mana ", ucap seseorang wanita yang menghampiriku. Kelihatannya dia ibunya anak ini deh. Gadis kecil tadi berkata, " mama mama ". Hanya itu yang diucapkan. Wanita tadi langsung mengambil gadis kecil yang dipanggilnya verga tadi lalu menggendongnya. Dia langsung menciumi wajah imutnya. Sepertinya dia cemas sekali.

" eh maaf mbak, tadi saya melihat anak mbak berjalan sendirian dan hampir menabrak batu tadi. Saya langsung menghampirinya ", kataku menjelaskan apa yang terjadi. Supaya tidak salah faham! kak gawat kalo aku dikira mau nyulik anaknya. Aku memanggilnya 'mbk' karna menurutku dia tidak terlalu tua. Kelihatan muda banget malahan. Dan mungkin saja usianya masih dibawah kak Ellin. Dia cantik dan terlihat anggun dengan baju gamis yang dikenakannya. Wanita yang feminim menurutku.

" iya gakpapa, mbaknya tidak usah minta maaf justru saya yang berterima kasih sudah menjaga verga mbak. Saya tidak tau lagi kalo verga sampai bertemu orang jahat. Sekarangkan lagi rawan penculikan anak mbak. Salah saya sendiri tadi yang ceroboh tidak memperhatikan verga, malah asik ngobrol sama penjual es krim tadi. Saya khawatir banget waktu tau verga sudah melepas pegangan saya, sekali lagi terimakasih ya mbak ", jelas wanita itu panjang kali lebar. Aku tersenyum mendengarnya.

" iya mbak sama-sama, anak mbak lucu banget "

" hihihi iya mbak anak kecil memang lucu, oh ya mbak kenalin nama saya Areta panggil saja reta ", katanya memperkenalkan diri.

" saya Sabita mbak ", mbak reta tersenyum melihatku. Kalian pasti heran kenapa aku memperkenalkan diriku dengan nama Sabita! Aku gak bohong kok itu memang namaku, ' Adisha Sabita Gutama '. Tidak ada maksud apa-apa kok, cuma pengen aja! biar gak Adisha mulu.

Kami akhirnya duduk dibangku taman dan mengobrol berdua. Sebenarnya aku orang yang tidak pandai berkomunikasi dengan orang baru, ya kalian tau sendirilah ya gimana aku? tapi mbak reta ini orang nya asik dan dia selalu punya topik untuk dibicarakan. Jadilah kita kayak udah temenan lama. Tak lama kami ngobrol, mbak reta pamit mau pulang. Katanya papa verga udah nyariin dia. Aku sendirian lagi deh!

Aku senang bisa berkenalan dengan mbak reta. Orangnya ramah banget dan tentu saja baik. Andaikan kak Genta bisa nikah sama orang yang kayak mbak reta, aku pasti seneng banget. Aku takut nantinya kak Genta bakal tidak peduli lagi sama aku kalo udah punya pendamping hidup. Tapi kalo nikahnya sama orang kayak mbak reta, udah pasti aku setujui. Ternyata hari mingguku kali ini tidak begitu buruk. Aku cukup terhibur dengan suasana taman disini. Apalagi tadi ketemu sama verga dan mbak reta. Pokoknya seneng banget deh, gak tau kenapa! seneng aja pokoknya.

♡♡♡

Hari Senin adalah hari yang paling menyebalkan bagi kami para siswa. Karna setelah hari libur, harus bergelut lagi dengan pelajaran-pelajaran sekolah yang bikin pusing. Belum lagi kalo ada PR ataupun tugas, sudah dipastikan hari senin menjadi hari yang menyebalkan diantara hari-hari yang lain.

" Fara! ", panggilku saat aku melihat Fara yang berjalan didepanku.

" eh dis! kamu sudah datang ", kata Fara basa-basi.

" emm ", kataku mengangguk. Tapi kemudian kami berdua melihat Gerald dari arah parkiran. Jangan tanyakan Fara, sekarang dia seperti mau menerkam mangsanya. Fara berjalan mendekati Gerald.

" eh Ra! mau kemana? ", Fara mengahampiri Gerald. Lalu aku menyusulnya.

" Gerald! ", panggil Fara. Yang dipanggil pun menoleh kearah kami berdua. Wajahnya terlihat sedikit terkejut dengan kedatangan kami. Mungkin Gerald merasa bersalah karna tidak datang kemarin.

" Fara! Adisha! kalian masih disini? ", mungkin Gerald sudah tahu kalo dia akan kena marah kami berdua. Eh bukan kami tapi Fara. Meski aku marah dan kesel, tapi kalian tau sendirilah aku bagaimana? sudahlah lupakan tidak penting, sekarang Fara mulai marah-marah ke Gerald.

" kemana aja kamu kemarin? kamu gak tau apa kalo aku sama Disha sudah menunggu kamu berjam-jam, kalo kamu gak bisa datang seenggaknya kamu kan ngasih tau kita! ", ucap Fara sebel.

" maaf deh Ra! dis! kemarin tuh emang aku mau ke perpus, tapi tiba-tiba aku dapet telpon dari mama dan itu urusan penting sekali, jadi maaf ya aku nggak ngabarin kalian dan membuat kalian menunggu, tadinya aku mau memberitahu kalian berhubung aku tidak punya nomor kalian jadi-- ", Jelas Gerald panjang kali lebar. Udah kayak luas persegi panjang aja! Fara memotong penjelasan Gerald.

" jadi gak jadi memberitahu kami terus ngebiarin kita gitu aja! ", potong Fara masih dengan wajah sebalnya.

" tenang Ra! ini masih pagi tau, kamu gak perlu marah-marah kayak gitu ", aku menenangkan Fara.

" udah dis diem aja, dia memang harus dimarahin biar gak ngulangi lagi, emang enak apa disuruh nunggu berjam-jam ", Fara masih dalam mode marahnya. Aku bingung harus bagaimana. Dan Gerald dia diem saja mendengarkan Fara mengomel padanya. Sepertinya dia sadar kalo emang telah berbuat salah.

" iya Ra kamu bener aku emang salah jadi aku minta maaf-- ", ucapan Gerald segera dipotong Fara lagi.

" maaf kamu bilang? kamu pik-- ", belum sampai selesai Fara mengucapkannya, Gerald sudah berbicara lebih dulu.

" Aku sudah mulai menyusunnya dirumah Ra! ting-- ", ucapan Gerald dipotong Fara lagi. Ini kenapa sih pada main potong-potong kalimat, pusing aku dengernya.

" waaahh beneran! ngomong kek dari tadi, kan aku gak perlu ngeluarin tenaga banyak-banyak buat marahin kamu ", Astaga! aku melongo menatap Fara tak percaya. Tadi aja marah-marah sekarang wajahnya malah terlihat cerah. Tapi aku juga setuju sih sama Fara, gak nyangka juga Gerald akan mulai menyusunnya sendiri dirumahnya. Syukur deh! biar gak lama-lama marahnya! bisa darah tinggi entar!

" siapa suruh kamu terus ngomel aja dari tadi gak denger penjelasanku sampai selesai, main potong-potong aja ", ucap Gerald tak kalah sebel dari Fara. Aku baru tau Gerald juga bisa sebel seperti ini. Aku kira dia bakal terima aja Fara marahin atau paling gak dia bakal minta maaf lagi pada kami.

" ya kamu sih gak bilang dari awal, kan akunya jadi salah faham ", Fara tak terima dengan perkataan Gerald. Astaga! ini Napa malah jadi ribut lagi sih!

" kalian kenapa ribut lagi sih, gak usah dipermasalahin lagi deh, kita tuh tim harusnya kita kompak bukan malah berantem kayak gini, dan kamu Gerald! kamu seharusnya minta maaf lagi bukan malah nyalahin Fara lagi, kamu juga Fara seharusnya kamu mendengarkan penjelasan Gerald lebih dulu sebelum marah-marah gitu ", tanpa aku sadar Fara dan Gerald memperhatikanku. Astaga! aku baru sadar! kenapa aku bisa ngomel kayak gini sih. Aduuuh malunya aku! Kenapa juga aku nasehati mereka seharusnya aku diem aja tadi. Aku merutuki kebodohanku.

" kenapa! ", tanyaku sinis pada mereka berdua mencoba mengusir rasa maluku ini.

" aku gak nyangka dis kamu bisa ngomong kayak gitu ", ucap Fara disertai tawa.

" baru kali ini aku melihatmu marah-marah gitu dis ", tambah Gerald yang menatapku heran tapi sambil tersenyum. Nah gimana tuh! heran tapi sambil senyum? bayangin aja sendiri ya gimana ekspresinya.

Jangan tanyakan aku bagaimana, sudah pasti aku sangat sangat sangat maluuuu bangettt. Eh lebay deh! tapi aku emang beneran malu ini.

" tau ah udah bel tuh, aku ke kelas dulu ", untung saja udah bel masuk, aku segera meninggalkan mereka berdua dan bergegas menuju kelas. Fara sudah pasti tertawa dibelakang. Dan Gerald! aku tak tau gimana ekspresinya. Entah mau ditaruh mana mukaku nanti. Ya ditaruh ditempatnya lah dis! gimana sih, gitu aja pakek nanya. Tau ah, nanti-nanti mereka juga lupa sendiri. Aku meyakinkan diriku sendiri.