Setiap tetes air mata lo, adalah luka di hati gue
# Gevan Radian Juniarta
Rain tak kunjung membuka suara. Rain terdiam, ia asyik dengan pikirannya sendiri. Ia sama sekali tak menoleh kearah Gevan barang sedetik pun. Gevan pun terdiam, ia berpikir apa yang harus ia bicarakan untuk membuka suara lagi. Sambil fokus menyetir, Gevan berdeham pelan, berharap dengan itu Rain menoleh, namun ternyata tidak. Rain tidak menggubrisnya sama sekali. Gevan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tangannya menjulur ke samping stir kemudi. Ia menyetel sebuah lagu..Tidak, tidak kali ini bukan Taylor Swift lagu yang diputarnya melainkan lagu dari One Direction, ia berharap Rain menyadari bahwa maksud lagu ini adalah untuknya,
I might never be your knight in shining armor
I might never be the one you take home to mother
And I might never be the one who brings you flowers
But I can be the one, be the one to night
When I first saw you
From across the room
I could tell that you were curios (Oh, yeah)
Girl, I hope you're sure
What you're looking for
'Cause I'm not good at making promises
But if you like causing trouble up in hotel rooms
And if you like having secret little rendezvous
If you like to do the things you know that we shouldn't do
Then baby, I'm perfect
Baby, I'm perfect for you
And if you like midnight driving with the windows down
And if you like going places we can't even pronounce
If you like to do whatever you've been dreaming about
Then baby, you're perfect
Baby, you're perfect
So let's start right now
I might never be the hands you put your heart in
Or the arms that hold you any time you want them
But that don't mean that we can't live here in the moment
'Cause I can be the one you love from time to time
When I first saw you
From across the room
I could tell that you were curios (Oh, yeah)
Girl, I hope you're sure
What you're looking for
'Cause I'm not good at making promises
But if you like causing trouble up in hotel rooms
And if you like having secret little rendezvous
If you like to do the things you know that we shouldn't do
Then baby, I'm perfect
Baby, I'm perfect for you
And if you like midnight driving with the windows down
And if you like going places we can't even pronounce
If you like to do whatever you've been dreaming about
Then baby, you're perfect
Baby, you're perfect
So let's start right now
And if you like cameras flashing every time we go out (Oh, yeah)
And if you're looking for someone to write your break-up songs about
Baby, I'm perfect
Baby, we're perfect
But if you like causing trouble up in hotel rooms
And if you like having secret little rendezvous
If you like to do the things you know that we shouldn't do
Then baby, I'm perfect
Baby, I'm perfect for you
And if you like midnight driving with the windows down
And if you like going places we can't even pronounce
If you like to do whatever you've been dreaming about
Then baby, you're perfect
Baby, you're perfect
So let's start right now
One Direction-Perfect
Sesuai harapan Gevan, ketika lagu itu berhenti mengalun..Rain menoleh kearahnya dan tersenyum, manis sekali, sangat manis. Jika saja Rain itu sebuah barang akan ia bawa pulang kerumahnya dan menyimpannya di dalam lemari, agar hanya Gevan yang memilikinya. Karena ia begitu bahagia jika melihat Rain tersenyum seperti itu, sangat bahagia. Rain masih terdiam dan senyumnya mulai pudar perlahan-lahan, ia mulai membuka suaranya,
"Kamu juga suka lagu-lagu One Direction?" tanya Rain dengan antusias dan menampilkan senyumnya kembali
"Iya gue suka, sangat suka. Namun lebih dari itu semua gue menyukainya "Ratu Cantik" gue" jawab Gevan tanpa ragu
"Oh, selain One Direction apalagi yang kamu suka?" tanya Rain lagi berusaha untuk tetap tersenyum
"Gue juga menyukai dan mengagumi Taylor Swift, sama seperti gue menyukai dan mengaguminya" jawab Gevan lagi
"Kenapa kamu diam ditempat?" tanya Rain yang membuat Gevan bingung. Gevan mencerna kata-kata yang dilontarkan Rain, namun seberapa kerasnya ia berpikir ia masih tak menemukan jawabannya. Lalu dengan raut bingungnya Gevan bertanya,
"Maksud lo?"
"Yah kenapa kamu diam ditempat, gak berniat mengejar dia atau mulai mendekatinya kah?"
"Oh itu, ya ini.. gue lagi proses pendekatan kok ke dia" jawab Gevan dengan mantap
"Ciee semangat ya semoga berhasil memenangkan hatinya, aku akan selalu doa-in kamu Gevan" ungkap Rain dengan tulus, walaupun ada sedikit rasa sakit dihatinya sehingga membuatnya sesak dan susah bernafas
"Susah Cantik, dia itu tidak tergapai" ungkap Gevan jujur
"Semua yang tidak tergapai bisa jadi tergapai Ge, kamu hanya perlu berusaha saja. Semoga Allah selalu memberkatimu ya. Dan semoga Allah membuka pintu hatinya agar kamu bisa berkunjung ke hatinya" ucap Rain dengan bijak
"Cantik, tapi gue gak mau kalau hanya berkunjung, gue maunya gue bisa tetap tinggal dihatinya, satu-satunya menjadi prioritasnya"
"Gevan jangan jadi egois ya, kalau Gevan berpikir seperti itu hubungan Gevan dan dia tidak akan bertahan lama"
"Kok bisa gitu? Lo tahu apa tentang cinta? Apa lo pernah pacaran?" tanya Gevan beruntun
"Saya memang belum pernah pacaran Gevan, tapi saya pernah mengalaminya jauh sebelum Gevan mengalami ini sekarang" jawab Rain
"Oh ya? Ayo cerita, gue ingin tahu siapa laki-laki beruntung yang pernah memenangkan hati seorang Cantik" ungkap Gevan. Gevan mulai tertarik dengan arah pembicaraan ini, dengan seperti ini Gevan berharap mendapatkan sedikit demi sedikit informasi tentang hidup Rain
"Dia sahabat saya, dari saya kecil saya sahabatan sama dia. Kita saling menyayangi satu sama lain, kemana-mana kita selalu bersama. Bahkan kita terang-terangan mengungkapkan kalau kita saling mencintai. Namun sayang, kami tidak pernah bersatu"
"Kenapa?" bingung Gevan, ia masih proses mencerna ucapan Rain. Saling mencintai? Namun tidak pernah bersatu? Apakah ada lelucon yang lebih lucu dari ini? Tanya Gevan dalam hatinya
"Karena kebodohan saya. Waktu itu kami masih sangat kecil. Saya berteman dengannya sudah dari kecil karena saya tetanggaan dengannya, jadi kami selalu menghabiskan waktu bersama. Dia sudah sangat sering mengungkapkan perasaannya dan saya sudah tahu itu semua sebelum ia mengungkapkannya, namun kami masih tetap bersahabat. Saya selalu menolaknya dengan satu alasan, dan karena alasan tersebut saya juga kehilangan dia, sampai sekarang. Dia tidak ditemukan dimanapun, dan saya tidak tahu harus mencarinya kemana" jawab Rain dengan panjang lebar dan menampilkan raut sedihnya
"Alasan apa yang membuat lo selalu nolak dia?" tanya Gevan lagi. Kali ini ia benar-benar ingin tahu tentang kehidupan Rain
"Karena saya dan dia sahabatan" jawab Rain simple
"Lalu? Apa hubungannya? Apa jika sudah bersahabat tidak bisa mengubah status dari sahabat menjadi pacar?"
"Bisa"
"Terus kenapa lo selalu nolak dia?"
"Karena dia satu-satunya sahabat yang saya punya, saya sayang dia dan diapun sebaliknya. Saya terlalu takut untuk mengubah status sahabat menjadi pacar"
"Kenapa? Apa alasan lo untuk itu? Lo belum mencobanya, kenapa lo harus takut?"
"Karena ketika dia menjadi pacar saya, semuanya akan berubah"
"Kenapa lo bisa memprediksi seperti itu? Padahal lo belum mencobanya"
"Gevan dalam suatu hubungan pasti akan terjadi pertengkaran, kalau kita gak guat dan gak pandai menjalani dan melewatinya bukan suatu hal yang tidak mungkin kita akan berpisah. Kalau kita berpisah semua tidak akan sama lagi Gevan, kemungkinan terburuk kalau kita putus semua gak akan kembali sama, kita bakal jadi dua manusia asing yang tidak saling mengenal lagi, pada dasarnya saya tidak siap jika harus kehilangan dia, karena jarang ada laki-laki dan perempuan yang dulunya pacaran lalu berubah status menjadi mantan itu akan tetap berhubungan baik. Walaupun awalnya mereka sahabat sekalipun. Saya sama dia sudah seperti Soulmate"
Gevan terdiam lama, hingga ia bersuara kembali "Lalu apa yang membuat kalian berpisah? Padahal lo kan gak memutuskan untuk pacaran, justru lo teguh dengan pendirian lo, lo tetap bersahabat dengannya, lalu kenapa dia pergi?" tanya Gevan lagi
"Dia yang pergi dari saya Gevan membawa seluruh cinta yang saya punya, dia yang hilang. Saya masih sama seperti dulu masih menganggapnya sahabat, masih menyayanginya dan masih mencintainya, tentunya saya sangat mengharapkannya kembali. Apapun alasannya saya akan memafkannya, apapun itu. Saya tidak peduli. Dia terlalu berharga buat saya Gevan. Hanya dia yang saya punya, ketika keluarga saya tidak pernah ada buat saya, tapi dia selalu ada buat saya. namun semua sirna 3 tahun yang lalu waktu saya menginjak kelas 1 SMP, dia menghilang membawa seluruh cinta yang saya punya membuat saya tidak pernah bisa jatuh cinta lagi dengan laki-laki lain. Dia pergi membawa separuh jiwa saya. Raga saya masih ada disini, namun setengah jiwa saya hilang Gevan. Saya seperti kehilangan kewarasan saya, saya begitu terpukul ketika dia pergi. 3 tahun saya lewati dengan sangat tersiksa Gevan, tanpa ada dia, tanpa ada siapapun. Di dunia ini saya merasakan saya hidup sendirian, tidak punya keluarga, tidak punya teman, tidak punya sahabat, tidak punya cinta. Hidup saya sangat hambar" ungkap Rain, tanpa sadar Rain meneteskan air matanya kembali. Ia mengusap pelan pipinya dan tersenyum. "Tapi saya berjanji pada diri saya, saya akan kuat melewati semuanya, dan saya bersyukur pada Tuhan karena beliau telah mengirimkan kamu untuk menjadi pengganti Arkan di hidup saya" lanjutnya lagi
"Udah ya Cantik jangan menangis lagi, jangan sedih lagi, mulai sekarang gue yang bakal jadi sandaran di hidup lo, lo gak boleh lemah, gue sangat percaya bahwa lo kuat" Gevan tersenyum dengan sangat manis sekali, jika saja kaum perempuan melihatnya sudah sangat dipastikan tidak ada yang bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Gevan. Gevan sosok yang tenang dan ramah, ia juga mempunyai banyak fans di sekolahnya karena sifatnya yang mau berteman dengan siapa saja dan Gevan juga selalu suka menolong siapapun yang membutuhkan bantuannya
"Terimakasih Gevan, apakah Gevan mau menjadi pengganti sosok Arkan di hidup saya?" tanya Rain memastikan
"Mau Cantik, sangat mau. Jangan menangis lagi cantik. Setiap tetes air mata lo, adalah luka di hati gue. Gue siap jadi pengganti Arkan, gue siap jadi apapun buat lo, gue sangat siap."
��Terimakasih Gevan, Terimakasih sudah hadir di hidup saya"
"Sama-sama cantik" balas Gevan. "Cantik kalau suatu saat nanti lo punya sahabat selain gue, dan dia mencintai lo sama seperti Arkan mencintai lo bahkan ia bisa mencintai lo lebih besar daripada Arkan dengan sepenuh hatinya dengan segenap jiwa dan raganya, apa yang akan lo lalukan?" tanya Gevan penuh harap
"Saya tidak tahu Gevan" jawab Rain dengan raut bingungnya
"Apa lo akan menolaknya juga apa lo akan menolak cintanya juga sama seperti lo menolak Arkan dulu? Apa lo gak berniat untuk mecoba menjalaninya dulu?" tanya Gevan lagi dengan beruntun tanpa jeda sedikitpun, hingga Rain kebingungan dibuatnya
"Saya terlalu takut untuk mencoba Gevan, saya tidak tahu. Tolong jangan paksa saya untuk memberikan jawaban yang sama sekali tak bisa saya pikirkan"
"Kalau lo gak pernah nyoba, lo gak akan tahu hasilnya Cantik"
"Berikan saya waktu untuk berdamai dengan masa lalu saya Gevan, saya belum siap kehilangan lagi untuk yang kedua kalinya, saya belum siap untuk hancur lagi"
Ketika Rain menyelesaikan kalimatnya, mobil BMW milik Gevan memasuki gerbang sekolahnya. Gevan hanya terdiam sambil memarkirkan mobilnya dengan benar. Ketika sudah selesai ia baru membuka suaranya kembali,
"Ayo Cantik kita ke kelas sama-sama, dibiasain aja ya kalau jalan sama orang Tampan" goda Gevan yang mampu membuat wajah Rain tersipu malu
Rain hanya terdiam sambil mengikuti Gevan dari belakangnya. Seketika Gevan tersadar akan hal tersebut, ia menghentikan langkahnya dan menoleh kesamping, untuk sepersekian detik Gevan terdiam lalu berbicara kembali,
"Kenapa lo ngikutin dibelakang gue?"
"Hah?? Kan kelas kita sama Gevan"
"Bukan.. bukan itu maksud gue"
"Lalu apa?"
"Ratu itu jalannya bersisian dengan Raja, bukan berjalan di belakang Raja"
Rain mencerna sebentar, ketika ia ingin membuka suara ia mengurungkannya, ia kembali menutup mulutnya. Terlihat dari arah berlawanan datanglah seorang gadis yang berlari menghampiri mereka dan ketika sudah berada di samping Gevan dengan beraninya gadis tersebut bergelayut manja di lengan Gevan lalu berkata,
"Selamat pagi Gevan Radian Juniarta, apa kabar? Gue harap lo selalu baik-baik aja"
"Pagi juga, gue duluan" Gevan melepaskan lengannya dari gadis tersebut, lalu menarik tangan Rain untuk menjauh dan menuju kearah kelasnya
Dengan kesal gadis tersebut berkata "Oh jadi dia yang akan menjadi saingan gue, lihat saja apa yang akan gue lakukan, gue pastikan lo gak akan tenang sekolah disini" geramnya sangat pelan, hingga hanya dirinyalah yang mampu mendengarnya