Chereads / Rainata / Chapter 7 - 6. Pupusnya Sebuah Harapan

Chapter 7 - 6. Pupusnya Sebuah Harapan

Sekarang gue tanya, apakah lo percaya sama yang namanya Jatuh Cinta pada pandangan pertama?

Percaya atau enggak, gue gak peduli. Yang jelas gue sedang mengalaminya sekarang

# Gevan Radian Juniarta

Ketika itu pagi-pagi buta Gevan terbangun dari tidurnya. Ia merasakan ada yang aneh pada dirinya. Tenggorokannya terasa tercekat dan ia sulit berbicara. Ia melirik ke arah dinding kamarnya jam masih menunjukkan pukul 03.02 WITA dini hari. Ia mengambil botol minumnya di atas nakas lalu meneguknya hingga kandas. Ia mencoba tidur kembali namun apa daya dirinya malah terjaga hingga sang Fajar tiba menampakkan sinarnya, semerbak cahaya masuk melalui cela-cela jendelanya, ia terdiam sambil berpikir.. Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya ini? Apakah benar ia termakan omongannya sendiri? Tidak mungkin, Gevan hanya mengaguminya sebagai teman baru sekaligus sahabat dan juga teman sebangkunya. Ia tak mungkin Jatuh Cinta pada "Cantik" namun apa salahnya jika ia jatuh cinta pada Cantik? toh ia hanya akan kalah taruhan dari teman-temannya, juga tidak ada apapun yang dijadikan hadiah kalau ia menang taruhan dan kalaupun ada ia akan tetap mengaku kalah. Karena ia tak berniat mempermainkan hati Cantik, Cantiknya. Ah sudahlah ia akan membicarakan ini pada teman-temannya besok, ia tak mau membuat Cantik kecewa jika mengetahui tentang ini, ia berniat tulus dengan gadis itu.

Gevan bergegas ke kamar mandi membersihkan badannya dan bersiap-siap akan berangkat sekolah. Jam masih menunjukkan pukul 05.30 WITA dan ia sudah siap dengan seragam rapinya. Ia bergegas turun menuruni satu demi satu tangga tersebut hingga sampailah ia di ruang tamu, ia disambut oleh Bunda Sita yang tidak percaya akan kelakuan putranya pagi ini, pasalnya Gevan sangat susah bangun pagi, biasanya ia yang akan membangunkan putranya ini agar tidak terlambat kesekolah. Namun kali ini? Apa yang sedang terjadi dengan putranya ini? Kenapa Gevan sudah selesai bersiap-siap jam segini? Oh tidak ia harus mengetahuinya. Dengan segera Bunda Sita membuka suara,

"Nak kamu mau kemana pagi-pagi begini bukannya ini baru jam 05.30?" tanya Bunda Sita dengan nada yang sangat ingin tahu

"Ya mau sekolah lah bun, emang Gevan boleh bolos sekolah bun?" tanya Gevan dengan tampang tak berdosanya

"Jangan macam-macam nak, atau kamu mau bunda aduin ke ayah supaya uang jajanmu dipotong?" ancam Bunda Sita dengan sarkatis

"Ampun bun janganlah bun, nanti Gevan gak bisa beli koleksi Gitar baru lagi dong jadinya" jawab Gevan dengan raut sedihnya

"Yang ada dipikiran kamu itu isinya cuma Gitar aja ya nak? Apakah tidak ada benda lain yang kamu suka? Itu Gitar di studio-mu sudah berapa banyak?" tanya Bunda Sita pura-pura tidak tahu

"Dikit bun baru 45 buah bun"

"45 buah kamu bilang sedikit? Lalu kamu mau mengoleksinya berapa banyak lagi?" jawab bunda Sita dengan tak santai

"Sebanyak-banyaknya bun, Gevan kan mau terkenal karena koleksi Gitar Gevan yang jumlahnya segudang" jawab Gevan dengan polosnya

"Emang bisa? Gimana caranya?"

"Ada deh pokoknya caranya bun, pokoknya jangan potong uang jajan Gevan, Gevan kan udah rajin sekolahnya udah dapat 10 besar lagi di kelas" rengek Gevan seperti anak kecil yang tidak diberikan permen

"Terserah kamu nak, bunda malas bicara denganmu" ungkap Bunda Sita jujur, jika berdebat dengan putranya ini, ia tak akan pernah menang, putranya ini selalu punya saja alasan untuk menjawabnya jadi ia memilih mengalah saja. "Kamu belum jawab pertanyaan bunda, kamu mau kemana kok tumben pagi-pagi gini sudah selesai bersiap-siap?" tanya bunda Sita untuk kedua kalinya

"Gak ada kemana-mana bun, maunya sih jemput calon pacar dulu bun kerumahnya, hehehe" ungkap Gevan jujur dengan senyuman manisnya

"Cieee anak bunda udah besar ya" puji bunda Sita dengan senyum lebarnya

"Au ah bunda jangan buat Gevan malu ihh, bunda udah selesai masaknya? mau Gevan bantuin gak bun?" tawar Gevan mengalihkan pembicaraan

"Tidak usah nak, kamu sudah rapi, kalau kamu bantuin bunda nanti baju kamu bau aroma dapur lagi, nanti Calon pacar kamu I'll feel sama kamu" goda bunda Sita mengerjai putranya

"Udah ah bun, jangan godain Gevan terus kenapa sih? kan Gevan jadi malu bun" rengek Gevan

"Hehehe Peace" ucap bunda Sita sambil menunjukkan simbol Peace dengan mengangkat kedua jari tangan kanannya tinggi-tinggi

"Bun, Gevan mau sarapan, mana sarapannya?, roti aja gapapa kok bun, sekalian bawain bekal rotinya ya bun, mau Gevan kasih ke Cantik" cerocos Gevan tanpa sadar, ketika ia menyadarinya ia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, namun terlambat bundanya sudah terlanjur mendengarnya, dan ia hanya bisa pasrah jika nanti ia akan menjadi bulan-bulanan keluarganya…

Bunda Sita hanya tersenyum mendengarnya, ia pun berkata "Nanti kalo udah jadi Pacar, kenalin ke bunda ya pasti anaknya cantik dan baik, bunda penasaran perempuan seperti apakah yang memenangkan hati anak bunda ini"

Gevan tersipu malu mendengarnya "Iya bun, pasti Gevan ajak kerumah kok nanti, doain ya bun supaya Gevan gak di tolak sama dia"

"Pasti bunda doain nak" ucap Bunda Sita dengan tulus

"Bun, Gevan berangkat dulu ya" ucap Gevan lalu mencium pipi bundanya dan menyalimi tangan bundanya, tidak lupa dengan mengambil kotak bekal yang berisi roti, ia berniat akan memberikannya pada Cantik di jam istirahat pertama nanti

"Hati-hati nak jangan ngebut bawa mobilnya ya"

"Siap komandan" jawab Gevan lalu mengangkat tangannnya dan membentuk tanda hormat yang ia tempelkan di samping matanya

"Sudah-sudah sana berangkat semoga berhasil pendekatannya ya"

"Siap bun, jangan diusir juga dong" ucap Gevan lalu melengos pergi dari hadapan bundanya

Gevan pun berlalu ke bagasi mobil lalu menyalakan mobilnya dan keluar dari gerbang rumahnya. Di dalam mobilnya ia fokus menyetir dan melihat kejalanan yang dilaluinya, tak lupa dengan menyetel Lagu Taylor Swift yang mengalun indah memenuhi seluruh ruangan di dalam mobilnya,

We were both young when I first saw you

I close my eyes and the flashback starts

I'm standing there on a balcony in summer air

See the lights, see the party, the ball gowns

See you make your way through the crowd

And say, "Hello"

Little did I know

That you were Romeo, you were throwing pebbles

And my daddy said "Stay away from Juliet"

And I was crying ob the staircase

Begging you "please don't go"

And I said

"Romeo, take me somewhere we can be alone.

I'll be waiting; all that's left to do is run

You'll be the prince and I'll be the princess

It's a love story, baby, just say, 'Yes.'"

So I sneak out to the garden to see you

We keep quiet 'cause we're dead if they knew

So close your eyes… escape this town for a little while

Oh, oh.

'Cause you were Romeo-I was a scarlet letter,

And my daddy said, "stay away from Juliet."

But you were everything to me,

I was begging you, "please don't go"

And I said…

"Romeo, take me somewhere we can be alone.

I'll be waiting; all that's left to do is run

You'll be the prince and I'll be the princess

It's a love story, baby, just say, 'Yes.'"

Romeo, save me, they try to tell me how to feel

This love is difficult but it's real

Don't be afraid, we'll make it out of this mess

It's a love story, baby, just say, 'Yes.'"

Oh, oh

I got tired of waiting

Wondering if you were ever coming around

My faith in you was fading

When I met you on the outskirts of town

And I said…

"Romeo, save me, I've been feeling so alone.

I keep waiting for you but you never come

Is this in my head? I don't know what to think."

He knelt to the ground and pulled out a ring and said…

"Marry me, Juliet, you'll never have to be alone.

I love you, and that's all I really know.

I talked to you dad, go pick out a white dress

It's a love story, baby, just say, 'Yes.'"

Oh, oh, oh, oh

'Cause we were both young when I first saw you…

Taylor Swift-Love Story

Dan begitulah Gevan, benar-benar menjadi fans setia dari Taylor Swift ia sangat menyukai semua lagu-lagunya. Selama lagu berputar ia juga menyanyikannya dengan suara merdunya tanpa ada salah sedikit katapun dalam pengucapannya. Jangan diragukan lagi kemampuan bahasa inggris Gevan, kemampuan bahasa inggrisnya diatas rata-rata jadi ia bisa sangat dengan mudah menghafal lagu-lagu penyanyi favoritnya itu. Terlebih lagi Gevan sering meluangkan waktunya untuk pergi ke Kafe Lucy in the Sky yang berada di Gedung Verground, Senayan Kota Jakarta Selatan. Ia selalu kesana jika ada waktu luang, selain pemandangan yang indah ia juga senang kesana hanya untuk bernyanyi, memamerkan suara merdunya dan kemampuan bermain Gitarnya yang diatas rata-rata, Gevan tak pernah bercita-cita menjadi penyanyi sebelumnya ia melakukan ini semua hanya karena hobi, ia ingin terbang ke luar negeri menjelajahi seluruh dunia, kerja disana dan mungkin itu akan terwujud, karena kemampuan bahasa asingnya juga bisa diandalkan.

Gevan memutar lagu Taylor Swift-Love Story berulang-ulang sambil menirukan dengan suaranya, hingga tak terasa ia sudah masuk ke perumahan tempat kediaman Cantik tinggal, ketika ia sampai tepat di depan rumah gadis itu, ia membunyikan klakson tiga kali, lalu turun dari mobil BMW nya dan memencet bel. Ia menunggu beberapa menit hingga akhirnya seorang wanita paruh baya keluar dari rumah mewah tersebut, dan menyapanya..

"Ada apa den?, Ada yang bisa bibi bantu? Aden cari siapa ya?" tanya wanita paruh baya tersebut dengan beruntun, ya wanita tersebut adalah Bi Inem pembantu rumah tangga di rumah Rain. Gevan menjawabnya dengan senyum sopan "Mau cari Cantik bi? Cantiknya ada? jawab Gevan polos

Bi Inem kebingungan dan berkata "Aden salah alamat di rumah ini tidak ada yang namanya Cantik den" jawab Bi Inem dengan cepat

"Eh maaf bi, salah. Maksud saya, saya cari Rainata bi, saya teman sekolahnya saya berniat mengajaknya berangkat kesekolah bareng bi pagi ini" ungkap Gevan dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya

"Oh cari Non Rain toh, ada den itu lagi siap-siap mau berangkat sekolah, non Rainnya masih sarapan di meja makan, tunggu sebentar ya den, aden masuk saja kedalam" tawar Bi Inem ramah

"Enggak bi, saya tunggu disini saja tidak apa-apa bi" jawab Gevan menolaknya dengan halus

"Baik kalau begitu saya panggilkan non Rainnya dulu ya den, supaya non Rainnya tidak berlama-lama di dalam"

"Terimakasih banyak bi" ucap Gevan tulus tak lupa ia juga menganggukkan kepalanya dengan sopan

Beberapa menit kemudian…

"Eh Gevan ngapain kesini kok gak bilang-bilang?" tanya Rain dengan raut wajah bertanyanya

"Jemput lo lah, gue mau ajak lo berangkat bareng gue hari ini, lo mau kan? Yah lagian gimana coba caranya mau bilang ke lo, gue kan gak punya nomor Handphone lo Cantik" jawab Gevan

"Oh iya gue lupa ngasihnya, lo sih enggak minta" jawab Rain ngeles seperti bajaj

"Nih" ucap Gevan menyodorkan Handphonenya

"Apa?" bingung Rain

"Ketik nomor lo disini Cantik biar gue miss call ntar, terus lo tinggal save deh nomor gue" jawab Gevan

Seketika itu Rain menganggukkan kepalanya, ia baru mengerti maksudnya. Dengan segera ia menyambar Handphone Gevan dan mengetikkan nomornya di Handphone Gevan, setelah ia melihat deretan angka itu untuk kedua kalinya barulah ia menyodorkannya kembali ke Gevan. Gevan dengan cepat menerimanya, dan mengetikkan sesuatu di keyboardnya "Ratu Cantik" begitulah Gevan menamai kontak Rain di Handphonenya. Ia segera memasukkan Handphonenya ke dalam saku depan di bajunya. Dan berkata,

"Cantik yuk kita berangkat ke sekolah sekarang, nanti telat"

Ketika mendengar kata "telat" itu seketika ingatannya kembali muncul tentang laki-laki tampan yang menolongnya waktu hari pertama sekolahnya di SMA Tribuana, baru ia ingin menanyakan hal tersebut, ia urungkan ketika Gevan menariknya masuk ke mobil dan berkata "Berhenti melamun Cantik, lo ngelamunin gue ya?" tanya Gevan dengan iseng

Seketika itu juga wajah Rain memerah. Bukan…bukan… bukan karena marah, melainkan ia sangat malu dan Blushing sekarang ingin sekali rasanya ia menghilang dari dunia ini secepatnya, ia sangat malu setiap Gevan menggodanya. Jika saja ada cermin besar di depannya ini pasti ia sudah dapat melihat wajahnya yang merah seperti tomat sekarang. Ia mengalihkan pandangannya menetralkan sedikit rasa kegugupannya. Lalu berkata,

"Enggak kok, aku lagi memikirkan seseorang, nanti ketika sudah sampai di sekolah aku ceritakan ya?, kamu mau gak dengerin ceritaku" tanya Rain dengan polosnya

"Jelas mau dong Cantik, lo ajak gue bolos aja gue mau kok" goda Gevan lagi. Rain hanya diam dan tidak menjawabnya sepatah katapun.

Mereka berdua memasuki mobil dan duduk dengan keheningan yang mengiringinya, seketika itu Gevan membuka suara,

"Cantik, apa lo percaya dengan Jatuh Cinta pada pandangan pertama?"

Rain terdiam, mencerna pertanyaan yang dilontarkan Gevan. Memahami apa maksud Gevan menanyakan hal tersebut, ia tetap diam tidak menjawabnya sepatah katapun, takut-takut jika ia malah salah menjawab pertanyaan Gevan itu, ia hanya menoleh kearah Gevan dengan tatapan penuh tanda tanya, seperti meminta sebuah jawaban

Gevan yang mengerti apa maksud dari tatapan Rain itu, ia lalu menghembuskan nafasnya pelan dan kembali membuka suara "Percaya atau enggaknya lo dengan itu, gue gak peduli Cantik. Yang jelas gue sedang mengalaminya sekarang" ungkap Gevan dengan tersenyum manis namun memandang lurus jalan raya tanpa menoleh kearah Rain sedikitpun

Rain terdiam, ia masih tidak mengerti apa maksud Gevan menanyakan hal seperti itu padanya, ia mencoba bertanya kembali "Oh ya?, memangnya kamu sedang Jatuh Cinta sama siapa? Kasitau aku dong!, beruntung banget ya perempuan itu bisa dicintai oleh seorang Gevan Radian Juniarta" ungkap Rain dengan raut wajah yang tersenyum lebar namun tidak dengan hatinya

"Ada, orangnya Cantik, dan gue Jatuh Cinta"

"Siapa sih?" tanya Rain semakin ingin tahu

"Ada Rain, dia bagai Ratu di hidup gue, dan gue sebut dia dengan nama kesayangan gue untuk dia, dia "Ratu Cantik" gue" ungkap Gevan jujur

"Apa gue kenal dia?, atau apa dia ada di kelas yang sama dengan kita Ge?"

"Lo kenal dia Cantik, sangat kenal malah"

Rain semakin ingin tahu akan hal ini "Apa kamu tidak berniat menceritakannya padaku?" tanya Rain lagi penuh harap

"Sabar Rain, suatu saat nanti lo bakal tau sendiri siapa perempuan yang gue maksud ini, nanti kalau gue udah jadian sama dia lo orang pertama yang bakal tahu itu semua kok" ucap Gevan dengan nada seriusnya

Rain hanya mengangguk meng-iyakan "Oke ditunggu ceritanya ya Ge" jawab Rain seadanya, entah apa yang terjadi padanya, ia merasakan sesak di dadanya, ia mengalihkan pandangannya ke kaca mobil disebelahnya dan menatap jalanan yang dilewati mobil BMW tersebut, ia menyembunyikan wajahnya dengan terus melihat ke samping, menatap jalanan yang dilalui mobil Gevan tersebut. Lalu tanpa disadarinya satu bulir air matanya jatuh ke roknya. Ya Rain menangis dalam diam, ia merasakan ketakutan itu lagi, takut akan kehilangan sosok Gevan, Gevan sudah seperti pengganti Arkannya. Ia juga harus bersiap-siap mulai sekarang agar tidak sampai sehancur dulu lagi, ia harus siap jika suatu saat nanti Gevan meninggalkannya juga karena perempuan yang dicintainya, ia tidak boleh egois, Gevan juga berhak bahagia dengan pasangannya. Lalu Rain? Bagaimana dengan Rain? Entahlah tidak ada yang tahu. Yang jelas Rain harus mengiklaskannya, mengiklaskan apapun yang membuatnya bahagia yang pada akhirnya juga pergi meninggalkan rasa sesak dan rasa sakit di dadanya. Ia harus menerimanya, ini takdirnya, ia kuat, ia percaya dirinya bisa melewatinya, bahkan ketika Gevan sudah tidak ada di sisinya lagi

Rain terlalu asik memandang kesamping hingga ia tidak menyadari bahwa Gevan melihatnya, sedari tadi Gevan memperhatikannya...Gevan melihat buliran bening itu jatuh dari mata Rain, dan Gevan juga melihat Rain yang melamun lagi. Saat itu juga ia memutuskan sesuatu, sesuatu yang begitu besar yang mungkin akan membuatnya dibenci oleh Rain dan kemungkinan Rain akan menjauhinya juga, tapi Gevan tidak peduli ia harus segera bertindak. Gevan paham apa yang harus ia lakukan setelah ini…