***
Pertandingan tetap berlanjut, seluruh peserta mengerahkan semua tenaga mereka disni. Tapi tidak denganku dan Kingu, kami bertarung dengan sangat mudah. Kami mengalahkan lawan hanya dengan 1 serangan, para penonton sampai terdiam melihat pertandingan kami yang sangat singkat. Yah, jujur saja aku sangat bosan dengan model pertarungan seperti ini. Tidak ada sedikitpun semangat yang keluar, berkali-kali aku menguap saat melawan mereka.
"Huh... membosankan."
***
"Kita sudah sampai di pertandingan akhir, dan ini sangat mengejutkan! Petarung yang berhasil bertahan sampai pada tahap ini adalah para petarung pemula yang baru pertama kali mengikuti kompetisi ini. Nama mereka adalah Kingu dan Snow, mohon untuk kedua peserta segera memasuki panggung!"
Nama kami dipanggil, akhirnya datang juga saat ini. Jika aku bisa mengalahkannya, mereka akan bebas. Dan lagi, anak itu pasti akan...
"Oi raksasa! Kenapa kau melamun seperti itu?"
"Hehe, tidak ada. Aku hanya memabayangkan bagaimana kamu akan mati nanti."
"Heh, kau berani juga ya."
Pengawas pertandingan mulai memberikan aba-aba.
"Baiklah kalau begitu, kita mulai saja pertandingan ini. Apakah kedua perserta siap?!"
Aku pasti akan mengalahkannya!
"Mulai!"
Inilah saatnya!
"Cursed!"
Tanpa basa-basi dia langsung menyerangku, dia melemparkan banyak sekali asap hitam kearahku.
"Sudah kuduga."
Seperti perkiraanku, ini adalah racun dengan dosis mematikan. Jadi kemampuannya adalah mengeluarkan racun ya, aku harus berhati-hati.
"Ada apa? Kenapa kau terus-menerus menghindar."
"Aku menghindar karena aku masih waras, mana mungkin orang normal sepertiku menerima racun segitu banyaknya."
"Normal? Hahahaha!"
Dia tertawa, suaranya terdengar sangat senang. Apa dia merendahkanku?
"Normal! Normal! Nomal kau bilang?! Apakah dengan wujud seperti itu kau bisa diakatakan normal?!"
Sial, dia menekanku!
"Wujud yang bahkan lebih mirip makhluk hina seperti itu masih bisa kau sebut normal?! Kau pasti sudah gila!"
Yah, tidak ada gunanya juga aku meladeni orang aneh sepertinya. Lebih baik segera kuselesaikan ini.
"Crystal Javelin!"
Ribuan tombak kristal es aku tembakkan kearahnya, semua kristal itu menumbuk tubuhnya dan membuat banyak darah berceceran. Aku tidak tau apakah hal ini diperbolehkan atau tidak, tapi setidaknya tidak ada ancaman untuk kami lagi.
"Heh, kau cukup sombong ya."
Eh? Bagaimana bisa!
"Hem, sepertinya aku berganti tubuh dengan cepat ya."
"Heh... seharusnya tadi kau sudah mati. Bagaimana bisa kau berdiri disana dengan tubuh yang terlihat sangat sehat?"
"Yah, karena kau akan mati disini maka akan kuberitahu. Aku telah membuat kontrak dengan ular hitam, dia memberikanku kekuatan yang sangat hebat. Mulai dari racun, berganti tubuh, sampai sisik yang sangat keras ini."
Ular hitam? Apa itu? Apa itu sejenis monster?
"Aku tidak mau berlama-lama lagi, mari kita selesaikan segera."
Dia menghilang?! Pergi kemana dia? Kanan? Kiri? Depan? Belakang?
Sial! Aku tidak bisa menemukannya!
"Kau lengah."
Dengan cepat dia sudah berada dibelakangku, bagaimana mungkin?!
"Rasakan ini!"
Dia memukul perutku dengan sangat keras, rasanya sangat sakit! Padahal ini cuman tangan kosong!
"Argh!"
Sial, aku muntah darah hanya dari ini?!
"Oh sepertinya sisik ini berguna juga."
Sisik?! Sial!
"Ini sakit sekali."
Dia melepaskan kepalan tanganya dari perutku, dengan jelas aku bisa melihat sisik hitam yang menyelimuti tangannya dan sisik itu dilumuri oleh darahku.
"Hahahaha! Ternyata... ternyata.... kau ini sangat lemah!"
Sial!
"Kalau tau akan begini jadinya, aku akan membuat kontrak lebih lama dengan si ular hitam! Ini sangat luar biasa!"
"Berhenti!"
Tanpa kami sadari, datang seseorang dari arah pintu timur. Dia berjalan dengan wajahnya yang dipenuhi kemurkaan, dan tangannya yang mengepal kuat. Ya, dia adalah Arpa.
"Kingu! Berhenti sekarang juga!"
"Oh jendral! Apakah anda melihat kehebatan pasukanmu yang paling hebat ini!"
Dia tersenyum dan menghampiri Arpa, tapi wajah Arpa sama sekali tidak senang melihatnya.
"Pujilah diriku ini jendral! Pujilah..."
Tiba-tiba Arpa menampar wajahnya dengan sangat keras, dan tamparan tadi membuat penjaga ini tersungkur di tanah.
"Eh? Kenapa?"
"Kau manusia hina!"
"Jendral?"
"Kenapa kau membuat kontrak dengan ular itu! Kau tau kan kalau ular itu adalah tahanan kota ini selama ribuan tahun! Lalu kenapa kau melepaskannya?! Jawab aku prajurit!"
"Jen..."
"Kenapa kau diam saja?! Jawab aku!"
Ada apa ini sebenarnya? Siapa si ular hitam ini?
"Pada akhirnya... kalian semua sama saja... kalian tidak pernah membantuku... kalian selalu mengabaikanku... kalian sama sekali tidak melindungi... keluarga kecilku!!!"
Tiba-tiba tekanan di seluruh arena menjadi sangat kuat, dari mana tekanan ini berasal?!
"Kenapa?! Kenapa?! Kenapa?! Kenapa kalian sangat lama! Kenapa kalian tidak bergegas ke kota saat musibah itu terjadi! Kenapa kalian membutuhkan waktu yang sangat lama! Kalian ini dewa! Kenapa kalian sangat lama!"
"Kingu... tenanglah!"
Semua tekanan ini berasal dari penjaga itu, dia terus-terusan berteriak tanpa henti. Penonton mulai panik, penanggung jawab arena memindahkan mereka semua dengan selamat menguunakan semacam kemampuan teleportasi. Kini yang masih di arena hanyalah aku, Arpa, dan si sialan ini!
"Aku! Aku! Aku sangat benci dengan kalian! Dasar dewa sialan! Kalian sama sekali tidak becus melakukan tugas! Lebih baik semua dewa mati saja! AHHHH!!!!!!!!!"
Limpahan racut pekat mengelilingin tubuhnya, dirinya diselimuti banyak sekali racun. Aroma racun ini terlalu pekat, aku tidak sanggup menghirupnya!
"Kingu!"
Dalam sekejab, kumpulan racun itu lenyap dan menyisakan kabut hitam yang sangat tebal. Sedikit demi sedikit kabut itu mulai hilang, perlahan tubuh penjaga itu mulai kelihatan. Namun yang kami lihat saat ini bukanlah seorang manusia, melainkan seekor monster.
"Tidak mungkin!"
"ARGH!!!!!"
Dia mengaum sangat keras dan mengibaskan semua kabut ini, kini tubuhnya terlihat sangat jelas. Tingginya kurang lebih 5 meter, memiliki lengan yang bersisik dan tubuh bagian bawahnya berubah menjadi ekor ular berwarna hitam pekat, wajahnya sangat mengerikan, ditambah dengan lidahnya yang sekarang sangat panjang dan bercabang.
"U... lar!"
"jangan takut Snow, itu hanya perwujudan ular hitam."
"Ular hitam? Apa itu?!"
"Dia adalah roh kuno yang sudah tersegel dalam sebuah guci dan guci itu buatan kakekku, beliau adalah pemimpin kota ini sebelumnya. Roh ini adalah ancaman nomer satu tanah ini, jika ia bisa bangkit lagi maka tidak ada pilihan lagi selain membunuhnya berserta wadahnya."
"Tunggu! Jadi maksudmu?"
"Ya, kita harus membunuh roh itu beserta Kingu yang sekarang sedang dikendali..."
Tetesan darah segar membasahi wajahku, tepat didepanku Arpa mengalami hal yang sama sepetiku dulu.
"A... Arpa!!!!"
Perutnya ditusuk oleh ekor ular itu, seketika dia langsung tersungkur ditanah, aku sangat panik sekarang, aku tidak tau apa yang harus kuperbuat! Bagaimana ini?! Apa yang harus aku lakukan?! Apa yang...
"Snow!"
Aku mendengar suara Chio dari jauh, dia berlari mendekatiku. Ular itu seketika mengincar Chio, dengan cepat aku berlari dan menangkapnya.
"Kya!"
"Kau tidak apa-apa?"
"Ya, aku baik-baik saja."
Oh benar juga, yang mengobati lukaku dulu adalah Chio. Mungkin dia bisa mengobati Arpa!
"Chio, maaf kalau mendadak tapi aku butuh bantuanmu! Arpa..."
"Ya ampun tuan Arpa!"
Dia berlari, dan segera menghentikan pendarahannya. Saat aku sedang memperhatikan mereka, ular ini menyerangku. Dia mengibaskan ekornya sangat kuat, aku sempat menghalanginya dengan tembok es tapi gagal! Tembok es tebalku hancur dalam satu serangan dan aku menghantam tembok stadion, seketika bangunanya roboh dan menimpa tubuhku.
Dengan perlahan aku mencoba bangkit, dengan sedikit kekuatan tersisa aku mengeluarkan sebuah spear kristal es untuk menopang tubuhku yang sudah semakin lemas. Sial banyak sekali darahku yang keluar, kuat juga makhluk menjijikkan itu.
"Snow!"
"Aku... tidak apa-apa, aku tetap obati Arpa. Aku akan... menahan makhluk hina ini..."
Aku bangkit berdiri dan memasang kuda-kuda bertarung, kali ini aku serius.
***
"Yo Snow."
Suara ini? Y-Mir! Apa ini kau?!
"Iya iya ini aku, kau tidak perlu seheboh itu. Kau seperti sedang melihat mosnter saja."
Tapi yang sedang kuhadapi saat ini adalah seekor mosnter, lihat saja.
"Woah kau benar, aku tidak menyangka ular hitam kembali bangkit."
Kau mengenalnya?
"Ya dia adalah jenis roh terkuat didunia bawah, yah akan susah untuk melawannya."
Hei Y-Mir, pinjami aku sedikit kekuatanmu. Aku sudah mulai lelah, rasanya seperti...
"Baiklah, hanya karena wadah spica ada disana aku akan menolongmu."
Spica? Apa yang... kau maksud... itu...
"Sudahlah kau tidur saja, biar aku yang urus sisanya."
Terima... kasih....
***
"Eh! Tunggu dulu, energi ini... jangan bilang kalau ini..."
"Yo wadah Spica."
"Kau... kau ini kan..."
"Ya ini aku, biar aku urus sisanya. Tapi sebelum itu aku ingin sedikit pemanasan dulu, sudah cukup lama aku tidak bergerak bebas tanpa halangan."
"Tapi... snow bagaimana?"
"Tenang saja, anak itu sedang tertidur sekarang. Untuk kali ini saja akau menolong kalian, terlebih... aku tidak mau wadah Spica sampai rusak."
"Tunggu! Apa?!"
"Aku pergi dulu!"
"Hei! Tunggu!"
***
"Yo ular hitam, sudah 10.000 tahun ya."
"Ssshhh.... kau... Hahahaha! Ternyata selama ini kau ada di tubuh anak ini ya Y-Mir, pantas saja aku tidak merasakan sedikitpun energimu didunia ini."
"Yah karena terikat kontrak bersamanya, aku jadi bersemayam di tubuh anak ini."
"Jadi apa yang ingin kau lakukan? Menghabisiku?"
"Mari kita lihat... aku jadi sedikit ragu untuk membunuhmu."
"Oh itu bagus sssshhhh. Bagaimana kalau kau bergabung denganku? Kita bunuh para dewa sialan itu karena telah menyegel kita! Dengan begitu kita bisa menguasai dunia!"
"Oh penawaran yang sangat bagus! Aku mau ikut!"
"Hahaha! Bagus! Dengan adanya kita maka...."
"Tapi bohong."
"Ugh! Apa ini? Darah? Apa kau baru saja memotong tanganku!"
"Ayolah itu hanya satu tangan, kau masih punya satu lagi kan?"
"Kurang ajar!"
"Hei hei dengarkan ini, meskipun aku sangat membenci mereka tapi, apa kau tau hal lain yang lebih kubenci saat ini?"
"Apa... itu?"
"Itu kau, ular hitam."
"Apa?! Tapi..."
"Ssst... jangan banyak alasan, aku tadi melihatnya... kau tadi ingin membunuh wanita itu kan? Dan apa kau tau siapa dia?"
"Sialan!"
"Dia adalah wadah roh Spica, tanpa wanita itu aku tidak bisa bertemu lagi dengannya. Jadi sudah kuputuskan, aku akan membunuhmu disini."
"Terkutuk kau Y-Mir!!!"
"Hahahaha! Kau sangat lucu ular hitam! Apa kau pikir bisa mengutukku? Asal kau tau saja, aku ini.... masih seorang dewa."
"Sialan!!!"
***
"Sekarang mari kita mulai pestanya"