Chereads / Rainata / Chapter 3 - 2. Juna Matahari Radinaska

Chapter 3 - 2. Juna Matahari Radinaska

Gue Juna, nama lengkap gue Juna Matahari Radinaska. Sesuai dengan nama gue, gue suka Matahari gatau kenapa gue gak punya alasan untuk itu. Gue anak orang kaya, ayah dan bunda gue sangat sayang ke gue, gue anak sulung dari 3 bersaudara yang artinya gue punya 2 adik satu laki-laki dan satu perempuan. Adik gue namanya Justin Alvaro Radinaska, banyak orang yang bilang gue dan Justin kembar walaupun mereka tahu jarak umur kita terbilang jauh, yah sekitar 3 tahun lah, yah wajah gue mirip banget sih sama si Justin tapi gue akuilah masih gantengan gue kemana-mana secara gue kan kakaknya gak ada dong yang boleh nandingin ketampanan seorang kakak. Oke realnya, gue sadar Justin lebih tampan dari gue, dia anak kesayangan ayah dan bunda dia berprestasi, jadi Ketua Osis, sering ikut olimpiade yah pokoknya semua yang baik-baik itu ada di diri nya, kadang gue heran kenapa ya tu anak gak pernah bosen-bosennya belajar, gue aja boro-boro belajar, buku aja gak beli, tapi entah karena apa takdir gue bagus, gue bisa pintar tanpa belajar gue bisa nangkep materi dengan sekali dengar jadi kalo gue belajar lagi takutnya entar gue makin Famous...

Adik perempuan gue namanya Aletta Putri Violet. Gue sangat menyayangi adik perempuan gue melebihi gue menyayangi Justin, gue memanjakannya entah kenapa gue ngerasa Violet kecil sangat menggemaskan dia seperti malaikat yang hadir di hidup gue. Gue dan Violet selat umur 6 tahun. Keluarga gue lengkap dengan adanya mereka di hidup gue, gue ngerasa gue gak kekurangan apapun gue punya keluarga yang harmonis, gue dapat kasih sayang yang lebih dari cukup dari ayah dan bunda gue, gue gak pernah kesepian gue selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sayang ke gue.

Di sekolah gue selalu bersikap dingin, cuek dan gak peduli akan sekitar, entah kenapa gue gak suka ngumbar kebahagiaan gue biarlah mereka berpikir gue seperti apa gue gak peduli , juga bukan mereka yang ngasih gue makan kan? Tapi gue berperilaku demikian hanya ke kaum perempuan saja, gue sengaja gitu supaya mereka gak deketin gue, gue gak suka ada cewek yang ngejar-ngejar gue, karena "Kodrat cewek itu dikejar bukan, bukan malah mengejar kan??". Tapi kadang semua yang gue lakuin tuh sia-sia mereka tetep aja menatap gue dengan tatapan memuja, gak jarang cewek yang dengan gak tau malunya berani nembak gue di depan umum sungguh memalukan hal itu bagi gue. Tapi sudahlah sekali lagi gue gak peduli, itu hak mereka apapun yang mereka lakukan mereka yang tanggung, gue selalu anggap semuanya angin lalu. Gue bisa di bilang Badboy tapi kalo julukan badboy aja sih gak cocok buat gue, karna dibalik ke badboy an gue, gue banyak punya kelebihan yang mungkin gak dimiliki orang lain, salah satunya gue jago buat "Nolak Perempuan"

Gue Juna Matahari Radinaska, gue sekolah di SMA Tribuana, gue baru kelas 1 SMA, gue ambil jurusan IPA, dan pelajaran favorit gue adalah Matematika. Oke wauuuu kenapa Matematika ? yah alasan yang cukup konyol jika didengar, gue suka matematika karena matematika itu rumit harus mecahin soal-soal algoritma, harus paham tentang peluang. Yah lebih tepatnya peluang buat dapetin cintanya.. Karena matematika itu rumit makanya gue suka, gue bisa belajar mengerti kerumitan perempuan. Yang terumit bagi gue bukan matematika tapi watak perempuan, kenapa ? Karena perempuan itu makhluk yang selalu ingin benar, selalu ngasi kode-kode gak jelas yang harus dipecahin sama kaum laki-laki. Oke camkan ini. Please deh kaum laki-laki itu bukan cenayang yang bisa tahu segalanya.

Oke Skipp'

Di sekolah gue punya 4 sahabat yang dari waktu MOS gue bareng mereka, sekelompok sampai akhirnya sekelas dengan mereka. Oke gue kenalin nama-nama sahabat gue, tapi inget Juna yang paling TAMPAN, CATAT ITU. Sahabat gue namanya Andra, Stevan, Raka, dan Langit. Kami seperti pinang dibelah 5. Mereka anak-anak di SMA Tribuana menjuluki kami dengan sebutan "Most Wanted Pandawa" gue juga gak paham kenapa mereka bilang kami most wanted, yah memang bisa dibilang kami terkenal akan ketampanan kami yang diatas rata-rata. Tapi apa semua manusia seperti mereka yang melihat ketampanan adalah yang utama, adalah segalanya ? Oh tidak, dunia tampaknya akan berhenti bernafas. Oke gue akui keempat teman gue itu asik, ramah dan murah senyum tentunya, entah mereka yang genit ke kaum perempuan dengan menebar senyum dimana-mana atau gue yang tak ber-ekspresi yang tak menggubris satupun perempuan yang mendekati gue, kecuali dia tentunya, tapi realitanya dia gak pernah deketin gue.. Tapi sayangnya dia gak pernah liat gue, dia gak pernah tau kalau gue mengaguminya, gue menyukainya dalam diam gue memikirkannya yang entah dia ada dimana sekarang, gue gatau... Ah sudahlah mungkin memang itu pertemuan pertama dan terakhir antara gue dan dia, lagian itu juga sudah bertahun-tahun yang lalu bahkan gue aja gaktau bagaimana wajahnya sekarang, dan apakah ia mengingat pertemuan gue seperti gue mengingat semua rekaman memori itu di pikiran gue. Untuk saat itu pertama kalinya gue ngerasa ada yang aneh dari diri gue, gue gak pernah ngerasain ini sebelumnya, dan anehnya gue sampai gak bisa tidur semalaman karena memikirkannya, gue memimpikannya. Apa mungkin ini yang namanya Jatuh Cinta di waktu yang tidak tepat? Gue gak tau yang gue tau, gue jatuh cinta dan itupun gue tau berkat gue dengan polosnya bercerita dengan bunda akan hal ini, karena gue udah gak bisa lagi memendamnya.. Juna termenung diatas kasur King sizenya, ia mengambil posisi bersiap untuk tidur menjelajahi dunia kapuknya, namun ketika ia ingin memejamkan matanya Ia teringat rekaman percakapan dengan bundanya beberapa tahun lalu...

Flashback On

"Bunnnn" teriak Juna dengan keras mengagetkan bundanya yang sedang memasak di dapur, terdengar suara sendok yang berdenting dari arah dapur, ah ia mengagetkan bundanya lagi pikirnya dengan cengiran tak berdosanya

"Yaampun Aska, kenapa sih kebiasaan banget ngagetin bunda. Entar kalo bunda jantungan gimana ? Kamu mau tanggung jawab? Kamu gak kasian apa sama bunda, bunda masih muda belia gini harus punya penyakit jantung" omel Bunda Ana (ya Ana adalah ibu kandung dari 3 anak tersebut). Dan Aska adalah panggilan dari bunda Ana untuk memanggil Juna, beliau lebih suka memanggil anak sulungnya itu dengan nama belakangnya

"Maaf bun, gak sengaja. Bun Aska pengen cerita tapi bunda jangan ngeledekin Aska ya, kalo bunda ngeledek Aska gak jadi cerita deh Aska mau balik kekamar lagi aja kalo gitu" ucap Aska yang sudah hendak berbalik menuju kamarnya yang berada di lantai atas

"Cerita apaan sih ? Oke bunda gak akan ngeledekin bunda janji, ayo cerita" antusias bunda Ana

"Bener ya bun?" tanya Aska memastikan

"Iya sayang bener" jawab bunda Ana dengan yakin, ingin sekali ia tertawa melihat raut wajah serius anak didepannya ini namun ia tahan-tahan agar tidak terjadi, pasalnya Aska tak pernah uring-uringan seperti ini, serius seperti ini membuatnya merasakan ada yang aneh dengan putranya ini, akhir-akhir ini ia perhatikan putranya sering melamun entah apa yang dipikirkannya, maka dari itu ini kesempatannya untuk mengetahui masalah putranya ini siapa tau dirinya bisa memberikan solusi untuk putra sulungnya ini

"Bun, ih bunda kok malah ngelamun? Jadi dengerin Aska cerita gak sih?" Ucap Aska kesal yang membuat Ana tersadar

"Eh iya nak, maaf bunda tadi lagi mikirin sesuatu, yaudah sini kita keruang tamu disana aja ceritanya bunda matikan kompor dulu ini juga udah selesai bunda masaknya" jawab bunda Ana dengan segera mematikan api kompor tersebut dengan cekatan

Ibu dan anak tersebut menuju ruang tamu yang ada di bagian tengah rumah, sesampainya disana bunda Ana langsung mendudukkan bokongnya di sofa empuk merah maroon kesayangannya, begitupun dengan Juna ia sangat menyukai duduk di sofa kesayangan bundanya ini, selain empuk warnanya juga membuat mata adem melihatnya

"Jadi gini bun.. (Skipp') menurut bunda gimana ?"

"Wah anak bunda sudah besar ya, sudah tahu yang namanya jatuh cinta"

"Jatuh cinta ? Apa iya Aska jatuh cinta sama dia bun? Kan baru sekali Aska bertemu dengan dia bun? Ah gak mungkin bun pasti ini ada yang salah, apa ada yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama bun? " tanya Aska dengan antusias sekaligus bingung. Dimata Ana itu sangat menggemaskan ketika melihat putranya mengerut-ngerutkan keningnya bingung sambil memasang tampang bertanya-tanya

"Menurut bunda iya nak, kamu jatuh cinta sama perempuan itu, kejar nak jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari ketika kamu bertemu dengannya lagi dan dia tak mengingat apapun tentangmu nak" saut bundanya dengan bijak

Aska terdiam lama hingga ia akhirnya tak tahan dan berbicara "Tapi apa mungkin kami bisa bertemu lagi bun?, dia tidak ada di sini bun, dia jauh dan Aska sama sekali gaktau apapun tentang dia selain nama panggilannya bun, kami hanya berkenalan sebatas itu saja " ungkap Juna dengan lesu

Bundanya tersenyum simpul memeluk putranya dan mengusap bagian atas rambut putranya "Aska jangan sedih ya, bunda yakin sejauh apapun dia suatu hari nanti Aska pasti diberikan kesempatan oleh tuhan untuk bertemu dengannya lagi" ucap bundanya menenangkan Aska

"Iya bun, makasih ya bun udah dengerin cerita Aska, Aska sayang bunda" balas Aska lalu memeluk bundanya dengan sayang, ia sangat bersyukur akan kehidupannya ini ia bahagia memiliki bunda yang hebat seperti Bunda Ana

Flashback Off

BAANGGGG !!!!! BANGGGGG !!!!BANGGGGG ASKKKKAAAAAAAAA BANGGGG MASIH IDUP LO ?? teriak Justin dengan kencang yang membuat Aska geram lalu berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan tegesa-gesa menuju pintu kamarnya, ketika ia membuka pintu menampilkan sosok Justin dengan senyum lebarnya yang terlihat menjijikkan dimata Aska.

"Apaan sih lo teriak-teriak malem-malem gini gak bisa ketuk pintu aja ? Gue gak budeg kali dekkk" ucap Juna dengan kesal

"Halah gak budeg gundulmu bang, gue udah ketuk-ketuk ni pintu daritadi gak ada sautan sepatah katapun dari dalam, gue kasian aja sama ni pintu kalo gue dobrak entar rusak entar gue kena omelan ayah sama bunda gara-gara lo" jawab Justin tak kalah kesalnya

"Aduh dek, lo gedor-gedor pintu gue cuman buat bilang gini aja? Apakah segitu nganggurnya lo dek? Gak ada kerjaan kah lo sampai lo ganggu tidur nyenyak gue, dasar adik laknat lo"

"EHHHH BANG ASKAAAKUU YANG GANTENG NAN DINGIN YANG SEPERTI ES DI KUTUB UTARA, JADI GINI BANG GUE DIKASI TITAH SAMA BUNDAA BUAT MANGGILIN LO MEREKA MAU AJAK KITA MAKAN MALAM DILUAR KATANYA MAU SEKALIAN KETEMU KLIEN AYAH. BUNDA, AYAH SAMA VIOLET UDAH NUNGGUIN KITA DARI TADI LAGIAN LO NGAPAIN SIH DI DALEM TADI SAMPE GAK DENGER GUE, GUE GAK PERCAYA LO UDAH TIDUR JAM SEGINI " ucap Justin dengan tak santai, ia berteriak dengan mulut TOAnya yang tak terima disebut adik laknat oleh abangnya ini

Juna tercengang, benarkah yang didepannya ini adalah adiknya ? Jika benar apakah adiknya kesurupan ? Oh tidak.. Tanpa sadar Juna memundurkan beberapa langkahnya "Lo siapa ? Keluar lo dari tubuh adik gue " ucap Juna dengan tatapan takutnya

Seketika tawa Justin pecah "Hahahahahahahahaa lo kenapa bang? Kok lo masang tampang kaya begitu? Sumpah ngakak gue, harus diabadikan ini" ucap Justin dengan seringaian kecil, ia merogoh sakunya mencari handphonenya namun sayang ia tak menemukannya, sedetik kemudian ia menepuk dahinya "Ck ayo kebawah bang entar diomelin bunda, handphone gue ketinggalan di kamar lo duluan aja turun" ucap Justin melengos dari hadapannya menuju ke kamarnya yang berada tepat di sebelah kamar abangnya

Juna masih terbengong-bengong kenapa ia bisa terlihat bodoh seperti itu di depan adiknya, harusnya tadi ia berteriak juga dan seperti biasa ia akan berkata "Lo gausah ngegas gue denger gue gak budeg" namun tadi ia bertingkah aneh lagi, apa yang sebenarnya terjadi dengan gue ini? Tanya Juna pada dirinya sendiri.

Ia jadi teringat akan pertemuannya tadi pagi dengan perempuan tak dikenalnya itu, untuk kedua kalinya dia bertingkah aneh hanya karena seorang perempuan, namun sekali lagi ia tersadarkan oleh teriakan Justin yang sangat terlihat menyebalkan dimatanya, jika ini adalah dongeng Malin Kundang ia pasti sudah mengutuk adiknya itu agar tidak bisa berbicara sekalipun "LOH BANG LO BELUM GANTI BAJU ??? LO GAK MAU IKUT ATAU GIMANA SIH, DARITADI GUE TINGGAL DAN LO CUMA BERDIRI DISANA DENGAN SANTAINYA? LO KENAPA SIH BANG GUE PERHATIIN LO BENGONG MULU" teriak Justin lagi dengan tidak berdosanya

"Berhenti teriak-teriak dek, gue bisa budeg beneran kalo gini caranya, lo kok ngegas gini sih? lo lagi PMS ?, Lo belum pernah kena kutukan dek? tunggu sebentar 5 menit lagi gue turun gue ganti baju dulu" ucap Juna mengusir adiknya secara halus, dengan tega ia mendorong Justin hingga terduduk di lantai dan menutup pintu dengan kencang dan membuat Justin mengusap-usap pantatnya "KAKAK LAKNAT LO" teriak Justin lagi, namun tak ada jawaban dari dalam sana, Justin memandang pintu dengan tatapan curiga, jadi ia memutuskan untuk tetap berdiri di depan pintu kakaknya takut-takut jika kakaknya itu mengerjainya, dua menit kemudian Juna keluar. Tanpa berkata apapun Juna melewati Justin begitu saja yang membuat Justin sangat kesal dan menggerutu "Untung kakak, kalo enggak udah gue buang ke kutub utara kali, itu manusia apa Es sih dingin banget"

"Gue denger dek" ucap Juna dengan nada dingin tanpa menoleh kebelakang

Justin bergidik ngeri, jika seperti ini kakaknya bisa sangat menyeramkan, maka ia lebih memilih untuk diam dan mengikuti kakaknya turun menuju mobil tanpa mengoceh lagi. Sesampainya di depan mobil mewah milik keluarga itu, mereka berdua masuk dan terlihatlah didalam mobil sudah ada Ayah Vero, Bunda Ana, dan Violet yang sudah menunggu kedatangan mereka berdua dengan sabar. Ketika Bunda Ana membuka mulutnya hendak bertanya pada anak sulungnya, tepukan pelan mendarat di tangannya, ya siapa lagi jika bukan Justin yang melakukannya. Justin mengisyaratkan bundanya untuk diam. Justin duduk di kursi belakang bersama Bunda Ana dan Violet, sedangkan di kursi kemudi sudah ada Ayah Vero dan disampingnya duduklah Juna yang diam tanpa berkata apapun. Jika sudah seperti ini bundanya mengerti apa yang terjadi antara Aska dan Justin. Dan bunda Ana mengurungkan niatnya untuk bertanya, saat itu juga mobil berjalan melewati perumahan megah tersebut.