Chereads / Setitik Cahaya / Chapter 6 - 6 Lomba Renang!

Chapter 6 - 6 Lomba Renang!

Sekarang kelas 12 IPA 3 dan kelas 12 IPA 1 sudah berada di kolam renang sekolah kami. Ya! sekolah ini memiliki kolam renang sendiri, hebat bukan? Padahal jarang sekali sekolahan ada kolam renangnya. Renang memang menjadi salah satu ekskul disekolah ini.

Banyak juga yang tertarik dengan ekskul renang ini. Bahkan siswa alumni sekolah ini sudah menjadi perenang internasional. Dan sekolah ini sudah menjuarai banyak perlombaan renang di berbagai tingkat.

"Selamat pagi anak-anak!" ucap pak John sebagai sapaan semangat pagi ini.

"Pagi pakkk," jawab kami semua serempak.

"Kelas olahraga kali ini menjadi istimewa, karena kelas 12 IPA1 dan kelas 12 IPA 3 bergabung menjadi satu, kali ini kita akan mengadakan pertandingan renang antara kelas 12 IPA 1 dengan kelas 12 IPA 3. Tapi hanya untuk nomor putra saja. Sedangkan untuk siswa putri kalian akan mendukung kelas masing-masing! Bagaimana? kalian siappp!" kata pak John penuh semangat. Seketika riuh seluruh siswa-siswi memenuhi area.

"Siaaaapp," semua bersorak semangat. Kemudian pak John menyuruh para siswa laki-laki berganti dengan pakaian renang. Biasanya pakaian renang mereka, diletakkan di loker masing-masing.

Semua siswa laki-laki, baik dari kelas 12 IPA 3 maupun kelas 12 IPA 1 tengah bersiap-siap melakukan pemanasan sebelum masuk ke kolam renang. Dan kami para siswa perempuan berdiri dipinggiran kolam saling menyemangati kelas masing-masing. Jarang-jarang kita bisa melihat para cowok ini bertelanjang dada, apalagi melihat cowok dari kelas lain. Tidak selalu ada materi atau pertandingan renang antar kelas seperti ini.

Hampir semua siswa perempuan berteriak-teriak melihat para cowok yang setengah naked itu. Dan rata-rata cowok disini, memiliki postur tubuh seperti atlet. Aku saja sampai tertegun melihatnya.

"Astaga dis! coba deh kamu lihat!" ucap Fara yang berada di sampingku. Aku menoleh kearahnya, tapi tatapannya tidak padaku. Aku mengikuti pandangannya. Astaga! Aku menepuk dahiku pelan. Fara sedang melihat Gerald yang berdiri diantara para cowok. Aku pikir ada apa! eh ternyata!

"OMG dis! Gerald kereen banget, apalagi tuh perut! kelihatan sispack banget deh," sambung Fara terpesona melihat 'pemandangan' didepannya.

"Apaan sih Ra? kamu lebay banget deh."

"Iiih Dishaaa! ini tuh bukan lebay, tapi memuji ciptaan Tuhan yang begitu indah dis," ucap Fara tak terima. Aku tertawa mendengarnya. Gerald memang kereen sih, tapi tidak usah sampai segitunya juga kali.

"Aku udah sering liat yang kek gituan Ra," tambahku yang membuat kening Fara mengernyit.

"Sering? astaga dis! aku gak percaya deh, kamu ternyata diam-diam menghanyutkan ya!" Fara menatapku. "Kamu liat siapa memang? Hayoo ngaku! Kamu punya pacar ya tapi gak bilang-bilang sama aku, kamu jahat banget sih dis!" lanjut Fara dengan tatapan menyelidik.

"Enak aja! makanya dengerin aku dulu sebelum kamu buat kesimpulan Ra!"

"Terus kamu liat siapa dong kalo bukan pacar kamu?" tanyanya lagi.

"Kak Genta, dia jauh lebih keren kali, dari pada mereka semua Ra," jawabku memuji-muji kak Genta. Kalo saja kak Genta tau aku memuji-mujinya, pasti dia bakal ngetawain aku deh. Karena biasanya aku suka marah-marah kalo kak Genta tidak memakai baju dan hanya memakai celana pendek doang.

Bagaimana tidak marah coba? Kak Genta selalu saja menjailiku dengan mengapit kepalaku di ketiaknya. Kan joroook banget! Tapi sekarang aku malah memuji-mujinya. Biarlah sekali-sekali, toh kak Genta juga gak bakal tau. Perut kak Genta memang sispack, postur tubuhnya seperti atlet. Kak Genta memang sering melatih otot-ototnya saat masih dibangku sekolah dulu. Bahkan tak jarang aku diajak menemaninya pergi nge-gym atau sekedar olahraga lari keliling taman kompleks.

"Itukan kakak kamu dis! Ya bedalah auranya. Coba aja kamu bandingin, antara melihat kakak kamu dengan melihat Gerald ataupun Dave, pasti perasaanmu berbeda. Entar deh buktiin kalo kamu gak percaya," tukas Fara sambil melipat tangan didepan dada.

Emang bisa gitu ya? bukannya mereka sama-sama cowok, pasti sama ajalah. Apanya yang beda? Aku tak mengerti maksud Fara. Dan lagi, kenapa pula dia membawa-bawa si Dave? bukannya tadi kita cuma membahas Gerald ya? Tapi aku menanggapi perkataan Fara dengan mengangkat bahuku seolah tak peduli.

Saat percakapanku tadi dengan Fara, Pak John menyuruh semua peserta untuk bersiap-siap.

"Baik anak-anak, lomba akan segera dimulai. Masing-masing kelas, segera membentuk barisan kebelakang, perenang terakhir akan menentukan siapa pemenangnya, jadi lebih baik kalian pilih orang yang menurut kalian terbaik!" jelas pak John. Masing-masing siswa IPA 3 dan IPA 1 telah berdiri di papan start mengambil posisi siap dengan mencondongkan badannya ke depan dan pinggul sedikit diangkat, tangannya menggenggam balok start mengambil ancang-ancang siap masuk kedalam kolam.

"Siaaap!" Pak john memberi aba-aba kemudian meniup peluitnya dengan keras.

Seketika dua orang yang sudah siap diatas balok start melompat ke air. Siswi perempuan berteriak menyemangati kelas masing-masing. Terlihat dua orang tadi berenang hingga ujung kolam kemudian kembali lagi. Keduanya saling susul menyusul. Kemudian dilanjut perenang selanjutnya yang berenang hingga ujung kolam kemudian kembali lagi ke titik start. Mereka saling susul menyusul lagi. Saat kelas 12 IPA 1 berhasil kembali ke titik start lebih awal tapi kemudian berhasil disusul lagi oleh kelas 12 IPA 3. Tak bisa dipastikan siapa pemenangnya. Mereka semua hebat seperti sudah profesional.

"Ayoooo semangaaaattt IPA 1," teriakan dari para siswi perempuan kelas 12 IPA 1 memberi semangat. Kelas 12 IPA 3 pun tak mau kalah, mereka juga bersorak penuh semangat demi menyemangati teman-teman yang sedang berenang melawan kelas 12 IPA 1.

Aku dan Fara juga menyaksikan pertandingan renang yang sangat seru ini. Hingga tersisa perenang terakhir, mereka adalah Dave dan Gerald. Gerald berhasil berenang lebih dulu karena perenang sebelumnya telah sampai dititik start. Terlihat Dave juga yang menunggu perenang didepannya sampai dititik start.

Dave mengambil posisi siap. Saat perenang yang sebelumnya telah sampai di titik start, Dave segera berenang menyusul Gerald yang sudah didepan. Teriakan para pendukung pun semakin ramai. Suara riuh penonton memenuhi ruangan. Disana Gerald sudah berbalik berenang ke arah titik start yang juga merupakan finish.

Disusul Dave yang terlihat mulai berbalik arah menuju arah finish. Untuk sementara Gerald masih memimpin didepan. Namun saat sudah mulai dekat dengan finish, tiba-tiba Dave sudah berhasil menyeimbangi Gerald. Posisi mereka hampir sama sekarang. Kami semua menyaksikan detik-detik menegangkan ini, siapakah yang akan berhasil mencapai garis finish lebih dulu? Para penonton semakin riuh, bersorak menyemangati perenang terakhir itu. Aku dan Fara juga harap-harap cemas menunggu siapa yang akan sampai di finish lebih dulu.

"Ayooo Gerald," Fara berteriak menyemangati Gerald. Aku menoleh ke arahnya. Kenapa Fara malah menyemangati kelas lain coba!

"Kenapa kamu malah menyemangati Gerald? bukannya Dave? Gerald kan dari kelas lain Ra." Aku menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Cuma menyemangati doang dis, aku tetap mendukung kelas kita kok, lagian nggak ada aturannya kita dilarang menyemangati kelas lain kan?" Fara mengangkat bahu acuh. Astaga! apa bedanya coba! itu sama aja memberi dukungan kelas lain kali!

"Ta--" Sebelum aku mengatakan sesuatu, Fara lebih dulu memotongnya..

"Stopp! Kamu gak usah bicara apapun dis! mending kamu menyemangati Dave biar aku yang menyemangati Gerald ok!" ucap Fara kemudian mengalihkan pandangannya ke area perlombaan. Baiklah! tidak ada salahnya juga Fara menyemangati Gerald. Aku juga akan menyemangati Dave. Sebagai teman satu kelas harus mendukung bukan? Ingat, 'se-ba-ga-i te-ma-n sa-tu ke-las' bukan lebih.

"Semangaaaatt Dave!" teriakku. Aku tidak berharap suaraku didengar oleh Dave, karena disini berisik sekali. Aku menyaksikan lagi pertandingan renangnya. Gerald dan Dave berenang hampir beriringan.

Di detik-detik terakhir mendekati finish, Dave berhasil mendahului Gerald. Dan akhirnyaaaa.....Dave yang pertama menyentuh ujung kolam. Kelas kami menang dengan selisih beberapa detik saja. Itu sungguh detik-detik yang menegangkan sekali. Aku dan teman-teman kelas 12 IPA 3 bersorak senang, tak kusangka Dave hebat dalam berenang meski dia malas dalam pelajarannya.

Dave masih berada di kolam, dia mengepalkan tangannya lalu berkata 'yes'. Dia seolah bangga telah memenangkan pertandingan ini. Dan Gerald, dia memberi selamat ke Dave yang telah berhasil memenangkan perlombaan. Mereka berdua berjabat tangan, lalu saling menepukkan bahu mereka, tos ala-ala cowok. Pak John memberi selamat untuk kelas 12 IPA 3 terutama ke Dave, karena telah membawa kemenangan untuk kelas kami.

Tak ada hadiah memang, hanya saja pak John menjanjikan memberi nilai yang baik untuk mata pelajaran ini. Meski begitu kelas olahraga kali ini cukup menyenangkan. Kemudian pak John menyuruh kami istirahat karena kelas olahraga sudah berakhir.

Aku dan Fara masih disini menunggu Gerald dan Dave yang masih belum keluar dari kolam sejak tadi. Saat sebagian siswa sudah pergi meninggalkan kolam renang, Dave dan Gerald keluar dari air. Gerald menghampiriku dan Fara begitupun dengan Dave.

"Fara! Adisha! selamat ya kelas kalian menang!" ucap Gerald memberi semangat.

"Iya Gerald, kamu tadi keren banget tau," puji Fara. Aku yang disampingnya hanya tersenyum.

"Lebih keren juga aku Ra, ya nggak dis?" sahut Dave percaya diri.

"Eh iya Dave kamu tadi keren kok, Gerald juga, kalian berdua sama-sama keren." Aku memuji mereka berdua karena memang begitulah adanya.

"Idiihh elo kok PD banget sih nyet!" ejek Fara. Aku dan Gerald tertawa melihat Fara.

"Oh ya! kita jadi ngerjain karya tulis ilmiah buat lomba, Dis, Ra?" kata Gerald menatapku dan Fara bergantian.

"Jadi kok ge, mau sekarang atau nanti saja habis pulang sekolah?" tanya Fara.

"Habis pulang sekolah aja Ra, biar lebih santai lagian sekarang sudah hampir bel, gak bakal sempet ngerjainnya."

"Ok tidak masalah, kalo kamu dis gimana?" Fara menoleh kepadaku.

"Aku juga tidak masalah kok," jawabku.

"Baiklah nanti sepulang sekolah, kita bertemu diperpus ya! sampai jumpa nanti siang, aku pergi dulu mau ganti baju," pamit Gerald kemudian.

"Kalian tega banget sih, ngacangin gue dari tadi," ucap Dave yang sejak tadi hanya diam saja memperhatikan obrolan kami dengan Gerald.

"Kenapa juga gue harus peduli sama Lo Dave!" sarkas Fara.

"Wahhh, elo emang bukan temen gue Ra, jahat lu," gurau Dave.

Aku terus memperhatikan keduanya yang lagi berdebat. Dan tak sengaja aku melihat Dave lalu teringat perkataan Fara tadi soal kak Genta. Sebelumnya aku memang belum pernah melihat Dave berpenampilan seperti ini. Rambutnya yang basah membuat Dave terlihat cool. Bahkan otot-ototnya terbentuk dengan sempurna. Dan tetesan air diwajahnya membuatnya semakin terlihat....

Astaga apa yang kamu pikirkan Disha!

"Astaga Disha! Kamu tidak usah sampai segitunya memperhatikan Dave dis, lebih keren juga Gerald tadi," ucapan Fara mengejutkanku. Lalu kemudian mata Dave beralih padaku. Untung saja ekspresi tubuhku tidak memperlihatkan seperti orang terkejut. Tapi entah raut wajahku bagaimana.

"Eh, enggak kok, aku tidak memperhatikan Dave, hanya saja tadi aku sedang memikirkan sesuatu Ra," sanggahku membela diri. Lebih tepatnya agar tidak ketahuan kalau aku sedang memuji penampilan Dave saat ini.

"Memikirkan apa dis? Jangan-jangan kamu lagi mikirin Dave ya!" Fara tertawa meledekku. Aku malu sekali sebenarnya, Fara selalu saja meledekku seperti itu. Sebel deh!

"Enggak! aku nggak mikirin Dave," bantahku.

"Terus kamu mikirin apa kalo bukan Dave?" goda Fara dengan menaik turunkan alisnya.

"Apa aja Ra, yang jelas bukan Dave," kataku berbohong. Dan Fara, dia menertawakanku. Bisa gawat kalo aku ketahuan memuji Dave. Fara pasti bakal menggodaku terus.

"Gak masalah kok Dis kalo lo mikirin gue, gua kan emang ganteng dis, kereen lagi!" Dave menyahuti dengan gaya ke PD-annya itu. Boleh gak ku timpuk aja kepalanya? Biar tingkat ke PD-annya berkurang.

"Idiiihh! Mau banget lo dipikirin sama Disha?! sergah Fara.

Aku tertawa melihatnya. "Udahlah kalian berdua selalu aja ribut, Dave mendingan kamu segera ganti baju gih! Entar masuk angin lagi!" Aku menengahi mereka berdua dan menyuruh Dave berganti baju.

"Ayoo Ra! Kita ke kantin." Aku mengajak Fara pergi dari sini lebih tepatnya aku ingin menghindari Dave.. Setelah berteriak-teriak membuatku merasa lapar.

Istirahat kali ini lebih lama dari biasanya. Pak John sedikit memberi kita watku lebih. Bahkan walau hanya menjadi tim pendukung saja, itu membuatku lapar dan haus. Aku dan Fara sudah duduk dikantin. Seperti biasa, Fara memesan satu mangkok bakso dan segelas es teh. Aku juga sama, memesan satu mangkuk bakso tapi dengan segelas es jeruk.

"Eh Dis kamu tau nggak?" Fara memulai obralan.

"Hmm, apa?" Aku yang tadinya melihat kearah samping beralih menatap Fara yang duduk didepanku.

"Kamu tau nggak, tadi kenapa si Dave bisa menang?" tanya Fara.

"Emmm karna dia memang jago mungkin," kataku menebak.

"Bukan karena itu." Fara menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dia memang jago berenang sejak kecil dis, tapi bukan itu alasannya," lanjut Fara.

"Terus kalo bukan karena itu karena apa coba?" tanyaku.

"Dia bisa sampai ke finish lebih dulu, karna dia mendengar kamu menyemangatinya dis," ucap Fara.

"Hahaha, masa sih Ra! Gak mungkin lah, lagian suaraku gak bakal kedengaran Ra. Secara, tadi tuh berisik banget. Lagi pula kenapa juga dia bisa menang cuma gara-gara aku yang menyemangatinya Ra, gak mungkin deh, kamu membuat hipotesis yang salah Ra." Aku tertawa dan membantah perkataan Fara. Ada-ada saja si Fara!

"Benaran dis, kamu mau tahu sesuatu nggak?" tanya Fara. Tapi aku masih tertawa.

"Apa?" kataku setengah penasaran. Fara mengisyaratkan agar aku mendekat padanya. Dia membisikkanku sesuatu. Setelah mendengarnya aku malah tertawa lebih keras dari sebelumya.

"Iiihhh kamu kok malah tertawa sih dis!" ucap Fara. Dia sepertinya sebal melihatku. Tapi memang kata-kata Fara membuatku ingin tertawa.

Aku menghentikan tawaku, lalu berkata, "Kamu ngomong apa sih Ra! itu malah kemungkinan yang tidak mungkin Ra! Mana mungkin Dave suka sama aku, kamu ada-ada saja."

"Iihh Disha! Kamu memang nggak peka Dis jadi cewek, apa aku bilang, kamu kelamaan jomblo Dis makanya jadi tidak tahu kalo ada seseorang yang suka sama kamu," ucap Fara sebal. Kenapa pula dia malah menyangkut pautkan soal itu. Emang ada hubungannya ya? Antara jomblo sama kurang peka? Tau ah! aku tidak mengerti.

"Itu tidak ada hubungannya Ra. Dari pada kamu kesel, mendingan kamu cepet makan baksonya, keburu dingin Ra, entar jadi gak enak lagi," kataku mengalihkan pembicaraan ini.

Aku tidak mau GR memikirkan kalau Dave memang benar menyukaiku. Biarlah takdir yang menentukan. Lagian aku juga tidak mau pacaran. Setiap Fara membicarakan tentang Dave padaku, pasti aku anggap itu sebagai gurauan saja. Aku tidak mau terjebak dalam urusan percintaan anak ABG. Aku tidak tertarik dengan itu! seperti kataku, itu hanya membuang-buang waktu saja.

Setelah itu tak ada lagi pembicaraan tentang Dave saat kami makan.