Jangan jadi pendiam, nanti aku suka
#Gevan Radian Juniarta
AUTHOR POV
"Oh jadi kamu murid barunya ya ? yang pindahan dari Bandung itu kan?, kalau boleh saya tahu apa alasan kamu memilih sekolah ini padahal di Jakarta ada banyak sekolah favorit lainnya, dan sekolah ini juga sudah mendengar tentang prestasi-prestasi kamu di bidang akademik maupun non akademik" Tanya Pak Dodi Kepala Sekolah dari SMA Tribuana itu
"Ekhmm saya harus jawab yang mana dulu ini ya pak?" tanya Rain dengan raut wajah berpikirnya
"Oke maaf saya terlalu menggebu-gebu bertanya nya sehingga membuat kamu bingung"
"Baik tidak apa-apa bapak, langsung saj, jadi begini pak saya memilih sekolah SMA Tribuana ini karena setelah saya lihat dari profilnya tidak jauh berbeda dari SMA saya waktu di Bandung pak, malahan SMA ini jauh lebih baik dari SMA Harapan Bangsa" ungkap Rain dengan jujur
"Hanya karena itu?" Tanya Pak Dodi lagi
"Tidak juga pak, saya rasa jika saya bersekolah disini saya bisa mengembangkan kemampuan akademik maupun non akademik saya, karena setelah saya mencari informasi lanjutan sebelum saya pindah kesini saya sudah melihat bagaimana guru-guru memperlakukan siswanya dengan adil tidak memandang dari segi latar belakang sosial maupun ekonominya jadi saya sangat bersyukur ketika saya diterima di sekolah ini sebagai murid pindahan" jawab Rain dengan panjang lebar
"Baik jika seperti itu saya selaku kepala sekolah disini mengucapkan banyak terimakasih karena kamu telah memilih SMA Tribuana sebagai sekolah yang kamu pilih, saya harap kamu bisa mengharumkan nama sekolah ini seperti kamu pernah mengharumkan nama sekolah SMA Harapan Bangsa" ucap Pak Dodi dengan bahasa bijaknya, hanya segelintir orang yang mengetahui bahwa sebenarnya beliau tak sebijak itu, terkadang semua harus terlihat sempurna tanpa cela di depan semua orang , hanya sekedar pencitraan saja agar semua murid menghormatinya dan menganggapnya Killer, kenyataannya adalah Pak Dodi memang disegani oleh seluruh siswanya karena disamping menjabat sebagai Kepala Sekolah ia juga terkenal dengan sifat tegas dan berwibawa
"Tunggu sebentar disini ya saya akan panggilkan wali kelasmu, agar beliau bisa mengantarmu ke kelas X Bahasa 1" lanjut Pak Dodi lagi
"Baik pak, terimakasih" ungkap Rain dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis
10 menit berlalu, Rain masih setia duduk ditempatnya, hingga panggilan dari seseorang membuatnya menoleh kesamping menghadap kearah pintu masuk Ruang Kepala Sekolah tersebut. Terlihat guru tersebut menghampiri Rain lalu ikut duduk berhadapan di depan Rain
"Selamat pagi nak, apakah benar kamu siswi atas nama Rainata Deviana Senja?" Tanya seorang guru yang menghampirinya sambil membaca buku yang ada ditangannya. Wah ibu ini cantik sekali (pikir Rain dalam benakknya)
"Benar bu saya Rainata Deviana Senja, ibu bisa panggil saya Rain" jawab Rain dengan sopan
"Baik nak, kenalkan saya Bu Linda wali kelasmu selama 1 semester kedepan, mari saya antar ke ke kelas, kebetulan saya ada jam di kelas pagi ini"
Rain mengangguk dan mengikuti Bu Linda dari belakang yang sudah beranjak dari tempatnya
Sepanjang perjalanan di koridor Rain memandangi sekitarnya sangat sunyi, tidak ada satupun siswa yang berlalu lalang keluar dari kelasnya, mungkin ini sudah jam masuk kelas (pikir Rain dalam benaknya). Rain berjalan sambil melamun hingga tak menyadari dirinya sudah menaiki tangga dan tiba di ujung lantai 3. Guru tersebut berhenti dan berkata "Mari nak ini kelasnya" Rain mengangguk sebagai responnya
Guru tersebut memasuki kelas dan menyapa semua muridnya yang sudah duduk dengan rapi di bangkunya masing-masing, guru tersebut mulai berbicara "Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru dari Bandung, ibu harap kalian bisa berteman baik dengannya ya?"
"IYA BUUUUUU" sahut semua siswa dengan serempak
"Nah, silahkan perkenalkan diri kamu di depan teman-temanmu sekarang nak" ucap Bu Linda yang menoleh kearah Rain
Rain menjawabnya hanya dengan anggukan saja, lalu ia berkata dengan lantang tanpa mengubah senyumnya sediktpun "Halo teman-teman perkenalkan nama saya Rainata Deviana senja, saya pindahan dari SMA Harapan Bangsa, saya harap teman-teman bisa berteman baik dengan saya"
"Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi anak-anak?" Tanya Bu Linda kepada semua siswanya
"Nama panggilannya siapa Cantik?" Tanya seorang siswa laki-laki di kelas tersebut
"Kalian semua bisa panggil saya Rain atau Senja atau apa saja boleh" jawab Rain dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya menyembunyikan kegugupan yang ada di dalam dirinya
"Kalau panggil "Sayang" boleh gak ?" Tanya laki-laki itu lagi
Rain terdiam, ia hanya membalasnya dengan senyuman, dalam hatinya ia sudah ingin mengutuk laki-laki yang banyak bicara ini namun tak dapat dipungkiri Rain tersipu malu karena ulah laki-laki tersebut
Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Rain, laki-laki tersebut gemas melihat Rain yang sudah tersipu malu didepan sana, ia berniat menggodanya kembali dan membuka suara lagi "Kalau gitu aku panggil kamu "Cantik" aja ya? Soalnya kamu manis, gula aja kalah" goda laki-laki tersebut lagi
Seketika kelas menjadi riuh dengan komentar-komentar yang membuat Rain rasanya ingin menghilang dari tempatnya ia sudah sangat malu sekarang, mungkin jika dilihat di cermin wajahnya sudah merah seperti tomat
"Sudah-sudah kamu ini jangan godain dia" Ucap Bu Linda menengahi "Kalian semua juga jangan ribut, ini kelas bukan pasar" sambung Bu Linda lagi dengan raut wajah yang tetap tenang
"Nah, sekarang ibu tanya pada Rain karena masih banyak bangku yang kosong, jadi Rain ibu persilahkan untuk memilih mau duduk dibangku mana" ungkap Bu Linda
Rain terdiam ia menyapu seluruh ruangan dengan kedua matanya mencari-cari dimanakah tempat yang akan ia pilih, ia bingung dan masih membisu pasalnya dikelas itu memang masih banyak bangku yang kosong namun sebagian besar laki-laki semua yang duduk sendirian. Jadi Rain hanya terdiam dan menatap Bu Linda berharap gurunya tersebut mencarikan teman sebangku perempuan, namun pupuslah harapannya ketika ada seorang laki-laki yang berkata dengan lantang sambil mengangkat tangannya "Bu "Cantik" biar duduk sama saya saja ya bu?, cantik pasti mau kok bu, kalau ibu ragu tanyakan saja langsung dengan cantik sekarang" ucap laki-laki tersebut.
Dan benar saja Bu Linda bertanya "Bagiamana Rain kamu mau duduk sebangku dengannya?"
Rain mengangguk pasrah, tak berani menolak. Setelah mendapat persetujuan dari Rain, Bu Linda mempersilahkannya untuk menuju bangkunya
Rain berjalan dengan tenang namun menunduk, sesampai di bangkunya baru saja hendak duduk, laki-laki tersebut berkata "Tuan Putri silahkan duduk ditengah, supaya gak jatuh, nanti kalau capek bisa senderan di tembok" ya memang benar letak bangkunya adalah di baris no 3 dari depan dan disamping tembok, dengan segera setelah mengucapkan kalimatnya, laki-laki tersebut berdiri mempersilahkan Rain masuk. Rain menurut dan duduk di tempatnya, setelahnya laki-laki tersebut kembali duduk di bangku bagian pinggirnya.
Selama jam pelajaran berlangsung hanya keheningan yang terjadi di kelas tersebut semua siswa-siswi memperhatikan penjelasan Bu Linda dengan fokus, hanya suara Bu Linda saja yang terdengar nyaring dan asik mengoceh selama jam pelajaran Bahasa Jepang tersebut berlangsung. Hingga,
"TENG TENG TENG TENG TENG" Bel istirahat pun berbunyi nyaring, semuanya menghembuskan nafas lega setelah mendengar suara kebahagiaan itu
"Baik anak-anak sekian pelajaran yang saya berikan hari ini, ingat untuk PR nya ada di halaman 102 silahkan dikerjakan dan dikumpul dimeja saya paling lambat minggu depan jam 08.00 Wita, Selamat siang" ucap Bu Linda mengakhiri pelajaran
"SIANG BU" jawab semua murid serentak
Lalu Bu Linda pergi meninggalkan kelas, semua murid pergi berhamburan keluar kelas, mereka semua seperti manusia kelaparan yang tidak makan 2 hari.
Rain terdiam dimejanya, bersiap menelungkupkan kepala diatas lipatan tangannya, namun ketika bersiap melakukannya, ia urungkan ketika laki-laki tersebut berkata,
"Hai Cantik jangan jadi pendiam ya, nanti aku SUKA" ungkap laki-laki tersebut dengan senyum manisnya, sungguh laki-laki di depannya ini tak berhenti menggodanya dari sejak tadi, namun Rain akui laki-laki ini sangat Tampan apalagi jika tersenyum, siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona, namun tidak dengan Rain. Ia tidak menjawab, mengalihkan pandangannya kearah bawah, ketika sebuah suara membuatnya menoleh kembali "Sebentar lagi kamu pasti akan menyukaiku juga, jadi tunggu saja" sambung laki-laki itu lagi. Rain tidak menggubrisnya dan laki-laki tersebut tidak menyerah "Oke, aku udah peringatin jangan pendiam kalo kamu pendiam nanti aku suka, jadi jangan salahkan aku jika nanti aku benar-benar menyukaiMU" ucap laki-laki tersebut kembali. Rain tetap diam sambil memasang raut bertanya namun tak mengucapkan sepatah katapun ia hanya memandang laki-laki tersebut tanpa berniat membalasnya, ketika laki-laki itu berbicara lagi "Tunggu disini ya, aku mau ke kantin dulu" ketika saat itu Rain membuka suara dan menjawab dengan cepat "Oke" lalu setelah itu Rain menelungkupkan kepalanya, ia tak lagi menengokkan kepalanya ia tahu laki-laki tersebut sudah pergi dan berjalan keluar kelas karena telinganya mendengar suara kaki yang sangat keras itu, bunyi hentakan kaki tersebut rupanya sudah berjalan semakin menjauh
15 menit kemudian,
"Hai Cantik, ini makanan sama minumannya aku udah bawa 2, ayo kita makan sama-sama, aku tahu kamu belum punya teman di sekolah ini makanya kamu tidak berniat untuk pergi ke kantin kan? jangan khawatir kamu akan segera punya banyak teman, nanti aku kenalkan kamu dengan semua teman-temanku" ucap laki-laki tersebut dengan senyum ramahnya
Rain menegakkan kepalanya, ia terdiam lalu berkata "Terimakasih, tapi saya tidak lapar" jawab Rain jujur
"Mau disuapin atau makan sendiri?" ucap laki-laki tersebut menaik-turunkan alisnya
Rain melongo... Apa? Dia barusan bilang apa? Apa ia tidak salah dengar ? Rain terdiam dengan raut wajah bingung
Laki-laki tersebut gemas sekali melihat tingkah gadis didepannya ini, ia membuka suara lalu berkata "Oke gue suapin" ungkapnya yang sudah memegang Bakpao mengarahkan ke wajah Rain, yang membuat Rain memelototkan matanya "Saya bisa makan sendiri, terimakasih Bakpao dan minumannya" ucap Rain lalu menyambar Bakpao tersebut dengan cepat dan memasukkan seluruhnya ke dalam mulutnya yang membuat mulutnya mengembung kepenuhan. Rain mengunyahnya dengan cepat lalu meminum minumannya dengan cepat hingga kandas tak tersisa
Tanpa Rain sadari, ia melihatnya. Laki-laki tersebut melihat tingkah lucunya yang menurutnya benar-benar menggemaskan. Ketika saat itu juga Gevan merasakan desiran aneh dihatinya, Apakah ini yang dinamakan Jatuh Cinta ? tanya Gevan pada dirinya sendiri. Oh tidak sepertinya Gevan sudah gila, ia bisa jadi bulan-bulanan teman-temannya jika mereka tahu seorang Gevan Radian Juniarta Ketua Geng Rusuh di SMA Tribuana yang di cap playboy dimana-mana ini benar-benar Jatuh Cinta pada seorang yang baru dikenalnya...
"Gevan Radian Juniarta, panggil gue Gevan" ucap Gevan memperkenalkan dirinya "Atau khusus buat lo, lo boleh panggil gue dengan sebutan "Sayang", dengan senang hati gue menrimanya" sambung Gevan lagi dengan senyum menggodanya. Gevan benar-benar sudah gila sekarang, sepanjang hidupnya ia selalu memiliki banyak perempuan namun untuk pertama kalinya ia mendekati perempuan seperti ini. Entah apa yang membuatnya seperti ini, dimatanya Rain terlihat menarik, dengan tingkah dan pesonanya membuat Gevan tertantang untuk mendekatinya dan memenangkan hatinya
"TENG TENG TENG TENG TENG" Tak terasa bel berbunyi menandakan jam istirahat telah usai, terlihat semua siswa memasuki kelas tersebut satu-persatu dan duduk dibangkunya masing-masing.
Gevan menoleh kesampingnya, dan berkata "Cantik, gue udah SUKA sama lo sekarang, apa lo juga demikian?"
Bertepatan dengan Gevan selesai mengungkapkan itu, guru pun masuk ke kelas mengawali pembelajaran kedua hari ini di kelas X Bahasa 1
Skipp'