Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Rainata

Narria_vivi
--
chs / week
--
NOT RATINGS
168.2k
Views
Synopsis
Dia, gadis pencinta hujan namun sangat takut dengan suara petir Dia, sangat menyukai langit hingga pernah bermimpi memiliki sayap untuk bisa terbang bersama burung-burung melintasi cakrawala di atas sana Dia, mencintai pantai menyukai setiap deburan ombaknya ketika ombak tersebut menabrak karang Dia, sosok yang menggilai semua hal akan pantai seperti Kerang dan Mutiara Dia, hampir menghabiskan sebagian waktunya duduk dibawah pohon besar dibelakang rumahnya mengagumi sosok matahari yang selalu menyinari tanpa meminta balas apapun juga Dia adalah Rainata, sosok gadis yang penyayang, lemah lembut, ceria, periang, tomboy, jago beladiri, dan rajin berolahraga, tak heran jika body yang dimilikinya ramping bak model dengan wajah yang berparas cantik, hingga membuat dirinya selalu dipuja oleh kaum lelaki, tak jarang kaum lelaki yang secara terang-terangan menyatakan cinta di depan umum kepadanya. Namun tak ada satupun yang tahu bahwa sosok Rainata sangat takut akan Jatuh Cinta karena 1 alasan di masa lalunya yang pernah ia alami di dalam kehidupannya dahulu Dia, Rainata yang terbiasa sendirian, yang terbiasa hidup tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Alunan suara One Direction menggema di kamar tempat kediaman Rain tidur, Rain merubah posisinya dari tidur menjadi terduduk diatas kasur Queen sizenya, ia mengucek matanya sambil menguap. Semerbak cahaya menyilaukan matanya lewat jendela kamarnya, ia menoleh kesamping melihat jam baker pink kesayangannya dan ia melotot tak percaya, jam menunjukkan pukul 07.45.

"Oh God gue telat, mampus gue" cicit Rain. Dengan segera ia menyambar handuk dan berlari ke kamar mandi yang berada di pojok kamarnya, ia hanya mencuci mukanya dan menyikat gigi lalu dengan segera menggunakan seragam dan menyisirkan rambutnya dengan jari-jari tangannya dengan kecepatan kilat, ia berlari menuruni tangga sambil menenteng sepatunya dan dengan dasi yang masih menggelantung di lehernya.

"Biiiiii, ayah sama bunda belum pulang? kok bibi gak bangunin Rain sih, Rain kesiangan, Rain berangkat dulu ya biii" teriak Rain dengan kencang kepada pembantu di rumahnya, ia mengambil sepotong roti lalu berlari keluar pintu rumahnya

"Iya Non hati-hati, hari ini Pak Asep tidak bekerja istrinya sedang sakit dirumah Non, tadi Pak Asep telepon bibi lewat telepon di rumah ini" sahut Bi Inem dengan sopan kepada anak majikannya ini

"Aduh yaampun terus Rain berangkat sekolahnya gimana bi? Rain kan gak tau jalan sekolahnya bi"

Bi Inem terdiam, benar kata anak majikannya ini, ia tidak mengetahui jalan sekolahnya karena ini merupakan hari pertama sekolahnya di SMA Tribuana, Bi Inem menjawab "Bibi pesankan taksi ya non" jawab Bi Inem meyakinkan

"Aduh kelamaan Bi, Rain cari ojek aja deh" sahut Rain lalu pergi begitu saja

Sesampainya di tempat yang dituju..

Kringg..Kringgg..Kringggg..

Bel berbunyi nyaring hingga terdengar sampai di persimpangan jalan raya, pintu gerbang sekolah megah yang dikenal dengan SMA Tribuana itu kini sudah tertutup rapat.

Dari kejauhan terlihat seorang gadis yang berlari tertatih-tatih menatap nanar pintu gerbang sekolahnya yang tertutup rapat, padahal ini merupakan hari pertama sekolahnya di sekolah barunya ini, dari kejauhan tempat ia berdiri terlihat di samping gerbang ada satpam sekolah yang berjaga sambil membawa pentongan yang dirasa kuat untuk menabok maling (pikir rain dalam benakknya).

Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jam menunjukkan pukul 08.15. Rain menghembuskan nafasnya pelan pupuslah sudah harapannya bisa menerobos masuk kesekolah kali ini, terlebih sekarang adalah hari pertamanya sekolah, ia tak berniat mencari masalah di sekolah barunya.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, datanglah seorang laki-laki yang tak dikenalnya, laki-laki tersebut berlari tergesa-gesa ke arahnya dan tepat berdiri disampingnya "Sial gue telat lagi hari ini" racau seorang laki-laki berwajah tampan disampingnya "Ini semua gara-gara bunda yang gak bangunin guee Argghhhhhh siall " lanjutnya.

Laki-laki tersebut masih tidak menyadari jika disampingnya ada seorang gadis berparas cantik dengan rambut lurus sebahu yang tergerai indah dengan satu buah jepit yang dihiasi mutiara di bagian rambut sebelah kanannya.

Gadis itu tak sengaja mendengar omelan laki-laki tersebut, Rain tak menyadari bahwa dirinya ikut berbicara walaupun tanpa diminta "Cih, salah sendiri bangun kesiangan" ucap Rain tanpa sadar.

Dan laki-laki itu mendengarnya, ia menoleh ke samping dan terpana sepersekian detik ketika menyadari bahwa disampingnya ada gadis cantik yang baru pertama kali dilihatnya di sekolah ini, dengan segera ia menormalkan raut wajah keterpanaannya dan berkata "Heh, apa urusan lo! lo biasa aja dong jangan ngegas gitu, lagian lo juga telat kan, kita sama-sama dihukum kalo ketahuan sama tuh satpam galak, jadi mending kita pikirin gimana caranya bisa masuk tanpa ketauan itu satpam, daripada lo ngedumel gak jelas bikin kuping gue panas aja" omel laki-laki tersebut.

Benar juga apa yang dikatakan laki-laki ini (pikir rain)."Gimana, gimana.. gimana caranya ? Lo tau caranya ? Gue gak tau, gue tuh murid baru disekolah ini gue pindahan dari Bandung, lo kelas berapa? Jurusan IPA, IPS atau Bahasa ? Oh ya nama lo siapa ? " tanya Rain dengan beruntun.

Laki-laki tersebut melongo dengan wajah cengonya, bagaimana bisa ada seorang gadis cantik yang tidak dikenalnya ini tiba-tiba sok akrab dengan dirinya menanyakan pertanyaan beruntun tanpa jeda yang membuat kepalanya sakit dan bingung menjawabnya. Padahal seantero SMA Tribuana tahu dirinya, dia adalah sosok lelaki yang cuek, tak ada yang berani mengajaknya bicara duluan karena ia terkenal dengan sifatnya yang dingin, dia akan bicara seperlunya itupun dengan orang-orang yang terbilang akrab saja dengan dirinya, jika ada orang yang tak dikenalnya mengajaknya bicara dia akan menjawabnya dengan tatapan tajam yang menusuk dan pergi tanpa sepatah katapun, maka dari itu tak ada satupun orang yang berani mengajaknya berbicara sekedar mengobrol atau basa-basi dan tak ada yang pernah melihatnya tersenyum di sekolah ini.

"Woyyy orang nanya itu dijawab bukan di bengongin, lo budeg atau bisu sih?" tanya Rain lagi dengan kurang ajarnya. Untuk ketiga kalinya laki-laki tersebut terbengong-bengong dengan tingkah gadis didepannya ini, dia dengan cepat langsung tersadar dari lamunannya "Ck, bacot banget sih lo. Gue tahu jalan yang tembus ke halaman belakang sekolah, lo mau ikut gue gak? Gue sih mau lewat sana, terserah lo aja kalo mau diem disini yaudah Bye. Susah sih kalo mau lewat sana harus manjat tembok segala, tapi kalo lo mau ikut gue bantuin lo dulu, gue mah udah biasa lewat sana tiap gue telat kaya gini, jadi gue gak bakal kesulitan, lah kalo lo lo tu ribet pakai rok pasti bakal susah, hmm gimana lo mau ikut gue gak?" tawar laki-laki tersebut. Dan untuk pertama kalinya seorang Juna Matahari Radinaska berbicara sepanjang itu dengan orang yang baru dikenalnya. Ia pun menyadarinya, ia bertanya-tanya mengapa ia bisa sepeduli ini dengan gadis yang tak diketahui namanya ini ? (Pikir Juna dalam benaknya). Ah ia tak mau memikirkannya dulu belum waktunya untuk memikirkan hal tidak penting seperti ini sekarang, baginya yang terpenting adalah bagaimana caranya agar ia bisa masuk kelas dengan tentram tanpa harus dipanggil ke ruang BK dan berhadapan dengan Bu Marlin yang ngocehnya bisa se-abad itu lamanya hingga bel istirahat berbunyi yang pastinya akan membuat kupingnya panas dan berdengung.

"Oke dengan senang hati gue ikut lo" ucap Rain membuat Juna tersadar

Mereka berjalan beriringan menuju tempat yang disebutkan Juna dengan hening tanpa ada satupun yang memulai untuk berbicara. Ketika sampai di tempat yang dituju sesuai janjinya Juna membantu Rain terlebih dahulu, baru setelah itu ia memanjat tembok tinggi tersebut. Rain sudah menunggu di bawah sambil mengintip sekitar takut-takut jika ada yang melihat mereka, namun Dewi berpihak pada mereka semua berjalan mulus sesuai rencana. Hingga mereka kembali berjalan menyusuri halaman belakang sekolah dan terpisah di koridor, Juna yang berjalan menuju kelasnya tanpa mengucapkan apapun, dan Rain yang menuju ruang kepala sekolah dengan keheningan yang sama tanpa berniat mengucapkan apapun. Namun seketika itu Rain tersadar ia melupakan sesuatu, sebelum Juna semakin jauh Rain berjalan cepat, hampir terlihat seperti berlari hingga Rain berada tepat di belakang Juna dan menepuk pundak Juna "Makasih udah bantuin gue, gue harap kita bisa berjumpa lagi" ucap Rain singkat dengan senyum manisnya, lalu berbalik menuju Ruangan Kepala Sekolah.

Tanpa sepengetahuan Rain, Juna membeku ditempatnya ia terdiam sebentar mencerna apa yang barusan terjadi, hingga suatu teriakan keras menyadarkannya "JUNA BOSKUUUU !!!!! LO KEMANA AJA DARITADI LO DICARIIN ANAK-ANAK, GUE KIRA LO BOLOS LAGI"

Skipp'

Sepertinya akan ada yang seru setelah ini antara Rainata Deviana Senja dan Juna Matahari Radinaska. :)