"Fara, Disha! Kalian sudah datang? silahkan duduk," kata pak Zen ketika aku dan Fara sudah masuk ke ruangannya. Kami berdua mengangguk dan segera menuruti perkataannya. "Ada apa bapak memanggil kami kemari?" Fara bertanya duluan ke pak Zen. Aku juga penasaran sih sebenarnya.
"Sebentar, kita tunggu satu orang lagi, biar bapak tidak perlu menjelaskan ulang."
Pak Zen meminta kami menunggu satu orang lagi. Siapa? Emang ada orang lagi selain kami? Tiba-tiba terdengar suara pintu ruangan pak Zen diketuk dari luar. Pak Zen mempersilahkannya masuk.
cklekk..
Sosok laki-laki muncul dari balik pintu. Sepertinya aku pernah melihatnya deh!
"Gerald! akhirnya kamu datang juga, silahkan duduk! Nanti bapak akan menjelaskan kenapa kalian dipanggil kesini," kata pak Zen dengan tersenyum. Aku dan Fara refleks menoleh kebelakang. Dan yang dipanggil Gerald itu melangkah mendekati kursi di samping Fara.
"Gerald?" ucap Fara refleks. Aku menyikut lengan Fara, menatapnya seolah bertanya ada apa. Tunggu dulu! Gerald? Dia yang dibicarakan seluruh sekolah akhir-akhir ini bukan? Tapi perasaan aku pernah bertemu dengannya, tapi dimana ya? Aku mengingat-ingat.
Ah iya! Dia kan yang membantuku membawakan buku ke ruangannya Miss Jenny. Tapi perasaan waktu itu dia tidak memperkenalkan namanya dengan nama 'Gerald' deh! Bukannya dia mengatakan padaku kalo namanya itu Gege ya? Ah mungkin diambil dari huruf depannya kali ya! Ah sudahlah!
"Iya Fara, mungkin kalian berdua belum kenal karena kalian beda kelas, perkenalkan ini Gerald anak kelas 12 IPA 1, dia siswa pindahan sejak kelas 11 dulu." Pak Zen memperkenalkan sosok Gerald itu pada kami.
"Dan Gerald, perkenalkan juga ini Fara dan Adisha, mereka anak kelas 12 IPA 3." Pak Zen menunjuk aku dan Fara satu per satu memperkenalkan kami pada Gerald. Gerald menatap aku dan Fara. Dilihat dari ekspresi tubuhnya, dia seperti sedikit terkejut melihat ku. Atau ini perasaanku saja?
Aku, Fara dan si Gerald itu hanya mengangguk.
"Baiklah! karena semuanya sudah ada disini, bapak akan menjelaskannya." Pak Zen berhenti sesaat mengambil napas sebentar, lalu tersenyum menatap kami bertiga.
"Begini anak-anak, bulan depan akan diadakan lomba karya tulis ilmiah tingkat SMA, bapak ingin kalian bertiga mengikutinya, itu akan sangat berguna buat kalian saat mendaftar ke universitas nanti, dilihat dari nilai-nilai kalian selama ini, bapak pikir kalianlah yang cocok untuk mengikuti lomba ini, bagaimana? apa kalian setuju?" Pak Zen menjelaskan panjang lebar. Kami bertiga mendengarkan dan menyimak setiap perkataannya.
"Lombanya diadakan kapan pak?" tanya Fara.
"Deadline untuk lombanya bulan depan, jika kalian lolos tahap pertama kalian akan mengikuti untuk tahap selanjutnya," jelas pak Zen lagi.
"Bulan depan pak? Bukankah itu terlalu mendesak? Bahkan kami belum mempersiapkan apapun." Fara terlihat cemas mengetahui bahwa lombanya diadakan bulan depan. Sebelum pak Zen merespon Fara, Gege alias Gerald memotong lebih dulu.
"Boleh saya melihat bagaimana prosedurnya pak?" tanya Gerald. Sepertinya benar kata Fara, Gerald termasuk siswa yang pintar.
Pak Zen memberikan beberapa kertas kepada Gerald.
"Ini! semua yang berkaitan dengan lomba bisa kalian lihat disini atau bisa juga kalian lihat di web site resminya universitas yang menyelenggarakan lomba ini, web site nya juga tertulis dikertas ini, nanti kalian cek sendiri." Aku dan Fara melihat kertas yang dipegang Gerald. Gerald memberikan beberapa kertas yang lain untuk kami baca.
"Baiklah kalian pikirkan terlebih dahulu, bapak tidak akan memaksa kalian, sekarang kalian boleh keluar dan mendiskusikan bagaimana kelanjutannya, tapi jangan terlalu lama memikirkannya." Pak Zen mempersilahkan kami keluar. Kami mengangguk dan segera pamit keluar dari ruangan pak Zen.
Saat sudah diluar....
"Gerald! Kamu Gerald yang populer itu kan?" Fara langsung membombardir Gerald dengan pertanyaan. Begitulah Fara, dia selalu mudah akrab dengan orang lain.
"Eh, populer ya?" ucap Gerald dengan terkekeh sambil mengusap-usap rambut lebatnya.
"Waaah gak nyangka banget kita jadi satu tim, ya nggak dis?" Fara menatapku meminta persetujuan.
"Eh, iya gak nyangka kita jadi satu tim," kataku sedikit gugup.
"Btw, kenalin aku Fara, tadi kita belum kenalan secara resmi." Fara menjulurkan tangan, memperkenalkan dirinya secara resmi.
"Sepertinya aku tidak perlu menyebutkan namaku deh!" ucap Gerald PD dan menerima jabat tangan Fara. Aku dan Fara tertawa mendengarnya.
"Hahah tentu saja, seluruh sekolah juga sudah tahu siapa kamu Gerald." Fara tertawa ringan. Sekarang Gerald beralih menatapku, lalu mengulurkan tangannya juga padaku.
"Kamu pasti Adisha ya," kata Gerald menyebut namaku. Dia tahu namaku? bagaimana bisa? ah iya, tadikan pak Zen sudah memperkenalkan kami bertiga.
"Eh, iya." Aku menerima jabat tangan Gerald.
"Senang bertemu denganmu lagi," kata Gerald lagi. Aku hanya mengangguk saja, bingung harus berkata apa.
"Lagi? kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?" tanya Fara penasaran. Dan aku mengangguk.
"Iya dia yang membantuku membawa buku keruangannya Miss Jenny waktu itu." Fara hanya manggut-manggut saja.
Setelah acara kenal memperkenalkan itu, kami membahas tentang lomba yang dibicarakan pak Zen. Kami bertiga sudah sepakat akan mengikuti lomba. Kata pak Zen ini kesempatan terakhir untuk anak kelas 12 mengikuti perlombaan. Sebenarnya untuk kelas 12 sudah tidak diizinkan ikut acara perlombaan seperti ini. Biasanya yang diutamakan mengikuti lomba adalan kelas 10 dan kelas 11. Tapi karna ini masih semester 1, jadi masih tidak masalah kalo kami ikut. Setelah itu kami harus fokus belajar untuk persiapan ujian nasional nanti.
Setelah ini, Gerald yang akan memberitahu keputusan kami ke pak Zen. Setelah tak ada lagi yang dibicarakan, kami kembali ke kelas masing-masing, karna sebentar lagi bel berbunyi. "Dis! kenapa kamu gak bilang kalo kamu sempet bertemu dengan Gerald?" Fara bertanya padaku saat perjalanan menuju kelas.
"Ya karna itu gak penting, lagian aku gak tahu kalo itu Gerald, waktu itu dia mengatakan kalo namanya itu Gege." Aku mengangkat bahu acuh.
"Astaga dis! Bagaimana bisa kamu terlihat biasa aja habis ketemu sama cowok ganteng, apalagi habis dibantuin gitu." Fara menepuk dahinya tak percaya melihatku. Seperti biasa, Fara selalu melebih-lebihkan.
"Lagi-lagi kamu membahas itu, memangnya aku harus bersikap bagaiman fara sayang! Aku harus teriak teriak gitu kesemua orang, terus bilang 'heyy aku habis ketemu sama cowok ganteng dan populer disekolah ini,' gitu?" kataku mendramatis.
"Ya nggak gitu juga kali dis, seenggaknya kan kamu bisa cerita ke aku dis kalo habis ketemu cogan."
"Ya mana aku tahu Ra, aku kira itu bukan sesuatu yang penting deh."
"Tau ah dis! ngomong sama kamu nggak seru!" ucap Fara. Kelihatannya dia sebel deh! Fara kenapa sih? Masa gara-gara gitu doang ngambek, lagi PMS tuh anak? Fara nyelonong begitu saja meninggalkanku yang masih berdiri mematung.
"Eh, Faraaa! tungguuu!" kataku saat melihat Fara sudah berjalan agak jauh didepanku. Aku berlari menyusulnya. Sedangkan Fara, dia tak mempedulikanku.
"Kamu kok ninggalin aku sih, kamu marah?" kataku tepat ketika aku sudah disamping Fara.
"Siapa yang marah?" ucap Fara cuek dan terus berjalan.
"Itu kamu marah, buktinya kamu langsung pergi begitu saja, kamu juga gak mau menatapku, kamu marah? Maaf deh kalo gitu, please jangan marah ya Ra? hmm?" Aku berkata panjang lebar mencoba membujuk Fara. Fara tiba-tiba berhenti lalu menatapku. Ada apa sih Fara!
"Hmmpphh hmmpphh." Fara menahan tawa. Kemudian tiba-tiba melepaskan tawanya, "Hahahaha."
Haduhh kenapa Fara jadi aneh gini sih! Jangan-jangan dia kesambet lagi. Kok serem ya! Aku bergidik ngeri melihatnya.
"Kenapa? Kok kamu tiba-tiba ketawa sih? Tadi marah sekarang malah ketawa, aneh deh kamu!" Aku menatap Fara heran.
"Lucu banget sih kamu Dis! Pertama, aku bukannya marah, tadi tuh aku lihat ada pak Surya disana," tukas Fara.
"Pak Surya?" kataku bingung. Sejak kapan ada pak Surya? Pak Surya adalah guru BK disekolah ini. Beliau biasanya sering keliling sekolah buat memastikan tidak ada yang bolos pelajaran. Kalo ketahuan membolos bisa gawat! hukumannya gak tanggung-tanggung. Dave bahkan pernah ketahuan pak Surya membolos saat pelajaran matematika. Dan gak segan-segan pak Surya menghukumnya dengan suka rela mengerjakan pelayanan masyarakat. Dia disuruh membersihkan toilet cowok selama seminggu. Membayangkannya saja sudah membuatku ngeri.
"Iya tadi ada pak Surya lagi patroli kayaknya," jawab Fara santai.
"Terus kenapa kamu gak ngasih tahu aku, malah pergi gitu saja," kataku sebel.
"Nah! kedua, aku iseng pengen ngarjain kamu dis, hahaha, kamu sih nyebelin tau gak," jelas Fara. Hah! apa dia bilang? dia mengerjaiku?
"Mengerjaiku? Faraaaaaa!" kataku geram melihat Fara. Fara langsung lari begitu saja sembari ketawa. Kalo saja dia masih disini, ku pukul dia! berani-beraninya di mengerjaiku! dia pikir itu lucu. Segera aku mengejar Fara yang berlari ke kelas.
"MAAF DIS, Habisnya kamu lucu sih." Fara berteriak dengan wajah tanpa dosa. Fara nggak berhenti tertawa sampai ke kelas. Sekarang dia sudah duduk dikursinya. Aku mengikuti duduk disebelahnya dengan napas tersenggal karena habis berlari. Fara juga terlihat ngos-ngosan. Untung saja belum ada guru yang datang.
"Hahaha kamu lucu sekali dis, wajahmu kayak tegang gitu! Lain kali coba deh kamu ngaca dis, pasti kamu ketawa deh liatnya." Fara tertawa lagi mengejekku. Enak saja dia bilang lucu melihatku tegang. Dia gak tahu apa aku tadi tuh panik, takut kalo persahabatan kami bisa rusak cuma gara-gara cowok. Kan nggak banget, ya nggak!
"Malah ketawa! kamu pikir itu lucu Ra? Aku tadi khawatir banget kalo kamu beneran marah sama aku, aku takut persahabatan kita bisa rusak cuma gara-gara cowok tahu, kamu tahukan kalo kamu tuh temen yang paling dekat sama aku," kataku panjang lebar, sebel.
"Iya iya Disha sayang! Aku tahu kok, kamu tenang aja persahabatan kita gak bakal rusak cuma gara-gara cowok dis, aku juga gak suka kalo itu terjadi." Fara mencubit kedua pipiku lalu kami berpelukan seperti Teletubbies. Alay gak sih? Tapi biarlah! siapa juga yang peduli!
"Lagian ya Dis, aku tuh pengen kamu punya pacar dis, atau minimal kamu tertariklah sama cowok, atau jangan-jangan kamu malah suka sama aku lagi hiii," tukas Fara sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
"Enak aja! Aku cewek normal kali Ra, seratus persen malah," sergahku tak terima mendengar gurauan Fara.
"Hihihi, iya iya aku tahu kok kalo kamu cewek normal, tapi kamu juga harus mulai terbiasa ngomong sama cowok dis, gimana kamu bisa nikah kalo kamu selalu cuek gitu sama cowok," ucap Fara.
"Aku tuh bukannya cuek Ra, cuma aku gak nyaman aja deket sama cowok," jelasku.
"Sekarang kamu harus bisa terbiasa Dis, kamu tahu nggak? masa temen cowok kamu cuma Dave sih, entar bisa-bisa kamu nikahnya sama Dave lagi," gurau Fara lalu tertawa setelah mengucap kalimat terakhirnya.
"Apa kamu bilang? Ya enggak lah," bantahku. Kenapa pula aku harus nikah sama Dave, kayak nggak ada cowok lain aja. Lagian kan ini tuh cuma soal waktu. Ada-ada aja si Fara!
"Wkwkwk, becanda dis!" Fara tertawa lagi.
Sekarang memang lagi bebas, karena tidak ada guru. Tadi ketua kelas bilang kalo sedang ada rapat guru saat ini. Tapi jangan harap ada jamkos, karena guru-guru memberikan setumpuk tugas untuk dikerjakan hari ini. Memang ya tak ada kebahagiaan yang bertahan selamanya! Hufftt! Aku menghela napas panjang. Saat obrolanku dengan Fara, tiba-tiba Dave menghampiri kami.
"Ada apa? Kalian kayaknya lagi ngomongin gue, apa gue salah?" ucap Dave. Sepertinya dia mendengar namanya disebut saat obrolanku dengan Fara. Jangan sampai Fara mengatakan lelucon yang nggak lucu itu ke Dave. Ditaruh mana mukaku nanti! Walau itu gak bener, tetap saja aku malu.
"Enggak kok, kamu salah denger kali," ucapku cepat sebelum Fara mengatakan apa-apa. Dia kan kalau ngomong gak lihat sikon.
"Iya Dave, kita emang ngomongin elo!" Gawat, kenapa Fara malah mengatakannya. Aku melotot ke Fara meminta jangan sampai dia mengatakan hal tadi ke Dave.
"Waaah gak sopan! Ngomongin gue tanpa ijin," sergah Dave. Semoga saja Fara tidak mengatakannya. Fara cengingisan tak mempedulikan Dave.
"Yeee malah cengingisan lagi, dasar Mak Lampir lo," ejek Dave.
"Enak aja lo ngatain gue Mak Lampir, elo tuh kakek sihir," balas Fara tak terima. Semoga saja Fara lupa tentang tadi. Aku harap-harap cemas, berharap Dave segera pergi dari sini. Dan seperti biasa, aku diam mendengarkan perdebatan mereka berdua.
"Gue cuma bayangin aja, gimana kalo entar Disha beneran nikahnya sama elo." Fara tertawa. Aku melotot ke Fara. Fara ngomong apaan sih!
"Ya enggaklah," bantahku.
"Kenapa emang kalo gue nikah sama Disha?" Tanya Dave. Ini Dave kenapa sih kok malah nanya begitu.
"Ya coba aja lu bandingin Dave, Disha si lugu dan rajin nikah sama si Dave yang playboy, males, pecicilan lagi," ucap Fara membandingkan ku dengan Dave. Kasihan si Dave di jelek-jelekkin sama si Fara. Aku tertawa mendengarnya.
"Enak aja lo! gini-gini gue ganteng kali, baik lagi, ya nggak dis?" Dave meminta persetujuanku sambil menaik turunkan ke dua alisnya. Dan itu adalah pujian yang aku katakan ke Dave beberapa hari yang lalu.
"Eh, iya kok kamu baik Dave," tukasku membenarkan tapi men-skip kata 'ganteng'.
"Tuh kan Disha aja setuju sama gue, Disha emang orangnya baik nggak kayak Lo Ra," ucap Dave terlihat bangga.
Fara menyikut-nyikut lenganku. "Tuh dis kayaknya Dave berharap bisa nikah sama kamu deh, liat aja gayanya yang memuji-muji diri sendiri, kamu jangan mau dis sama si Dave, entar kamu dijadiin ceweknya yang kesekian lagi." Aku tertawa mendengarnya.
"Tuh mulut licin banget kayak es," sahut Dave. Tapi si Fara cuek tak peduli dengan perkataan Dave. Tapi tiba-tiba Fara membisikkan sesuatu ke Dave. Mata Dave membelalak seperti terkejut, lalu bangkit berdiri.
"Lo tahu dari mana?" ucap Dave tiba-tiba setelah mendapat bisikan dari Fara. Fara tertawa melihat reaksi Dave yang seperti diharapkannya. Entah apa yang dibisikkan Fara!
"Hahhhhh,, ternyata bener! padahal tadi gue cuma nebak doang Dave," ucap Fara. Dave sepertinya tersipu malu karena telah berhasil dikerjai Fara. Lucu juga melihat Dave seperti itu.
"Bener kan gue bilang Dave, lo---" Belum sempat Fara meneruskan kalimatnya, Dave membekap mulut Fara dengan tangannya. Lalu melotot ke arah Fara dan mengatakan sesuatu yang amat pelan yang tak bisa ku dengar. Fara meronta memukul tangan Dave minta dilepaskan.
"Huh huh iya iya gue gak bakal bilang, puas!" kata Fara setelah Dave melepaskan tangannya dari mulut Fara.
"Kalian ngomong apa sih, kok bisik-bisik gitu," kataku penasaran. Ada apa sih mereka, aneh banget deh.
"Itu dis, Davebilangkalodiasukasamakamu," ucap Fara dengan sangat cepat. Tapi langsung dihadiahi pelototan oleh Dave. Aku tertawa melihat tingkah laku keduanya. Sebenarnya, aku masih bisa memahami perkataan Fara barusan. Tapi aku pikir itu cuma candaan mereka saja. Setelah itu dilanjutkan pertengkaran Fara dan Dave. Waktu bebas ini kami habiskan bercanda dan tertawa bersama. Menyenangkan! Untuk masalah tugas bisa dikerjakan dirumah.