Setelah kejujuran ini apa lo nyesel dulu pernah nyakitin dia?
*
*
*
"Terus dimana letak kebohongannya ?emang Rafka ataupun Daniel pernah cerita dan beda versi ? " tanya Akmal.
"Kata Leon posisi gue saat ini cuma buat balas dendam Rafka ke Daniel. Dan perasaan Rafka masih seutuhnya buat Dania "
"Lo percaya apa kata Leon? Lo yakin mau mempercayai Leon? "Tanya Akmal.
"Rafka cinta mal sama Dania, dia aja berani nyentuh Dania kaya gitu. Dia rela cintanya gak dibalas sama Dania dan milih jadi pundak Dania. Dan sekarang dia lagi balas dendam, Rafka tau kalau Daniel cinta sama gue" rancau Rizka.
"Dan itu dulu. Sekarang ia cintanya sama lo bukan Dania" bujuk Bagus.
"Kalau ternyata itu masih sampai detik ini gimana gimana? terus sampe sekarang Rafka bener atau salah pun gak ada yang tahu"
"Gak usah ambil kesimpulan sendiri . Lo juga kan belum tau sepenuhnya , lo juga belum tau kan Dania beneran disentuh sama Rafka atau bukan ?" ucap Aulia.
Perkataan Aulia membuat Rizka diam.
"Lo dengerin dulu cerita dari mereka, baru lo ambil kesimpulan gimana. jangan childish terus percaya omongan laki kaya Leon. bisa aja kan, malah Leon lagi jangan-jangan yang udah nyentuh Dania ampe bgitu terus Rafka di jebak. dia juga dulu satu komplek" kata Aulia tegas.
"Lo yang milih dia, lo juga harus nanggung semua resiko ini. Lo harus bisa nerima masa lalu dia, sama kaya dia nerima masa lalu lo sama Daniel. Cari tahu dulu kebenrannya. " ucap Althar dingin.
Rizka bungkam lagi. Air matanya jatuh meruntuh, hatinya kembali sakit. Apa menyayangi seseorang harus sesakit ini? Dimana letak kebahagiaan cinta yang orang bilang?
"Jangan selalu ambil asumsi sendiri, lo belum tanya langsung ke Rafka atapun Daniel kan? Tanya dulu sebelum lo ambil kesimpulan yang bikin nantinya lo nyesel. Mungkin aja cerita itu di lebih lebihin sama Leon. Lo kan tau kalau Leon punya maksud lain. Jadi tenang oke, jangan gegabah" ucap Bagus halus.
Rizka diam dengan air mata yang mengalir dipipinya. Sakit di dadanya semakin menjadi, disaat ia percaya akan ada cinta lagi ,lagi harus menelan kekecewaan.
**
Pagi ini bukan hal baik, Rafka mendapatkan muka Rizka yang lesuh dan bengkak dibagian matanya. Bibirnya terlihat pucat . Dia ingin menanyakan bagaimana keadaannya tetapi ia urungkan karena dari semalam Rizka terus saja mencoba menjauh darinya. Tatapan dari teman temannya juga berbeda dari hari kemarin. Ia mencoba untuk tidak peduli terlalu cape karena insiden dua hari ini. Belom lagi ia harus memikirkan evalusi untuk acara pensi yang ia tinggalkan begitu saja demi menyelamatkan pujaan hatinya.
Sesuai jadwal hari ini mereka semua kembali ke Jakarta. Menggunakan penerbangan yang sama, Daniel juga tampak khawatir dengan kondisi Rizka. Kepeduliannya begitu saja tumbuh seiring dengan rasa sayang. Penyesalan juga semakin membayanginnya. Rasa ingin memiliki juga semakin menguasai dirinya tetapi apa daya. Jangankan memiliki melihat mata Rizka yang dulu ia sukai saja, saat ini rasanya sakit sekali. Mungkin mulutnya berkata ia tidak membenci tetapi binar matanya berkata lain. Ada rasa benci dan marah di mata itu buat Daniel.
Membuat Daniel semakin membenci dirinya, mengapa dulu ia menyia-nyiakan Rizka hanya karena dendamnya kepada Rafka. Dulu baginya Rafka adalah saudara kandung tetapi tidak semenjak Rafka menyentuh Dania dengan begitu brengseknya. Maka lepas dari itu ia tidak ingin kejadian itu terulang kembali dan ia sadar bahwa rasa cinta yang ia miliki saat ini tulus untuk Rizka.
Mereka semua sudah berada diruang tunggu bandara menunggu seruan panggilan untuk masuk kedalam pesawat. Rizka masih tampak kurang sehat ,tatapnnya kosong. Membuat semua orang khawatir.
"Riz jangan bengong terus" kata Aulia.
"Iya" jawabnya.
Rafka menghampiri Rizka, mencoba menggenggam tanganya. Tetapi Rizka menepisnya dengan cepat.
"Kamu kenapa? " tanyanya lembut.
"Aku gapapa, lagi pengen sendiri kamu kesana aja" jawabnya memalingkan mukanya.
"Sepulang dari lombok dan kalau pikiran kamu udah jernih kita harus biacara. Aku gak mau kamu kaya gini, apalagi liat kamu udah kaya mayat hidup. Aku gak suka" jelasnya.
"Selesain dulu masalah kamu sama Daniel baru selesaikan masalah kita" ucapnya pelan.
"Masalah aku sama Daniel yang mana? " tanyanya bingung.
"Segitu banyaknya masalah kamu sama dia?" Rizka tersenyum, bukan senyum yang biasa ia kasih untuk semua orang. Tetapi senyum itu penuh makna dan luka. Rafka termengun dengan senyum itu. Ia berusaha tidak peduli, lebih memilih meninggalkan Rizka sendirian.
Panggilan kepada penumpang tujuan Jakarta terdengar dan mereka bangkit menuju pesawat. Mencari tempat duduk sesuai dengan tiket, bagaikan takdir sedang mempermainkan hatinya. Rizka mendapatkan duduk di samping Rafka. Bukan itu saja disebelah kanannya ada Daniel. Membuat hatinya perih ,perkataan Leon terus saja membayangin dirinya. Bagaimana kata-kata Leon menusuk hatinya, membuat dadanya sesak.
Ia tahu Rafka dan Daniel gak akan seperti perkataan Leon. Tetapi instingnya berkata lain. Dengan berat hati ia duduk di tengah diantara dua orang itu.
"Tempat duduk gak bisa diubah ya? " kata Aulia.
"Kenapa emang ?" tanya Bagus dari belakang kursinya.
"Rizka diapit dua orang yang sekarang jadi beban dia" jawabnya.
"Biarin aja, kalau gak gitu dia gak bakalan bisa ngadepin masalah dia. Kalau dia menghindar makin rumit masalah mereka" jawab Akmal.
"Lo yakin dia bakalan baik-baik aja?" tanya Aulia lagi.
"Semenjak orang bisa ngerasain yang namanya cinta gak ada yang baik-baik aja ul" kata Akmal kalem.
Akmal terlihat tenang dan yakin bahwa Rizka bisa menghadapi masalahnya sendiri. Berbeda dengan Ardi, ia mungkin terihat baik-baik saja tetapi tidak dengan kenyataan. Hatinya masih milik Rizka, cemasnya masih tentang Rizka dan sakit hatinya masih dengan Rizka.
Althar berdiri dari kursinya berniat menukar posisinya tetapi belum juga melangkah suara Zaky terdengar tegas dan menusuk.
"Mau apa lo? Gak usah jadi pahlawan, gak usah bikin suasaan makin keruh. Rasa sayang lo jangan bikin beban baru buat Rizka. Ikutin aja apa kata Akmal, kalau setiap masalah Rizka lo ataupun kita yang ikut campur . Apa itu nggak bikin Rizka jadi ketergantungan? Kalau nanti kita gak bisa bantu dia lagi gimana? gak selamanya kita semua disisi Rizka Al" katanya.
**
Mereka tiba di Jakarta pukul 1 siang. Anak buah Daniel yang berada di Jakarta sudah menyiapkan kendaraan untuk mereka terutama untuk Rizka. Karena ada 4 mobil mereka dibagi-bagi. Untuk kali ini Rizka terlihat tenang karena ia semobil dengan Althar dan Akmal. Bukan, bukan berarti Rafka tidak ingin semobil dengan kekasihnya. Ia hanya akan memberikan waktu kepada Rizka.
"Lo kenapa gak mau semobil sama Rizka Raf? " tanya Bagus.
"Biar dia tenangan aja. Kayanya kalau dia deket gue gelisah terus" jawabnya.
"Lo sadar ternyata" kata Bagus.
"Gue sadar sama semua sikap dia selama di lombok kemaren apalagi setelah dia diculik Leon" ucap Rafka.
"Ada waktunya lo tau semuanya kenapa dia begitu" jelasnya " udah ayo kasian Aulia" ajaknya lagi.
Rafka mengganguk patuh. Dalam hatinya ia merasa tidak setenang yang terlihat tapi apa daya. Ia tidak ingin melihat gadis yang dicintanya memberontak dan akhirnya semua berakhir. Rafka hanya memikirkan kedepannya walau nantinya ujung dari semua ini adalah perpisahan ia siap. Mau tak mau, suka tak suka, sanggup tak sanggup ia akan melepaskan apabila Rizka yang memintanya.
Di dalam mobil Rizka hanya melamun dan menatap kosong ke arah jalanan. Althar yang berada tepat disamping Rizka hanya bisa memantaunya. Memperhatikan gadis yang telah mencuri hatinya. Ia mencoba untuk menggenggam tangan Rizka, Rizka sempat menoleh tetapi tidak menolak. Ia bahkan menyenderkan kepalanya di bahu Althar. Memejamkan matanya merasakan rasa nyaman yang ia punya saat ini.
"Tidur kalau lo cape, nangis kalau lo emang mau" ucap Althar lembut
Bagaikan mantra untuk Rizka ia meneteskan air matanya. Mencoba menghilangkan rasa sesak yang ia rasakan saat dipesawat tadi. Isakkannya terdengar sampai Akmal menengok kebelakang. Rasa cemas dan iba menyentuh hati Akmal. Ia membuang nafas pelan.
Althar terus mengusap kepala Rizka dengan lembut. Mencoba menenangkan dan memberi kekuatan lewat usapan itu.
"Nangis sepuas lo kalau itu bikin lo tenang ka" ucapnya.
Bahkan bukan Rizka saja yang menangis tetapi hati Althar yang dingin pun ikut menangis merasakan sakit yang menimpa orang yang ia cintai. Terlihat tegar disaat rapuh itu tidak mudah, bahkan ada yang mencoba tertawa berlebihan hanya untuk menutupin kerapuhan yang ia rasakan. Karena hati manusia setipis dan selembut kapas.
**
power stone dong hehe .