Chereads / G.X New Impact / Chapter 24 - HEAVY

Chapter 24 - HEAVY

***

Tepatnya 10 tahun yang lalu, kota vanaheimr tiba-tiba saja kedatangan satu koloni raksasa. Yang memimpin koloni itu adalah raksasa pendek dengan dengan satu tanduk, mereka membabi buta semua yang ada di kota.

Mulai dari menculik anak-anak, mengambil para wanita, dan membunuh hampir seluruh pria dewasa disini. Serangan koloni ini berlangsung selama 10 hari, mereka memakan anak-anak, menggunakan wanita yang mereka culik untuk berkembang biak, dan memenjarakan tahanan laki-laki.

Penjaga tadi memiliki istri dan 3 orang anak, awalnya mereka hanyalah keluarga manusia biasa dan sangat polos. Mereka pikir kalau kota vanaheimr ini sedang baik-baik saja, dengan mudah mereka masuk dan berkeliling kota. Ketika semua orang yang ada dikota dilanda ketakutan, mreka malah berjalan riang mengelilingi kota. Sampai ada kumpulan raksasa penjaga datang, mereka membawa mereka ke penjara bawah tanah.

Si pemimpin koloni raksasa datang, dia memakan kedua anaknya dan menyandra istrinya untuk digunakan sebagai alat untuk prajuritnya. Tindakan itu sangatlah kejam, mereka membiarkan penjaga tadi menyaksikan anaknya dimakan hidup-hidup dan istrinya disiksa tanpa henti. Penjaga itu dan satu-satunya anaknya yang masih hidup menderita setiap harinya, bahkan anaknya mengalami gangguan mental dan trauma berat karena menyaksikan semua itu.

Setelah 10 hari berlangsung, pasukan penolong dibawah pimpinan dewa odin dan dewa dewi kelahiran vanaheimr datang. Mereka memukul balik semua raksasa, tapi si pemimpin koloni raksasa berhasil kabur. Si penjaga itu lalu memintaku untuk menjadikannya salah satu panjaga dan prajuritku, sejak awal aku memang sudah menduga kalau tujuan awalnya ikut kedalam pasukanku adalah balas dendam, dan aku tidak suka itu. Tapi dewa Odin yang kebetulan berada disampingku memintaku untuk menerimanya, aku tidak punya pilihan lain selain menerimanya.

***

Ceritanya sangat kelam, sekarang aku tau kenapa orang tadi sangat membenciku.

"Sekarang aku mengerti kenapa dia membenciku."

"Tidak, seharusnya dia tidak membencimu. Karena bukan kau yang melakukan hal kejam itu, terlebih aroma tubuhmu sangat berbeda dengannya."

"Eh?"

Aroma tubuhku? Jangan-jangan orang ini adalah... orang aneh.

"Oh, maaf ya membuatmu berfikir yang tidak-tidak. Baiklah begini saja, namaku adalah Arpa. Aku adalah seorang jendral pasukan pertahana di kota ini. Dan aku adalah keturunan dewa Vanir pertama, dan aku memiliki kemampuan khusus, kemampuan ini adalah aku bisa mengetahui sifat-sifat orang hanya dari aroma tubuhnya. Aroma tubuhmu sangat harum, begitu juga dengan yang lain. Aroma harum ini menunjukkan kalau kau adalah orang baik, sedangkan pemimpin koloni itu berbau sangat busuk dan menyengat."

Jadi begitu, aku pikir dia ini orang aneh.

"Namaku Snow, aku adalah seorang manusia."

"Huh?!"

"Tunggu dulu, jadi kau ini manusia?"

"Tuan manusia?"

Sepertinya ini akan menjadi sedikit panjang.

"Ya, sebenarnya aku adalah manusia."

"Tapi kenapa kau memiliki tubuh...."

"Oh tubuh ini, ya... bagaimana bilangnya ya. Aku seperti dikutuk atau apalah itu, dan itu membuat tubuhku tidak bisa kembali normal."

Seketika suasana menjadi sangat hening.

"Pantas saja kau sangat pendek, kau juga tidak memakanku waktu kita pertama bertemu."

"Ayolah, aku masih normal."

"Ceritamu sangat menarik, yah sepertinya aku tidak perlu khawatir lagi."

Dia berdiri dan mengajakku berjabat tangan, untuk seukuran orang penting, dia sangalah sopan.

"Senang bertemu denganmu Snow."

"Senang bertemu denganmu juga tuan Arpa."

"Panggil saja Arpa."

"Baiklah, Arpa."

Dia meminta pelayan tadi datang, dan memperkenalkannya pada kami.

"Dia adalah, Lumina, dia adalah kekasihku dan pemilik kedai ini. Sebagai permintaan maaf, selama kalian ada di kota ini kalian akan menginap di penginapan milikinya, dan mendapat layanan gratis."

Dia sangat baik, tidak! Dia terlalu baik! Kami jadi tidak enak menerimanya.

"Benarkah?!"

Chio langsung terlihat senang, dia langsung menghampiri Nona Lumina dan memeluknya.

"Terimakasih banyak Nona Lumina."

"Ya, sama-sama. Semoga kalian betah disini, dan saya ucapkan selamat datang di kota kebebasan Vanaheimr."

***

Sangat tidak diduga, ternyata penginapannya ada di lantai dua kedai tadi. Ruangannya sangat luas, dan setiap kamarnya ada satu kasur untuk 2 orang.... eh? Hanya 2 orang?

"Maaf ya, karena ini hanyalah penginapan kecil jadi hanya ada 2 kamar."

Ah, jadi begitu ya. Hahaha, apa aku harus menerimanya begitu saja?

"Kalau begitu, tuan dan nona silahkan berdua di kamar sebelah. Saya dan Anna akan ada di kamar sebelah, sampai jumpa."

"Tunggu! Alice!"

Sial! Dia menunggalkanku sendirian dengan Chio, apa yang harus kulakukan sekarang?

"Snow?"

Chio sedikit menarik jubahku, saat kulihat dia sedang tertunduk malu. Aku bisa tau itu dari telinga panjangnya yang mulai memerah.

"Apa kau... tidak mau sekamar denganku?"

"Ya.... bukan begitu, hanya saja."

Kali ini badannya sedikit gemetaran.

"Apa kau membenciku?"

Aku rasa dia sudah salah paham.

"Chio, kenapa aku harus membencimu?"

"Karena... aku telah memanggilmu raksasa kecil, padahal kau adalah seorang manusia. Walaupun aku sendiri tidak tau apa itu manusia sampai aku bertemu dengan Anna dan Alice, sekarang aku tau kalau kau adalah manusia. Maafkan aku."

Dia tidak seperti Chio yang biasanya.

"Chio."

Dia menatap ke mataku, aku sedikit tersenyum. Perlahan aku menggendongnya seperti seorang putri, dan membawanya masuk. Dia terlihat sangat kebingungan, tapi dia sekali tidak memberontak.

Perlahan aku menurunkannya diatas kasur, lalu dengan lembut aku membelai kepalanya.

"Tenang saja."

Wajahnya makin kebingungan dengan sikapku.

"Aku tidak akan pernah membencimu, karena kau adalah baik pertama yang kutemui di neraka itu. Kau menyembuhkan semua lukaku, memberiku makan, memberiku jubah ini, tidak memandang rendah diriku, kau selalu memberikan keceriaan dan kehangatan ditiap detik perjalanan kita ini. Bagaimana bisa aku membenci malaikat sepertimu?"

Dia sedari tadi hanya terdiam dan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya, perlahan tapi pasti air mata mulai jatuh dari pipinya. Dengan lembut kuseka air matanya, dan duduk disampingnya.

"Snow."

"Sekarang beristirahatlah, aku tau kalau tubuhmu sangat lelah sekarang ini."

"Ya, terimakasih."

Saat dia sudah mulai tenang aku memcoba berdiri, tapi dia menarik jubahku.

"Kau mau kemana? Jangan tinggalkan aku sendiri."

"Kau tenang saja, aku hanya mengambil beberpa minuman yang bisa membuat tubuhmu tidak tegang lagi. Jangan khawatir, aku tidak akan kemana-mana."

Dia hanya mengangguk dan membiarkanku pergi.

***

Dilantai bawah, aku menemukan Nona Lumina sedang beres-beres meja.

"Oh, Snow. Ada yang bisa saya bantu?"

"Apakah ada minuman yang bisa membuat otot tubuh yang semula tegang menjadi lebih tenang?"

"Ada, tunggu sebentar ya."

Dia mulai meracik beberapa minuman dalam botol yang belum pernah kulihat sebelumnya, Nona Lumina terlihat sangat lihai meracik semua minuman itu.

"Ini, silahkan dinikmati."

Kenapa dua?

"Anu... maaf, tapi aku hanya butuh satu."

"Ya, saya tau."

"Tapi kenapa...."

"Yang satunya lagi untukmu."

"Tapi kenapa untukku?"

"Saat pertama melihatmu, saya melihat otot lehermu sangat tegang. Dan sepertinya kamu sedang mengalami hari yang berat, jadi aku sengaja menyiapkan minuman tambahan untukmu. Kedua pelayanmu juga sudah kuberi, sekarang mereka tertidur lelap dikamar."

Diluar dugaan, dia orang sangat baik.

"Jadi, bagaimana keadaan gadis elf tadi?"

"Dia sempat merasa bersalah karena telah memanggilku dengan sebutan raksasa, tapi sekarang dia sudah lebih tenang. Aku sudah menenangkannya, dia sangat mirip dengan adikku."

"Jadi begitu."

Nona Lumina dari tadi hanya tersenyum melihatku.

"Kalau boleh tau kenapa kau tersenyum terus Nona Lumina?"

"Hehe, tidak. Hanya saja melihat tingkahmu, membuatku ingat dengan Jendral sewaktu masih muda. Dia juga sering memanjakanku seperti yang kau lakukan pada gadis elf tadi, dan Jendral adalah orang yang sangat baik sama sepertimu."

"Jadi begitu. Maaf, tapi aku harus kembali ke kamar. Aku tidak inign membuatnya menunggu."

Aku berjalan menaiki tangga, namun ada yang membuatku terhenti ditengah-tengah.

"Nona Lumina."

"Ya?"

"Kau adalah wanita yang baik, aku yakin hubunganmu dengan Arpa akan selalu bahagia selamanya."

Dia tersenyum lagi.

"Terimakasih. Oh, ya Snow."

"Ada apa nona?"

"Berjanjilah padaku kalau kau akan menjaga gadis elf itu dengan baik."

***

"Aku berjanji."